Gus Sholah : Porsi Anggaran Pendidikan Islam Masih Kecil

Seminar Nasional bertajuk Memadukan Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional di Gedung KH Yusuf Hasyim, Ponpes Tebu Ireng, Jombang, Minggu siang (25/08).

Jombang, Bhirawa
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Tebu Ireng, Jombang, KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah) menyebutkan, saat ini, porsi anggaran untuk Pendidikan Islam di Indonesia tergolong masih cukup kecil jika dibandingkan dengan pendidikan dasar menengah yang sudah banyak terjadi kerjasama antara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementrian Agama Republik Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan di dunia pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
Gus Sholah menyampaikan hal tersebut saat diwawancarai wartawan usai acara Seminar Nasional bertajuk Memajukan Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional, di Gedung KH Yusuf Hasyim, Ponpes Tebu Ireng, Jombang, Minggu siang (25/08).
“Tadi baru terungkap, Pendidikan Islam itu kecil, porsi anggarannya, cuma 10 persen. Sedangkan masdrasah itu 94 persen swasta. Dan itu tidak mendapat bantuan pemerintah daerah. Padahal sekolah itu sebagian besar sekolah negeri,” ujar Gus Sholah.
Oleh karenannya Gus Sholah menilai, pemerintah daerah perlu memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah berbasis Pendidikan Islam dengan menaikkan porsi anggarannya.
“Jadi pemerintah daerah perlu membantu sekolah madrasah, untuk anggarannya. Saya pikir itu (tantangan) yang nyata di depan mata kita,” imbuh Gus Sholah.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah). [arif yulianto/ bhirawa].

Kamaruddin Amin, Dirjen Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI menjelaskan, saat ini memang masih ada tantangan yang besar dalam dunia pendidikan di era persaingan global, sehingga kata Kamaruddin Amin, untuk menghadapinya tidak cukup hanya menyiapkan anak-anak bangsa yang memiliki skill yang baik saja, namun juga harus memiliki karakter yang kuat.
Ditanya lebih lanjut selama ini sekolah madrasah masih dipandang sebelah mata dalam dunia pendidikan, dia menepisnya. Salah satu indikatornya lanjut dia, selama ini peminat pelajar untuk bersekolah di sekolah masdrasah juga cukup tinggi.
“Dari sisi hasil Ujian Nasional juga ‘nggak’ kalah. Jadi kompetitif, madrasah sama sekolah (umum) sekarang sudah setara,” tambahnya.
Untuk peningkatan kualitas Pendidikan Islam, sambung dia, pihaknya banyak melakukan hal semisal peningkatan kualitas guru hingga peningkatan proses pembelajaran.
“Kita memastikan anak-anak kita mendapatkan literasi digital dan seterusnya,” tandasnya.
Sementara itu, menurut Didik Rahbini, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Disdasmen), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, tantangan yang ada di dunia pendidikan saat ini yakni, kualitas pembelajaran. Didik juga menjelaskan, selama ini antara Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Kemenag RI sudah terjadi sinergitas di level kebijakan.
“Bahkan dengan satuan pendidikan yang ada di pesantren, juga terjadi sinergi sangat baik. Anak-anak sekolah di manapun itu diberikan hak yang sama,” papar Didik.
Ditanya lebih lanjut tentang evaluasi terhadap pelaksaan Ujian Nasional selama ini, dia memaparkan, perbaikannya harus ke arah berfikir tingkat tinggi.
“Jadi bukan sekedar mengingat-ingat pelajaran, tapi berfikir di luar yang sudah dipelajari,” pungkasnya.(rif)

Tags: