Hadapi MEA, Manfaatkan Demografi

17-MEA-2015Jakarta, Bhirawa
Menyongsong pasar bebas ASEAN yang berlaku akhir 2015 ini, Indonesia bisa manfaatkan “bonus demografi” nya, sebagai daya saing di pasar kerja MEA. Bonus demografi Indonesia yang mencapai 60%, keunggulan jumlah tenaga kerja produktif ini, perlu dileng kapi ketrampilan sesuai permintaan pasar kerja ASEAN. Sebaliknya, bonus demografi ini akan mubazir bahkan merugikan, bila tidak dibarengi pengu asaan ketrampilan yang kompetitif.
“Mengantisipasi hal tersebut, Kemenaker telah meningkatkan kualitas lembaga diklat sebagai penunjang pengembangan SDM berbasis kompetensi dan profesional isme. Juga penguatan lembaga sertifikasi kompetensi dan peningka tan jejaring dengan industri,” demikian jelas Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktifitas Kemenaker Ir Khairul Anwar dalam sarasehan tentang “Kesiapan Kemenaker Menghadapi MEA” di Bogor, akhir pekan.
Bonus demografi Indonesia adalah kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15 th-24 th), lebih banyak dibanding usia non produktif (diatas 39 th). Kondisi sebaliknya terjadi di negara maju, Eropa, Amerika Utara, Australia dan Asia Timur. Disana saat ini sebagian besar (60%) penduduk nya berusia lanjut, usia non produktif.
Menurut Khairul Anwar, jumlah usia produktif di Indonesia saat ini mencapai 184,6 juta. Terdiri dari 128,3 juta angkatan kerja dan 56,3 juta bukan angkatan kerja. Dari angkatan kerja diatas, sebanyak 120,85 juta telah bekerja, sisanya 7,45 juta pengangguran terbuka. Sedang yang akan menyasar pasar kerja ASEAN (diluar Indonesia) mencapai 360 juta angkatan kerja.
“Lewat KTT ASEAN 2014 lalu, di sepakati, untuk memperkuat koneksi tas ASEAN, pembangunan infrastruk tur akan ditingkatkan. Juga meningkat kan kerjasama investasi, industri dan manufaktur. Diperkirakan akan ada peningkatan volume perdagangan intra ASEAN hingga 35% – 40% pada 2020,” jelas Khairul Anwar.
Disebutkan, dampak positif MEA adalah adanya perluasan pasar bagi produk dan jasa Indonesia. Juga ter bukanya lapangan kerja bagi tenaga trampil Indonesia. Sedang dampak negatifnya adalah masuknya produk dan jasa dari manca negara/ASEAN. Juga masuknya Tenaga Kerja Asing (TKA) dan bersaing dengan TKI lokal. Namun, timbal baliknya TKI terampil yang berkualitas juga bebas bekerja ke manca negara khusunya ASEAN.
“Memasuki komunitas ASEAN, ekonomi Indonesia terbesar dan satu-satunya anggota G-20 dari ASEAN. Penduduk Indonesia dewasa ini  sebagian besar (56,6%) adalah kelas menengah. Indonesia saat ini mendu duki ranking ke 38 dari 148 negara dalam global competitif index,” tutur Khairul Anwar. [ira]

Rate this article!
Tags: