Gus Ipul : Pendiri Bangsa Wariskan Kerukunan Antar Sesama

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat menghadiri Dharma Santhi Nyepi Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1937 di GOR Tri Dharma Petrokimia Gresik, Minggu (19/4).

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat menghadiri Dharma Santhi Nyepi Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1937 di GOR Tri Dharma Petrokimia Gresik, Minggu (19/4).

Gresik, Bhirawa
Pendiri bangsa telah banyak mewariskan nilai kerukunan antar sesama pemeluk agama. Kerukunan antar agama yang terjalin hingga saat ini merupakan bukti bahwa pendiri bangsa  telah meninggalkan nilai-nilai kerukunan yang tidak semua bangsa dapat melakukannya.
Demikian penegasan Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat menghadiri Dharma Santhi Nyepi Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1937 di GOR Tri Dharma Petrokimia Gresik, Minggu (19/4).
Ia mengatakan bahwa sebagai generasi muda dan penerus bangsa, masyarakat harus berterima kasih atas kontribusi dari leluhur bangsa yang telah mewariskan nilai kerukunan yang begitu luar biasa. “Betapa luar biasanya para leluhur dan pendiri bangsa di negeri ini, yang telah mewariskan kerukunan dan kebersamaan kepada umat manusia terutama bagi kerukunan antar sesama pemeluk agama,” ungkapnya.
Gus Ipul sapaan akrabnya mencontohkan, bentuk kerukunan yang ditinggalkan oleh pendiri bangsa tercermin pada peringatan hari raya atau hari besar keagamaan. Pada Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Natal dan Hari Raya Nyepi semua bisa ikut merayakannya karena pemerintah telah menetapkannya sebagai hari libur nasional.
“Kerukunan antar sesama inilah yang tidak kita temukan di negara lain.  Bahkan Amerika yang memiliki sumber daya yang besar tidak memiliki kebiasaan seperti itu. Terlebih, peringatan hari besar keagamaan diselingi oleh kesenian dan kebudayaan di dalamnya. Inilah Indonesia dengan keberagaman budaya dan saling menghargai antar sesama pemeluk agama,” imbuhnya.
Menurutnya, hanya Indonesia yang menggabungkan antara keagamaan dan kesenian. Ada tari-tarian, wayangan, shalawatan dan kesenian lainnya. Kesemuanya merupakan warisan dari pendiri Bangsa Indonesia.
Pada peringatan Dharma Santi Nyepi Tahun Baru Saka 1937, Gus Ipul meminta kepada seluruh umat Hindu untuk merefleksikan dan memperbaiki diri. Nyepi bagi umat Hindu sama halnya dengan beribadah puasa hingga Hari Raya Idul Fitri dan juga hari raya Natal bagi umat kristiani.
Ia menjelaskan, Nyepi sesungguhnya perintah dari Tuhan kepada manusia untuk selalu mengevaluasi diri sebagai mahluk Tuhan yang selalu alpa dalam kekhilafan. Nyepi pada hakekatnya adalah meneguhkan kerukunan sesama antar umat di seluruh penjuru bumi.
Sementara itu, PHDI Pusat Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma mengatakan, bahwa Dharma Santi adalah rangkaian terakhir dalam menyambut tahun baru Saka yang dimulai dengan Melasti. Kemudian dilanjutkan dengan Tawur Kesanga dengan perayaan Nyepi pada keesokan harinya.
Senada dengan Gus Ipul, Nyepi dimaksudkan sebagai saat yang tepat untuk melakukan refleksi dan introspeksi atau mawas diri terhadap perjalanan selama satu tahun sebelum memasuki tahun baru. Harapannya, adalah apa yang dicapai pada tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Dan tahun akan datang harus lebih baik dibanding tahun ini.
Ia juga menjelaskan bahwa Dharma Santi merupakan saat di mana seluruh umat Hindu melakukan silaturahim atau simakrama. “Dengan hati dan pikiran jernih setelah introspeksi pada Nyepi, kita songsong tahun baru dengan meningkatkan kerukunan, kedamaian dan keharmonisan antar sesama,” pungkasnya. [kim]

Tags: