Hadapi Titik Jenuh Perkembangan Ilmu Komunikasi

Dr Abdul Manaf Bohari dari Universiti Utara, Kedah Malausia dan Panizza Allmark Ph.D dari Edith Cowan University menjadi nara sumber dalam ICMC in Southeast Asian yang digelar Stikosa AWS.

Dari Gelaran ICMC in Southeast Asia Stikosa AWS
Surabaya, Bhirawa
Perkembangan teknologi informasi mengalami percepatan luar biasa. Lahirnya gadget dan internet mengubah pola masyarakat mendapat dan menyebarluaskan informasi dalam sekali klik. Di pihak lain, pengembangan ilmu komunikasi justru berada di titik jenuh.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi yang memiliki konsentrasi dalam pengembangan ilmu komunikasi. Bahkan Presiden Joko Widodo pernah menyinggung tentang adanya jurusan media sosial sebagai konsekuensi lahirnya media baru.
“Meski diucapkan dengan setengah berkelakar, ini harus menjadi perhatian kita. Karena memang dari dulu isinya fakultas ilmu komunikasi itu hanya jurnalistik dan kehumasan. Itu-itu saja,” tutur Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Wartawan Jatim Dr Suprawoto saat menjadi narasumber kunci di International Conference on Media and Communications (ICMC) in Southeast Asia yang digelar Stikosa AWS di Best Western Papilio Hotel, Jumat (29/9).
Fakta-fakta tentang percepatan informasi diungkapkan Duprawoto telah memberikan bermacam perubahan. Tak terkecuali media massa mainstream yang juga terpengaruh olehnya. Tidak hanya di Indonesia, kondisi serupa juga terjadi di negara-negara lainnya. “Masyarakat lebih senang mencari berita dari media sosial,” kata dia.
Tak hanya mencari berita, perkembangan IT juga memunculkan fenomena citizen journalist. Siapa saja menyebarkan informasi dari apa yang dilihatnya. Di manapun dan kapanpun. Bahkan, tak jarang berita-berita tersebut dipercaya begitu saja. Meski kebenarannya belum dapat dipastikan.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Stikosa AWS Ismojo Herdono mengaku perguruan tinggi yang dipimpinnya tengah berupaya menjawab tantangan perubahan di era informasi ini. Salah satunya dengan penguatan riset ilmu komunikasi. ICMC in Southeast Asia ini adalah contohnya. Setidaknya, dalam forum tersebut ada 49 paper yang terkumpul untuk mendalami kajian ilmu komunikasi.
“Dari 49 paper itu akan kita seleksi dan yang terpilih akan diusulkan pada jurnal internasional terindeks scopus. Sementara paper yang tidak lolos seleksi akan dikumpulkan dalam proceding full paper,” ungkap Ismojo.
Di samping riset, Stikosa AWS juga melakukan review kurikulum untuk mendekatkan kebutuhan pasar dengan lulusan akademik. Harapannya, para lulusan nantinya lebih siap menghadapi dunia kerja, lebih inisiatif dan inovatif. Sehingga, tidak tergerus dengan arus perkembangan zaman. “Kita telah melakukan akreditasi dan berhasil mendapat nilai B. Target selanjutnya adalah membukan pasca sarjana dengan terlebih dahulu mengejar akreditas A,” ungkap Ismojo.
Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Infokom Jatim Edi Santoso. Dalam penjelasannya, perkembangan teknologi informasi juga telah mempengaruhi kebijakan pada pemerintah. Khususnya dalam pengembangan ekonomi yang sudah seharusnya sadar teknologi informasi.
“Jatim telah mengembangkan ekonomi digital. Bahkan kami telah menyiapkan server dengan kapasitas 30 tera byte. Kapasitas itu setidaknya bisa menampung 200 website untuk UMKM,” kata Edi.
Dalam forum tersebut, dua pembicara berskala internasional juga turut hadir. Di antaranya Panizza Allmark Ph.D dari Edith Cowan University, Western Australia dan Dr Abdul Manaf Bohari dari Universiti Utara, Kedah Malaysia.
Panizza Allmark mengatakan, budaya yang ada di masyarakat kini sering upload foto di media sosial. Ketika masyakat melihat sebuah peristiwa, maka secara langsung memotret dan mengunggah. ”Mereka bahkan menambahkan deskripsi yang dia lihat dalam peristiwa itu,” ujarnya dalam panel sessions dalam acara tersebut.

Tags: