Hadapi MEA, Plan Indonesia Kadin Jatim Terus Genjot SDM

kiri-kanan : Edy Juwono Slamet (direktur program Kadin-Plan), M Alyas (Manajer rekruitmen), Setyo Agustiono (ketua BKSP Jatim), Jepi jumiarsih (TVET Supervisor program YEE Plan Indonesia)

kiri-kanan : Edy Juwono Slamet (direktur program Kadin-Plan), M Alyas (Manajer rekruitmen), Setyo Agustiono (ketua BKSP Jatim), Jepi jumiarsih (TVET Supervisor program YEE Plan Indonesia)

Surabaya, Bhirawa
Pasar Masyarakat Ekonomi Asean yang mulai diberlakukan Bulan Desember tahun ini, tidak hanya menjadi persaingan dibidang ekonomi bisnis, namun masyarakat harus mampu menigkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar bisa bersaing dengan tenaga asing.
Untuk mengatasi masalah hal tersebut Plan Indonesia terus melakukan  upaya meningkatkan profesional dalam kemampuan pada pekerja maupun buruh disuatu perusahaan yakni, Pelatihan dan penempatan tenaga kerja bertajuk “Presentasi Progress Report, Pembelajaran dan Tantangan Pelatihan dan Penematan kerja “ di Gedung Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim di Surabaya, Selasa (27/1).
Direktur Teknis Plan Kadin, Edy Juwono Slamet mengatakan, program pelatihan keterampilan pada karyawan maupun buruh disuatu perusahaan perlu diberlakukan. Hal ini, dikarena ketrampilan pada karyawan maupun buruh wajib dilakukan tata cara bagaimana menjadi seorang karyawan / buruh profesional dan beretika.
“Program Pemberdayaan Ekonomi Kaum Muda yang dilaksanakan oleh Kadin Provinsi Jatim (Pelatihan Ketrampilan dan Penempatan Kerja) bekerjasama dengan Plan Indonesia sudah berjalan lebih dari 3 (tiga) tahun. Adapanya pelatihan keterampilan ini diharapkan pekerja maupun buruh bisa menjadi profesional nantinya,” terang Edy di sela acara pelatihan keterampilan di Surabaya kemarin.
Edy menjelaskan, hingga saat ini ( Plan Iindonesia )  sudah mencetak tenaga pekerja dan buruh sudah didik  mencapai 2, 350  orang.  Sementara target  tahun ini mencetak karyawan / buruh di Jatim  berkisar 2.500  orang.
“Selama hadir dijatim dari angka 2.500 ini 80 % adalah kaum  perempuan dan sisanya  20 %  adalah pria. Sementara usia yang kami bidik adalah di usia 18 tahun.  Meraka di usia muda akan mampu melakukan bekerja profesional dan tata cara kerja yang baik,” ujarnya.
Ia menyebutkan, dalam pelaksanaan program tersebut banyak sekali pembelajaran dan tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut dimulai dari proses sosialisasi dan mobilisasi kaum muda, pelatihan ketrampilan yang harus sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dan pasar produksi serta jaminan penempatan kerja.
Sebagai pelaksana teknis terus berupaya untuk selalu mencapai target yang diharapkan yaitu 2.500 kaum muda yang sudah ditraining dengan technical skill sesuai bidang keahliannya dan soft skill dengan materi character building, keuangan sederhana dan jender yang pada akhirnya kaum muda tersebut diterima sebagai tenaga kerja di perusahaan.
“Untuk menjamin keberhasilan dan keberlanjutan program tersebut, pasti tidak akan lepas dari peran dan fungsi pemerintah sebagai pemangku kepentingan yang utama,” harap Edy.
Ketua Badan Koordinasi Serfikasi Profesi ( BKSP ) Jatim, Agustiono mengungkapkan,  diperkirakan, 90 %  pekerja/buruh belum memiliki kompentensi sebagai pekerja/buruh profesional. Padahal kata, Agustiono hak untuk memiliki kompentensi bagi pekerja/ buruh harus dimiliki setiap pekerja/buruh.
“Pekerja/buruh yang memiliki kompentensi sudah pastinya akan memiliki tenaga terlatih dan profesional. Jika hal itu sudah dimiliki oleh orang tersebut tentunya, beberapa perusahaan akan minat terhadap mereka,” kata Agustiono.
Agustiono berharap, peran pemerintah wajib ikut andil dalam program pelatihan dan ketarampilan pekerja/ buruh menjadi pekerja profesional dan tertata. Apalagi jelang masuknya pasar bebas ( MEA ) nanti keberadaan meraka (pekerja/buruh) berkompeten sangat dibutuhkan untuk bersaing dengan tenaga luar negeri. [ma]

Tags: