Habiskan Hawa Sejuk Pegunungan Sampai Tapaki Sejarah

Candi Boyolangu atau biasa disebut Candi Gayatri tempat didharmakan (dimakamkan) nenek Raja Hayam Wuruk, Gayatri Rajapatni.

Berbagi Kebahagiaan di Kota Marmer Tulungagung (2-habis)
Tulungagung, Bhirawa
Kabupaten Tulungagung tidak hanya menawarkan keindahan pantai selatan. Masih banyak keindahan yang dapat wisatawan nikmati. Termasuk keindahan alam pegunungan yang berhawa sejuk di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.
Di dua daerah yang tipologinya mirip dengan Kota Batu itu kini mulai banyak bermunculan tempat wisata baru.  Di antaranya, Wanawisata Jurang Senggani, Tugu Durian Park dan Ranu Gumbolo.
Wanawisata Jurang Senggani merupakan tempat wisata relatif baru di Kabupaten Tulungagung. Dibuka pertama kalinya pada awal tahun 2017.
Pemandangan alami dan hawa sejuk dapat dinikmati pengunjung ketika berada di wanawisata Jurang Senggani. Selain itu, pohon-pohon pinus yang dihiasi bola dan payung warna-warni juga menghiasi areal wanawisata yang berada di Desa Nglurup Kecamatan Sendang. Sungguh pemandangan yang memanjakan mata.
Di tempat ini juga disediakan tempat untuk berkemah (camping ground). Termasuk permainan flying fox yang bisa memacu adrenalin pengunjung. Hanya dengan membayar Rp 5.000 pengunjung sudah bisa merasakan sensasi meluncur dari ketinggian tujuh meter dengan panjang lintasan 100 meter.
Bagi yang senang swafoto, wanawisata Jurang Senggani tak kalah menariknya dengan tempat-tempat wisata lainnya. Banyak fasilitas untuk berselfi ria. Ada gardu pandang yang bisa membuat pengunjung dengan leluasa melihat keindahan areal Jurang Senggani. Selain juga gazebo-gazebo yang dapat digunakan untuk melepas lelah.
Yang tak kalah menarik dan menakjubkan, di wanawisata Jurang Senggani juga terdapat dua obyek air terjun. Yakni Air Terjun Jurang Senggani dan Air Terjun Bidadari. Sungguh merupakan tempat wisata yang seru untuk dikunjungi.
Akses jalan menuju kedua air terjun ini sedang diusahakan untuk dibenahi. Saat ini fasilitas jalan untuk melihat air terjun tersebut masih alamiah dan hanya cocok bagi pengunjung yang berjiwa petualang.
Ketua Pokdarwis Jurang Senggani, Sukaji, Rabu (11/10), mengungkapkan sudah ada rencana untuk mengeraskan jalan menuju air terjun. “Harapan kami semua pengunjung yang ke Jurang Senggani dapat melihat dan menikmati air terjun. Mudah-mudahan tahun ini sudah terlaksana,” ujarnya.
Menuju wanawisata Jurang Senggani juga tidaklah sulit. Tempat wisata yang berada di barat laut Kota Tulungagung itu sangat mudah ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalannya pun sudah beraspal.
Untuk harga tiket, pengunjung tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Bagi pengendara sepeda motor cukup membayar tiket masuk Rp 5.000. Sedang mobil Rp 20.000.
Menurut Sukaji, pada hari minggu dan hari libur banyak wisatawan yang berkunjung ke wanawisata Jurang Senggani. Tidak hanya wisatawan lokal Tulungagung, tetapi juga daerah sekitar Tulungagung seperti Kediri, Nganjuk, Trenggalek dan Blitar.
“Di saat liburan yang melakukan kemah di sini juga banyak. Selain anak-anak sekolah juga ada karyawan,” bebernya.
Selain wanawisata Jurang Senggani, di wilayah barat Tulungagung juga terdapat tempat wisata yang menawarkan kesejukan hawa pegunungan. Namanya Ranu Gumbolo. Lokasi wisata Ranu Gumbolo berada di Kecamatan Pagerwojo yang merupakan jalur menuju Bendungan Wonorejo, bendungan yang pernah disebut-sebut sebagai bendungan terindah se-Asia Tenggara.
Pemandangan di Ranu Gumbolo mirip-mirip dengan Ranu Kumbolo yang berada di kaki Gunung Semeru Kabupaten Lumajang. Di Ranu Gumbolo pengunjung dapat melihat liukan sungai serupa danau dari gardu pandang yang sengaja dibuat di atas pohon pinus. Banyak wisatawan yang berburu foto disana.
Hamparan pepohonan pinus nan hijau di Ranu Gumbolo juga dapat membuat senang dan bahagia pengunjung. Konon salah satu manfaat pohon pinus adalah menenangkan emosi dan meredakan stres. Apalagi pengunjung kemudian berayun di hammock, pasti semua akan melayang. Semua beban rutinitas keseharian terlupakan.
Di pusat Kota Tulungagung juga dapat ditemui tempat-tempat yang bisa membuat kita beranjak dari rutinitas keseharian. Ada banyak tempat wisata keluarga yang bisa wisatawan kunjungi di Kota Tulungagung. Seperti, Taman Aloon-Aloon, Taman Hutan Kota dan Taman Kali Ngrowo. Semua merupakan tempat favorit untuk nongkrong dan selalu ramai dikunjungi saat akhir pekan tiba.
Tidak itu saja, di Kota Tulungagung wisatawan bisa menikmati kuliner khas Tulungagung. Salah satu kuliner yang selalu dicari adalah ayam lodho. Kuliner ini selain terdapat di restoran atau rumah makan, juga dijajakan setiap pagi di warung-warung yang berada di pinggir jalan. Utamanya, di sepanjang Jl Patimura, Jl Dr Soetomo dan Jl Mayjen Sungkono.
Selain ayam lodho, kuliner khas Tulungagung lainnya adalah sompil. Makanan ini biasa disajikan dengan irisan lontong dan sayur lotho (kacang-kacangan). Sebagai topingnya diberi bubuk kedelai. Makanan yang cenderung pedas ini juga dapat ditemui di pinggir jalan di Kota Tulungagung. Atau jika hari minggu bisa di dapat di Pasar Senggol yang berada di Desa Bangoan Kecamatan Kedungwaru. Di pasar pagi tersebut hampir semua makanan khas Tulungagung dijajakan dengan harga relatif murah. Untuk sepiring sompil cukup membayar Rp 3.000 sampai Rp 5.000 saja. Sangat murah bukan.
Di malam hari mencari kuliner di Kota Tulungagung juga mudah. Bahkan bagi yang suka minum kopi, ratusan warung kopi dan cafe tersebar di wilayah Kota Tulungagung. Hampir semua warung kopi menyediakan kopi cethe. Kopi khas Tulungagung.
Ngopi cethe merupakan tradisi warga Tulungagung. Nyete adalah proses mengoleskan endapan ataun ampas kopi ke batang rokok yang akan dihisap. Sedangkan cethe sendiri adalah kopi yang akan digunakan untuk nyete. Endapan kopi yang dicethekan ke batang rokok memberi sensasi tersendiri saat dihisap dan menambah kenikmatan ngopi sambil ngobrol di warung kopi.
Puas menikmati kuliner khas Tulungagung, wisatawan masih bisa jalan-jalan sembari menapaki sejarah masa lalu. Di Tulungagung juga terdapat wisata budaya sekaligus religi. Salah satunya adalah Candi Boyolangu atau Candi Gayatri.
Candi Gayatri berada di Kecamatan Boyolangu. Candi tersebut merupakan tempat dimakamkannya Gayatri Rajapatni (Padukapatni). Ia merupakan nenek dari Raja Majapahit yang tersohor, Hayam Wuruk dan Ibu dari Tri Buwana Tunggadewi.
Candi Gayatri terdiri dari sebuah candi induk dan dua buah candi pewara yang kesemuanya tersusun dari batu bata. Candi Induk menghadap ke barat dengan bagian atasnya terdapat 11 umpak dan sebuah arca tokoh. Dari sebagian umpak tersebut tertulis angka tahun 1291 Saka (1369 M) dan 1311 Saka (1389 M).
Tak jauh dari Candi Gayatri, juga terdapat Candi Sanggrahan. Para ahli sejarah menduga candi tersebut dibangun sebagai tempat peristirahatan rombongan pembawa abu jenasah Gayatri Rajapatni yang kemudian abu tersebut di simpan di Candi Gayatri. Candi Sanggrahan diperkirakan dibangun pada masa Raja Hayam Wuruk antara tahun 1359 M sampai tahun 1389 M.
Di wilayah Kecamatan Boyolangu juga terdapat museum. Museum itu bernama Meseum Wajakensis. Nama yang tidak asing ketika belajar sejarah Indonesia di masa prasejarah. Homo Wajekensis adalah nama manusia purba yang pernah hidup di Indonesia. Fosil Homo Wajakensis ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di sebuah ceruk di lereng pegunungan kars di barat laut Campurdarat. Penemuan ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois dan merupakan temuan fosil manusia purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia.
Museum Wajakensis saat ini menyimpan replika dari fosil Homo Wajakensis tersebut. Sementara fosil aslinya berada di Negeri Belanda.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung, Drs Heru Santoso MM, mengungkapkan kepariwisataan di Tulungagung sekarang sudah menjadi industri pariwisata. Sebagai destinasi wisata, Tulungagung tidak hanya menawarkan wisata alam dan hotel yang representatif, tetapi juga menawarkan wisata kuliner yang saling terkait. “Di Tulungagung untuk kuliner harganya relatif murah. Bahkan untuk makan bisa didapat dengan harga Rp 3.000,” katanya.
Kabupaten Tulungagung memang menarik untuk dikunjungi. Dari wisata alam, wisata kuliner sampai wisata budaya dan religi ada di kota yang berada di wilayah selatan Jatim ini. Buat apa berpikir ulang lagi, segera saja ke Tulungagung untuk menikmati waktu libur yang membahagiakan. Masih banyak pula obyek wisata lainnya yang dapat dikunjungi seperti, Pantai Brumbun, Pantai Molang, Pantai Pathok Gebang, Pantai Sine, Telaga Buret, Air Terjun Alam Kandung, Kampung Susu dan wisata puncak Gunung Budheg yang serasa berada di negeri atas awan. Sedang untuk wisata budaya, ada prosesi siraman Tombak Kiai Upas, Ulur-Ulur di Telaga Buret dan prosesi manten kucing di Kecamatan Campurdarat.
Berwisata ke Kabupaten Tulungagung, menemukan suasana baru, cerita baru serta keseruan dan keasyikan yang baru. Dan jangan pernah lupa untuk mengambil foto atau berswafoto saat berwisata di Tulungagung. Berfoto saat berwisata menandakan kebahagian menikmati perjalanan. [habis]

Tags: