Hadapi Pandemi, Mendikbud Minta Paradigma Pendidikan Mahasiswa Berubah

Mendikbud saat menjadi pembicara webinar Nasional bertema Recovery Pembangunan Nasional Pasca Pandemi melalui Konsep Pentahelix yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (4/8).

Surabaya, Bhirawa
Upaya meningkatkan kualitas mahasiswa dalam memberikan kontribusi nyata dan berdampak pada pembangunan nasional Indonesia, melalui Program Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) diharapkan menjadi terobosan baru dalam dunia pendidikan.
Gagasan ini disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, dalam Webinar Nasional bertema Recovery Pembangunan Nasional Pasca Pandemi melalui Konsep Pentahelix yang diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (4/8) kemarin.
“Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri dalam pembangunan nasional, perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, pengusaha, dan media,” ujar dia.
Sinergisitas kelima pilar ini, lanjutnya, biasa disebut dengan Konsep Pentahelix. Untuk mewujudkan kondisi itu, Kampus Merdeka diharapkan mendorong mahasiswa sebagai agen penggerak, untuk berpartisipasi dalam kebutuhan pembangunan nasional. Ia mengibaratkan program itu sebagai Berlatih Di Laut Terbuka agar mahasiswa memiliki pemahaman kondisi, situasi serta kebutuhan negeri.
“Ke depan, saya berharap kepada mahasiswa yang telah melewati berbagai perubahan akibat pandemi untuk mengubah paradigma atau mindset mereka. Mahasiswa harus yakin bahwa mereka bisa menjadi penggerak. Mereka bisa melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat,” tegas Nadiem.
Nadiem meyakini tujuan ini tak bisa dicapai tanpa partisipasi dosen dan praktisi. Ia menilai, mahasiswa didorong sebanyak mungkin mencari pengalaman melalui perkuliahan di luar studi keilmuannya, magang di perusahaan, dan pengabdian masyarakat.
“Begitupun dosen juga harus memperbanyak pengalaman di luar kampus. Dengan begitu ia berharap, mahasiswa harus difasilitasi dengan mendatangkan praktisi-praktisi dari luar kampus,” lanjutnya.
Lebih lanjut, program studi juga dituntut menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi, organisasi, hingga perusahaan di luar kampus sehingga suatu instansi pendidikan tinggi dapat memiliki spesialisasi keilmuannya masing-masing.
“Tidak ada inovasi atau perubahan, tanpa mengambil risiko. Kita harus keluar dari zona nyaman,” imbuh dia.
Nadiem juga berharap, Kampus Merdeka dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship dan mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi. Orientasi lulusan bukan lagi mencari pekerjaan saja. Namun, berorientasi untuk membantu masyarakat, khususnya masyarakat terdampak pandemi.
Harapan terhadap kontribusi ini diamini Prof Nurhasan MKes, Rektor Unesa. Saat membuka acara, Menurut Prof Nurhasa, komitmen Unesa dalam mendukung penuh Program Kampus Merdeka. Ia melihat kampus merdeka bisa menjadi momentum peran akademisi dalam pembangunan nasional pasca pandemi.
“Pada prosesnya, konsep merdeka belajar ini akan memberikan pengaruh pada ekosistem Pentahelix, yakni suatu sinergi yang menghubungkan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, dunia usaha, masyarakat dan pemerintah,” terangnya.
Bukan hanya mahasiswa, peran pilar akademisi juga harus didukung oleh instansi/universitas, dosen dan praktisi pendidikan. Nurhasan, memberikan bocoran bahwa dalam waktu dekat, Unesa akan meresmikan Laboratorium Merdeka Belajar sebagai bentuk dukungan Unesa dalam Program Kampus Merdeka.
“Kami siap membantu Pak Menteri dalam mewujudkan ide – ide dan inovasi – inovasinya untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik di masa depan,” terangnya.
Turut menjadi pembicara dalam webinar ini, Prof Dr Jamal Wiwoho SH MHum, Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), dan Dr Martadi MSn, Pakar Pendidikan Unesa. [ina]

Tags: