H Fathul Huda Justru Merasa Tidak Memiliki Apa-apa

Fathul Huda menjadi calon kepala daerah terkaya di Jatim yang akan maju dalam Pilkada serentak 9 Desember nanti.

Fathul Huda menjadi calon kepala daerah terkaya di Jatim yang akan maju dalam Pilkada serentak 9 Desember nanti.

Dinyatakan sebagai Calon Kepala Daerah Terkaya se-Jatim
Kabupaten Tuban, Bhirawa
Mantan Bupati Tuban Fathul Huda menjadi calon kepala daerah dengan kekayaan terbesar se-Jatim, mengalahkan 18 calon kepala daerah lain yang akan berlaga dalam Pilkada 9 Desember mendatang. Dalam Laporan Hasil Kekayaan Pejabat negara (LHKPN) tercatat kekayaan Fathul Huda mencapai Rp 82,9 miliar lebih.
Bagi masyarakat di Kabupaten Tuban, apa yang diumumkan oleh KPK atas LHKPN mantan Bupati Tuban adalah hal biasa, dan tidak membuat mereka tercengang. Sebab mereka melihat sosok H Fathul Huda memang sudah kaya jauh sebelum menjadi Bupati Tuban. Sebelum menjadi Bupati Tuban, Fathul Huda adalah pengusaha, juga ulama. Dia dikenal ramah dan religius. Sosoknya semakin lengkap karena dia dikenal dermawan terutama untuk urusan pendidikan dan agama hingga kini.
Meski kekayaannya berlimpah, dia tetap rendah hati. Tak heran meski diumumkan sebagai calon kepala daerah terkaya, namun Fathul Huda merasa tidak memiliki apa-apa. “Dalam hati, saya tidak merasa punya apa-apa. Karena semuanya adalah titipan,” kata Fathul Huda dengan nada merendah di ruang kerjanya kemarin.
Kaji Huda, begitu masyarakat Bumi Wali Tuban mengenalnya, dikenal oleh masyarakat khususnya warga Nahdliyin (Nahdlatul Ulama) adalah orang yang sangat dermawan. Apalagi jika ada warga NU yang meminta bantuan untuk pembangunan sebuah lembaga pendidikan atau tempat ibadah. “Tapi hakikatnya saya tidak punya apa-apa, ini semua kan titipan dan bisa diambil kapan saja,” jelas mantan Ketua PC NU Kabupaten Tuban.
Lebih lanjut, alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang bercerita tentang usahanya yang ia rintis mulai kecil saat masih muda dulu. Mulai pernah berjualan barang kebutuhan rumah tangga (pracangan). Usahanya saat itu juga tak berjalan mulus. Sempat tersendat-sendat namun bisa diselamatkan setelah mendapat bantuan dari salah seorang kawannya.
“Orangtua laki-laki saya adalah pendidik, dan ibu saya seorang pedagang. Beliau berdua mengharuskan semua anak-anaknya berpendidikan minimal sarjana. Mungkin paduan dari latar belakang tersebut membuat keluarga kami hingga saat ini tidak pernah berhenti berjuang pada dunia pendidikan,” terang pria yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Tanfidz PWNU Jatim.
Meski ia lupa secara persis usia ketika memulai usahanya, kakek dari empat cucu ini masih mengingat betul saat mencoba berjualan daun lamtoro sebagai pakan ternak saat masih muda. Bisnis tersebut saat itu tergolong langka dan aneh. Dia juga pernah mencoba membuat plat beton untuk proyek pen dengan cara manual. Saat itu ia belum cukup modal untuk membeli mesin pencetak plat tersebut.
“Ternyata yang dibuat manual kualitasnya lebih bagus, jadi saat itu sampai ada instruksi dari pemerintah untuk proyek pengairan di Jawa Timur memakai plat beton buatan kami. Jadi apa yang belum dikerjakan orang lain, saya mencobanya,” cerita pria kelahiran 5 Juni 1954.
Lambat laun, usaha Kaji Huda terus berkembang, sampai ia dipercaya memasok beberapa bahan baku ke PT Semen Gresik. Mulai dari pasir sillica sampai menyediakan bahan bakar berupa batu bara.
“Dulu saat masih nyantri di Jombang, saya pernah digundul karena melangar aturan, dan saya disuruh memilih digundul atau membayar denda. Pada saat itu saya memilih untuk didenda, pasca itu saya didaulat terus menjadi bendahara kegiatan pondok, mungkin barokahnya itu. Sebenarnya saya malu membicarakan tentang diri sendiri seperti ini,  tak etis,” katanya tersenyum.
Saat ini usaha yang dimiliki Huda bermacam-macam dan semuanya berkembang pesat. Mulai dari bisnis batu bara dari hulu sampai hilir, hotel, SPBU, peternakan sapi dan kambing, trading daging sapi dan daging kambing hingga rental mobil.
Hanya saja, semua usaha itu sudah tidak dia jalankan secara pribadi semenjak dia terpilih sebagai Bupati Tuban 2011 lalu. Dia serahkan kendali bisnis pada keluarga dan orang-orang kepercayaannya.  Saat ini, dia mengaku hanya ingin mengabdi saja kepada masyarakat.
Fathul Huda terpilih sebagai Bupati Tuban pada 2011 atas desakan banyak warga dan tokoh-tokoh ulama di Jatim. Dengan latar belakang sebagai pedagang dan pengusaha sukses di bidang tambang, Huda terkesan nothing to lose dalam menjalahkan kekuasaan. Selama menjabat bupati, dia tidak pernah menikmati gaji, tunjangan, dan fasilitas dari negara.”Ini tidak etis sebenarnya. Bukan saya tidak menerima. Tapi yang menerima bukan saya,” ujarnya dengan nada merendah.
Huda mengakui tidak tidak pernah menerima gaji tersebut. Sebab, ajudannya yang mengurus setiap gaji bupati keluar. Meski begitu, dia tetap mengontrol nilai yang diterima setiap bulan. Bagi Huda, dia harus bisa membedakan mana pekerjaan dan pengabdian. Menurut dia, bupati adalah pengabdian. Sedangkan, pekerjaannya adalah pengusaha.
Saat ini, suami dari Qodiriyah itu memiliki 16 perusahaan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Sehingga, tugas bupati akan dijalankan dengan rasa pengabdian yang tinggi. “Apa yang dicari? Saya ingin selamat dunia dan akhirat,” ucapnya.
Dia merasa bersyukur Tuhan telah menakdirkan dirinya berkecukupan secara materi. Gajinya sebagai bupati disalurkan untuk membantu warga miskin yang kesusahan. Misalnya, warga yang sulit mendapatkan pengobatan atau yang serba kekurangan.
Di mata warga Tuban, Fathul Huda dikenal sosok yang ulet. Karena kegigihannya ini dia bisa memiliki banyak usaha jauh sebelum menjadi Bupati Tuban dan saat berkuasa lebih fokus mengabdi pada masyarakat.
“Beliau sudah kaya sebelum menjadi Bupati Tuban, jadi tidak ada yang aneh dan mengejutkan atas pengumuman tersebut. Pada masa pemerintah mantan Bupati Haeny Relawati RW pun kekayaan mereka sudah 10-11,” kata Drs Muhtarom Khusnan mantan aktivis LSM Bina Swagiri Tuban.[Khoirul Huda]

Tags: