Gus Ipul Takziyah di Rumah Duka Korban Crane

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat berkunjung dan takziyah dirumah duka Almarhum Mas’adi Saiman di Desa Simojayan, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf saat berkunjung dan takziyah dirumah duka Almarhum Mas’adi Saiman di Desa Simojayan, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang.

Kab.Malang, Bhirawa
Mungkin, meninggal dunia di Kota Mekah Al Mukarromah saat menunaikan ibadah haji adalah impian sebagian jamaah haji. Tapi apabila meninggalnya disebabkan musibah jatuhnya crane apakah keluarga bisa menerimanya ?.
Saat Bhirawa berkunjung dan takziyah di rumah duka korban jatuhnya crane Mekah bersama Wakil Gubernur Jatim Drs H Saifullah Yusuf, Rabu (16/9), ternyata semua keluarga bisa menerimanya. Bahkan seluruh keluarga yakin korban termasuk golongan orang yang meninggal sahid dan langsung masuk surga.
Lokasi pertama kunjungan dan takziyah Gus Ipul, sapaan lekat Saifullah Yusuf, adalah ke keluarga almarhum Mas’adi Saiman (58), salah seorang korban musibah jatuhnya crane di Masjidil Haram Mekkah di Desa Simojayan, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. “Saya atas nama pribadi dan pemerintah serta mewakili seluruh masyarakat turut duka cita. Semoga almarhum mendapat surga Allah SWT,” ujarnya.
Gus Ipul berharap, keluarga maupun kerabat yang ditinggalkan ikhlas dan sabar menghadapi ujian dari Allah SWT. “Ikhlas itu mudah diucapkan, namun susah dilakukan. Tapi, ikhlas ganjaran pahalanya sangat luar biasa jika bisa melakukannya,” ucapnya.
Mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal tersebut juga mendoakan keluarga korban mendapat ganti berupa rahmat berlimpah dari Allah SWT. Pada kesempatan tersebut, orang nomor dua di Jatim itu juga menyampaikan bahwa seorang muslim yang berangkat haji merupakan panggilan dari Allah yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Ia bercerita, pernah suatu ketika menanyai suami istri berusia lanjut menunaikan ibadah haji meski tidak memiliki uang lebih karena setiap harinya berprofesi sebagai tukang pijit. Ternyata, lanjut dia, keduanya disiplin menabung Rp5 ribu setiap harinya selama 20 tahun hingga akhirnya naik haji.
“Ini bukti bahwa uang bukan segalanya ke Mekkah. Siapapun yang dipanggil meski tidak kaya, pasti berangkat. Sebaliknya, sekaya apapun orang itu jika tak dipanggil maka tidak berangkat,” katanya.
Sementara itu, Gus Ipul yang didampingi Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Masyarakat (Kesmas) Setdaprov Jatim Drs H Bawon Adhiyitoni juga memberikan santunan untuk keluarga korban. “Terima kasih kepada Gus Ipul, serta semua pihak yang sudah peduli. Kami mohon doanya agar almarhum diterima di sisi Allah dan wafat dalam keadaan syahid,” kata menantu korban, Muhammad Munir.
Dia mengatakan, ayahnya bukanlah orang hebat atau tokoh besar. Tapi berkat dahsyatnya ibadah haji meninggalnya orang tuanya mendapat perhatian dan mengundang simpati orang banyak termasuk Gubernur dan Wagub Jatim serta Bupati Malang.
“Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih Gus Ipul, telah datang ke rumah duka dan mendoakan orang tua kami. Musibah ini bisa terjadi san sudah menjadi suratan takdir dari Allah,” katanya.
Almarhum Mas’adi Saiman menjadi satu di antara 10 korban wafat calon haji asal Indonesia akibat jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekkah, yang terjadi pada Jumat (11/9) petang waktu setempat. Mas’adi berangkat dari kelompok terbang (kloter) 38 Embarkasi Surabaya bersama istrinya, Jamilah (50), yang selamat, meski saat peristiwa terjadi berada tidak jauh dari lokasi.
Sebelum berangkat haji, keluarga sudah merasakan ada firasat aneh. H-2 keberangkatan haji, Mas’adi mengaku bermimpi bertemu Rosulullah Muhammad SWA. Selain itu, ia juga mengaku tak ingin kembali ke tanah air dan ingin tetap tinggal di mekah.
“Kami tahu ada kepastian bahwa yang meninggal adalah Pak Mas’adi pada hari Senin. Kepastian itu kami dapat bukan dari pemerintah, tapi dari Pak Kepala Desa yang kebetulan satu kloter dengan Pak Mas’adi. Semua cocok dengan ciri-cirinya termasuk nomor paspornya, kloter 38 embarkasi Surabaya,” kata Ahmad Faizin, keluarga dekat Mas’adi.
Meski sudah ada kepastian bahwa yang meninggal adalah Mas’adi, istri korban yang juga ikut menunaikan ibadah haji masih belum bertemu dengan jasat suaminya. Sebab beberapa orang termasuk keluarga melarang bertemu selama istrinya belum siap secara mental.
“Alhamdulillah istri Pak Mas’adi, Bu Jamilah baik-baik saja saat ini. Saat kami hubungi melalui telepon, Bu Jamilah hanya minta doa agar mampu menunaikan ibadah haji sampai tuntas,” katanya.
Menurut Faizin, Mas’adi dan istrinya selama ini menjadi seorang TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Serawak Malaysia dan berprofesi seorang guru ngaji. Mereka pulang ke tanah air khusus melaksanakan ibadah haji.
Usai takziyah ke rumah Almarhumah Mas’adi, Gus Ipul melanjutkan takziyah ke rumah duka selain Masadi yakni Siti Rukayah binti Abdul Somat yang meninggal dalam musibah tersebut. Siti Rukayah tercatat sebagai  warga Desa Banjarsari RT 2 RW 3, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, dan masuk sebagai calon jamaah haji kloter 39 Embarkasi Surabaya. [iib]

Tags: