Gus Ipul Akui Sejak Kecil Ingin Hafal 30 Juz

Indonesia Cinta Al Qur'an(Hadiri Indonesia Cinta Al Qur’an)
Surabaya, Bhirawa
Nuansa Ramadhan menyemangati ummat Islam lebih dekat dengan Al Quran. Tak kurang 1350 orang  menghadiri acara Indonesia Cinta Al Quran yang digelar Yayasan Syafa’atul Qur’an Indonesia (YAQIN) di ruang Ash Shofa, kompleks Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.
Kegiatan yang diniatkan untuk menggelorakan kembali kecintaan kepada kitab suci ini dibuka oleh Wagup Jatim, Saifullah Yusuf. Tampil memberi taushiyah Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Jatim KH Muhammad Shaleh Drehem,  Pakar Quantum Tahfidz KH Mudawi Ma’arif, dan Master Trainer Nasional Quantum Tarjamah Ust Ahmad Faiz Khudlori Toha, dan Ketua YAQIN dan Direktur WAFA Mohamad Yamin.
Gus Ipul, panggilan akrab Wagub Saifullah Yusuf, menyambut baik kegiatan ini. “Saya pikir, ini adalah inovasi untuk mempercepat pembelajaran Quran yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini”, katanya.
Gus Ipul juga mengaku, sejak kecil bercita-cita bisa hafal 30 juz. “Tapi sampai sekarang juz 30 saja belum hafal”, akunya, disambut tawa hadirin.
Peserta yang berasal dari kabupaten kota se Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogjakarta ini kemudian diajak mendalami Al Quran secara komprehensif. Tak sekedar mengetahui arti penting kitab suci, tapi juga diajari cara melantunkannya dengan lagu hijaz, menghafal, menerjemahkan, dan memahami maknanya.
“Salah satu warisan filosofi kehidupan yang akrab di masyarakat adalah ‘moco Qur’an sak maknane’ atau membaca Qur’an dengan memahami maknanya. Kami ingin budaya baik ini terjaga. Bahkan terus kita kembangkan sebagai landasan kehidupan yang lebih baik bagi Indonesia”, kata Mohammad Yamin, Ketua YAQIN dan Direktur  WAFA.
Kami meyakini, lanjut Mohamad Yamin, ketika masyarakat Indonesia makin mencintai Al Qur’an maka negeri ini akan makin makmur gemah ripah loh jinawi. Sejahtera ekonominya,  rukun dan terjaga keragamannya, sekaligus bahagia jiwanya.
Uniknya, peserta yang hadir bersama belajar menghafal dan menerjemahkan Al Qur’an dengan otak kanan, yang dikembangkan WAFA. Tidak dengan otak kiri seperti yang selama ini dipelajari.
“Dengan otak kanan, kecepatan belajar lebih bisa dioptimalkan. Pemahaman dan hafalan juga lebih mudah menjaganya. Metode ini menyentuh sisi imajinasi. Sehingga memanfaatkan kekuatan cerita, kreatifitas, hingga lagu”, tutur Yamin.
Metode WAFA sendiri saat ini sudah dimanfaatkan oleh 41.064 santri di 20 propinsi, 77 kabupaten-kota. Bahkan juga digunakan di Singapura dan Belanda. [cty]

Tags: