Hadapi MEA, Pasar Tradisional Harus Kuat

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat meninjau stan di Pasar Kembang Surabaya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat meninjau stan di Pasar Kembang Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tinggal beberapa bulan lagi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini minta kepada masyarakat Kota Surabaya untuk bersiap-siap khususnya bagi pelaku pasar tradisional.
Ibarat perang, maka masyarakat harus memiliki kekuatan untuk bersaing di MEA.   “Kenapa saya mengatakan perang, karena nanti kita bukannya dijajah seperti jaman dahulu dengan senjata melainkan akan diperangi melalui ekonomi kita,” ungkapnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat diacara Danamon peduli gelar festival pasar rakyat di Pasar Kembang Surabaya, Sabtu (22/8) kemarin.
Nantinya Surabaya akan menjadi salah satu primadona perdagangan internasional, terbukti sudah ada beberapa negara yang berniat untuk melakukan bisnis di Kota Pahlawan ini, seperti Korea, China dan Jepang. “Saya sempat bertanya kenapa tidak ke Thailand dan mereka menjawab kalau Surabaya memiliki potensi pasar yang baik,” kata Risma.
Pada kesempatan itu Risma juga mengingatkan agar warga Surabaya harus fight menghadapai MEA, jangan sampai malah jadi penonton di rumah sendiri.  “Sudah sering saya katakan kepada para pedangan supaya belajar dan belajar terus jangan hanya puas mendapat untung sedikit. Sebetulnya kekuatan pasar kita sangat besar, seperti pasar Keputran omzet perharinya mencapai sekitar Rp 5 miliar hingga Rp 6 miliar itu sangat bagus,” terangnya.
Sementara itu, Ketua dan Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli, Restu Pratiwi mengatakan, Kampanye nasional jelajah pasar rakyat saat ini merupakan satu-satunya gerakan yang secara khusus mempromosikan pasar rakyat di Indonesia.
Danamon peduli berupaya menggugah masyarakat akan nilai dan peran dari pasar rakyat, lebih dari sekedar tempat bertransaksi yang kumuh dan kotor. Namun salah satu peran uniknya adalah pasar rakyat di Indonesia mampu menyerap lebih dari 100 juta jiwa tenaga kerja yang terdiri dari pedagang, petani, peternak, nelayan, buruh gendong, kuli angkut, hingga supir angkutan.
“Pasar Kembang merupakan salah satu pasar tematik di Surabaya yang dikembangkan oleh ibu Risma, upaya beliau mengkonversikan Pasar Kembang dari tempat lokalisasi tidak resmi menjadi pusat jajanan pasar yang dapat mendorong ekonomi kerakyatan yang patut diapresiasi,” pungkasnya. [riq]

Tags: