Gus Ipul Diproyeksikan Cagub Elektabilitas Tertinggi

Direktur Eksekutif Berpikir Institut Romel Masykuri saat memberikan paparan analisisnya mengenai prediksi kekuatan para bakal cagub di Pilkada Jatim 2018, Rabu (12/4).

Hasil Analisis Forecasting
Pemprov, Bhirawa
Direktur Eksekutif Berpikir Institut Romel Masykuri memprediksi proses pemilihan Gubernur Jatim pada 2018 mendatang akan sangat ditentukan dari kekuatan figur yang diusung. Hal ini merupakan hasil dari penelitian forecasting dengan beberapa sumber. Waktu analisis yang menggunakan data sekunder ini dilakukan selama Februari-April 2017.
Sumber data yang digunakan adalah pertama, sumber resmi dari kementerian yang terkait penghargaan dan juga lembaga nasional serta internasional terhadap kinerja institusi pemerintah dan perseorangan. Kedua, hasil survei agregat yang dilakukan berbagai lembaga survei yang kredibel dalam rentangĀ  2004-2016.
Ketiga, analisis media massa (rekam jejak figur). Dan keempat, analisis persepsi elit politik (wawancara dan opini elit di media massa). Metode analisis yang digunakan adalah konversi hasil input sumber dalam skala interval 1-9, dengan 1-3 (lemah), 3-5 (sedang), 5-7 (kuat) dan 7-9 (sangat kuat). Kemudian, penjumlahan nilai gabungan per indikator dengan nilai average.
Romel mengatakan dari gabungan indikator (inkumbensi, popularitas, basis dukungan dan penerimaan partai) diketahui bahwa yang mendapat nilai rata-rata di atas 7 untuk semua indikator hanyalah Saifullah Yusuf (Gus Ipul).
Hal ini menunjukkan bahwa sampai saat ini hanya Gus Ipul yang bisa diproyeksikan memperoleh tingkat elektabilitas tertinggi untuk kategori calon gubernur. Sedangkan kandidat lain yang tidak mempunyai kesenjangan nilai rata-rata dalam variabel gabungan adalah Azwar Anas, Bambang DH dan Edy Rumpoko.
“Sedangkan kandidat kuat lain yang interval antar variabel mempunyai kesenjangan adalah Abdul Halim Iskandar, Risma dan Khofifah,” kata Romel didampingi pengamat politik asal Unair Surabaya Novri Susan saat menggelar jumpa pers di salah satu rumah makan di Surabaya, Rabu (12/4).
Dalam nilai total, tampak polarisasi kekuatan kandidat secara umum yang bisa dibagi dalam tiga kelompok berbasis ormas yakni kader NU (Saifullah Yusuf, Khofifah, Abdul Halim Iskandar, Azwar Anas), kader nasionalis (Bambang DH, Tri Rismaharini, Budi ‘Kanang’ Sulistiyono dan Edy Rumpoko) dan kader Muhammadiyah (Suyoto dan Masfuk).
“Dari nilai total tampak bahwa partai politik harus berhitung untuk mengusung kader atau pimpinan partainya maju sendirian sebagai kandidat. Dibutuhkan koalisi partai yang mengusung komposisi pasangan ideal yang mempunyai kekuatan signifikan sehingga memudahkan mesin partai bisa bekerja optimal dalam pemenangan Pilgub Jatim 2018,” jelasnya.
Selain itu, melihat dari jumlah partai di DPRD Jatim dan perolehan kursinya, terdapat tiga skenario efektif dari satu partai, koalisi dua partai dan koalisi lebih dari dua partai untuk mengusung tiga pasang kandidat calon gubernur dan wakilnya.
“Semua kandidat yang dinominasikan dalam studi ini mempunyai kekuatan dan kelemahan. Partai pengusung bisa menjadikan variabel dalam studi ini sebagai bahan pertimbangan. Di antaranya jejak inkumbensi, popularitas, basis dukungan dan penerimaan partai politik,” paparnya.
Dari crossing antar variabel, didapatkan delapan alternatif kandidat yang mempunyai kekuatan dalam irisan variabel-variabel yang ada yakni Saifullah Yusuf (Wakil Gubernur Jatim), Khofifah Indar Parawansa (Menteri Sosial), Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Budi ‘Kanang’ Sulistiyono (Bupati Ngawi), Suyoto (Bupati Bojonegoro), Abdul Halim Iskandar (Ketua DPRD Jatim) dan Nyono Suharli (Bupati Jombang).
“Dilihat dari keragaman calon kandidat potensial di mana pemilik poin tertinggi adalah kader non partai, maka partai pengusung potensial idealnya melakukan koalisi ideologi serumpun dan koalisi besar lintas ideologi. Potensi menang bagi partai yang mengusung calonnya sendiri, sangat rendah,” pungkasnya. [iib]

Tags: