Hadrah ISHARI di Haul KH Wahab Hasbullah ke-44

Hadrah meramaikan peringatan Haul ke-44 KH Wahab Hasbullah, Rabu (26/8) kemarin.

Hadrah meramaikan peringatan Haul ke-44 KH Wahab Hasbullah, Rabu (26/8) kemarin.

Jombang, Bhirawa
Setiap peringatan Haul KH Wahab Hasbullah Tambakebras Jombang, selalu digelar Hadrah Ikatan Seni hadrah Indonesia (ISHARI) se-Jawa Timur. Hal ini juga nampak pada peringatan Haul ke-44 Pahlawan Nasional ini, Rabu (26/8) kemarin.
Sekitar 3.000 jamaah ISHARI dari berbagai daerah memenuhi halaman Yayasan Pesantren bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Mereka yang semuanya kaum laki-laki ini terlihat rancak mengikuti Gerakan Roddat, dan membunyikan Keplok Tangan dengan iringan pukulan rebana yang biasa disebut terbang dibarengi bacaan salawat Nabi Muhamammad SAW.
Haul Pendiri dan penggerak NU KH Wahab Hasbullah ke-44 memang kembali digelar Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
“Setiap Haul (Mbah Wahab) memang selalu ada hadrah ISHARI, begitu pula dengan dalam peringatan ke-44 sekarang, ada sebanyak 3.000 santri yang kita undang. Karena beliau memang gemar dengan seni hadrah,”tutur KH Hasib Wahab, salah satu putera pendiri NU ini.
Gus Hasib biasa dipanggil, menambahkan ISHARI didirikan oleh Mbah Wahab untuk mengakomodir kesenian umat muslim, yakni hadrah dari beberapa daerah di antaranya Bangil dan Pasuruan. Diceritakannya, bahwa semasa hidup, Kiai Wahab sangat senang hadrah. “Bahkan kalau sedang tidak ada kegiatan, tangan beliau terlihat memukul-mukul tangan, seperti isyarat memukul terbang hadrah sambil melagukan bacaan salawat,”tandasnya.
Hadrah ISHARI merupakan seni dengan bacaan salawat, lagu, gerakan roddat, pukulan rebana, dan bunyian keplok tangan. Seni hadrah ini terlihat sangat indah ditampilkan bersama ribuan jamaah yang lengkap memakai seragam. Sedangkan beberapa orang bertugas memukul alat musik terbang berada di atas panggung.
Gus Hasib menambahkan, bahwa kesenian hadrah yang tergabung dalam ISHARI didirikan salah satunya untuk menandingi kesenian PKI, Lekra waktu itu. ” Mbah Wahab kemudian menyampaikan ke Presiden Soekarno kala itu dan presiden setuju. Akhirnya hadrah itu diberi nama ISHARI ini,”pungkas KH Hasib Wahab yang kini masuk salah satu Ketua PBNU hasil muktamar ke-33 Jombang. [rur]

Tags: