Hadi Sulistyo: Dorong Perluasan Lahan Pola Tumpang Sari di Jatim

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, Hadi Sulistyo

Pemprov Jatim, Bhirawa
Komoditas kedelai di Jatim hingga kini masih defisit, untuk itu diperlukan langkah agar komoditas tersebut bisa beranjak naik produktifitasnya. Ke depan, Distan Jatim akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan perluasan area tanam dan melakukan pola tumpang sari.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan, agar mendorong produksi kedelai bisa bersaing dengan lainnya, maka pihaknya juga turut mendorong industri olahan untuk memanfaatkan kedelai local.
Sebelumnya, dikatakannya, dalam kurun waktu lima tahun terakhir produksi kedelai di Jawa Timur mengalami defisit, yakni turun sekitar 10,6 persen. Hal ini disebabkan menurunnya luas panen 10,1 persen dan menurunnya produktivitas 0,83 persen.
Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim selama 2019 luas panen kedelai di Jatim sekitar 84.008 ton. Sedangkan untuk produktivitas 14,44 kuintal per hektare. “Rata-rata produksi kedelai di Jatim selama 5 tahun terakhir sekitar 301.031 ton ose, sementara kebutuhan konsumsi mencapai 447.912 ton ose,” kata Hadi.
Menurutnya, masuknya impor kedelai karena petani ini kurang berminat menanam kedelai secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti harga bibit kedelai Rp 8.500, namun setelah dijual harganya dibawah Rp 7.000. “Selain itu, risiko hama dan penyakit lebih tinggi ketimbang padi atau jagung,” ujarnya.
Ia menambahkan, karena harga jual yang tidak mendukung, maka intensifikasi budidaya kedelai secara umum jarang dilakukan pengelolaan tanaman secara terpadu. Sehingga, dampaknya kualitas hasil panen kurang optimal. “Secara kualitas, kedelai impor lebih bagus ketimbang kedelai lokal milik petani,” katanya.
Defisit juga terjadi pada komoditas bawang putih, menurutnya karena luas tanam bawang putih hanya 73 hektare dengan produktivitas rata-rata sebesar 7 ton per hektare, maka produksinya mencapai 497 ton. Sementara kebutuhan untuk konsumsi sebesar 59.280 ton. “Sehingga defisit mencapai 55.783 ton,” katanya.[rac]

Tags: