Gus Ipul Ingin Pelabuhan di Jatim Seperti di Polandia

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf beserta rombongan saat meninjau Galangan Kapal Crist di Gdanks Polandia.

Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf beserta rombongan saat meninjau Galangan Kapal Crist di Gdanks Polandia.

Pemprov, Bhirawa
Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf memanfaatkan betul kunjungan kerjanya ke Polandia. Tidak hanya melulu soal misi dagang, tapi juga mengunjungi pelayanan publik di Polandia seperti pelabuhan yang memiliki pelayanan terbaik.
Gus Ipul, sapaan karib Saifullah Yusuf, mengaku sangat kagum dan menginginkan model pelabuhan di Jatim seperti di Polandia. Yakni terkait efisiensi operasional pelabuhan yang sangat baik. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar barang sampai pelabuhan (dwelling time) sangat cepat dan bisa dikendalikan oleh sumber daya manusia yang tidak banyak.
Dia mengemukakan hal itu setelah mengunjungi Gdanks Port dan Galangan Kapal Crist di hari terakhir kunjungan kerjanya ke Pemerintah Propinsi Promenia Polandia. “Di sini, pengelolaan semuanya ada di tangan otoritas pelabuhan,” kata Gus Ipul, melalui pesan elektronik yang diterima Harian Bhirawa, Minggu (27/11).
Pelabuhan yang terletak di daerah Gdynia ini merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Baltik. Luasnya sebesar pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan ini bisa disandari jenis post panamax dengan kapasitas muat 5.000 Teus. Jenis ini juga bisa masuk ke Tanjung Perak.
Hanya saja, pelabuhan di Polandia ini punya kelebihan masa tunggu labuh dan dwelling time yang sangat singkat. Masa tunggu hanya nol, sedangkan dwelling time 8 jam. Sementara Tanjung Perak butuh waktu 2-5 hari dan dwelling time rata-rata 2-3 hari.
Kenapa pelabuhan Gdanks bisa sangat efesien? Menurut Direktur Humas dan Urusan Luar Negeri Julian Skelnik karena sumber daya manusia, fasilitas dan infrastrukturnya bagus. “Pelabuhan ini hanya dikelola 200 orang. Padahal, melayani bongkar muat 3 juta Teus per tahun,” katanya.
Yang menarik, pelabuhan hanya mengurusi bongkar muat barang. Sedangkan urusan lain seperti bea cukai, keamanan, dan karantina berlangsung di luar pelabuhan. “Kalau ada masalah, maka menjadi tanggungjawab para pemilik barang dengan instansi yang terkait,” tambahnya.
Menurut Gus Ipul, hal itu yang membedakan antara manajemen pelabuhan di Polandia dan Indonesia. Tumpang tindih urusan administrasi dari berbagai instansi di dalam pelabuhan yang membuat manajemen kita tidak efisien. “Tampaknya memang banyak hal yang harus dibenahi di pelabuhan kita?,” tutur Wakil Gubernur yang juga Ketua PBNU ini.
Selain mengunjungi pelabuhan, delegasi Pemprov Jatim yang dipimpin Gus Ipul juga melihat galangan kapal (shipyard) Crist. Galangan seluas 28 hektare ini memproduksi 300 kapal dengan berbagai jenis sejak berdiri pada 2010.
Yang menarik, galangan kapal ini semula murni milik swasta. Baru kemudian mereka menjual 30 persen sahamnya kepada pemerintah. Produksi kapal dengan berbagai jenis ini pesanan dari berbagai negara di Eropa.
Usai kunjungan kerja ke Polandia, Gus Ipul juga ke Hongaria untuk merintis hubungan dagang. “Pemprov Jatim akan memprioritaskan hubungan dagang dengan negara yang punya konsulat diĀ  Surabaya. Polandia dan Hongaria ini sudah punya konsul kehormatan. Berarti mereka melihat penting Jatim,” tandasnya. [iib]

Tags: