Hak Guru Selenggarakan EBTA

(Menunggu Momentum Menghapus Unas)
Oleh :
Yunus Supanto
Wartawan senior, penggiat dakwah sosial politik.
Ternyata tidak mudah menghapus Unas (Ujian Nasional), walau telah lama diperdebatkan. Wacana penghapusan yang digagas oleh Mendikbud Profesor Muhadjir Effendy, masih belum bisa direalisasi. Agaknya, Kemendikbud masih menunggu momentum yang tepat. Diantaranya, manakala seluruh sekolah (SD, SLTP dan SLTA) telah siap menyelenggarakan Usek (Ujian Sekolah) berbasis komputer. Serta menunggu penyambungan akses internet seluruh daerah (nasional) telah tersambung.
Sekitar 7,8 juta siswa SLTP dan SLTA akan mengikuti Unas tahun 2017. Yakni, 4,5 juta siswa kelas IX, dan siswa kelas XII sebanyak 3,3 juta.  Kecuali untuk jenjang SD (Sekolah Dasar), Unas telah dihapus, digantikan Usek,  sejak dua tahun lalu. Sedangkan jenjang SLTP dan SLTA masih harus menghadapi Unas terpusat, sebagai proyek nasional. Walau reasoning-nya, masih “setengah hati.” Kadang dinyatakan sebagai (sekedar) pemetaan hasil pendidikan. Namun realitanya, hasil Unas di-konversi sebagai syarat kelulusan peserta didik tingkat SLTP dan SLTA.
Ironisnya, pemerintah tidak pernah becus benar menyelenggarakan Unas, kebocoran soal selalu terjadi. Maka tega atau tidak tega, Unas tingkat SMP harus dihadapi oleh anak-anak baru gede. Padahal hasil Unas SMP dan SMTA, tidak digunakan lagi sebagai “tiket masuk” jenjang pendidikan lebih tinggi. Masuk SMTA Negeri, kini tidak sekadar menggunakan hasil Unas. Begitu pula masuk perguruan tinggi (negeri maupun swasta), sejak dulu tidak menggunakan hasil Unas.
Hasil Unas tidak dipercaya lagi sebagai potret kemampuan akademik siswa yang telah ulus sekolah. Antaralain karena kebocoran soal yang masif, menjadi perburuan siswa, orangtua, sampai guru (mewakili sekolah). Upaya mengurangi kebocoran soal (dan jawaban) Unas mulai dilakukan tahun 2015. Antaralain melalui Unas online. Tetapi belum semua sekolah mampu melaksanakan Unas berbasis komputer.
Sampai tahun (2017) ini terjadi dua metode Unas. Yakni, paper based test (PBT, dengan tetap menghadapi lembar soal). Serta CBT (Computer Based Test), atau UNBK yang komputer. Khusus Unas berbasis kertas, memerlukan pengamanan ekstra. Namun toh ternyata, masih tetap bocor. Dulu, pembocoran soal Unas dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tapi kini berani terang-terangan, malah diunggah ke jaringan google.
Tahun (20215) lalu, sebanyak 30 buklet (dari 11.730 buklet) diunggah,ke mdia sosial, menjadi bukan rahasia. Meski hanya 30 buklet, nyatanya, sesuai benar dengan soal Unas. Dulu pula, kebocoran selalu ditutup-tutupi, tidak diakui. Seluruh pejabat, mulai menteri sampai bupati dan walikota, menyatakan tidak ada kebocoran soal Unas. Padahal, polisi nyata-nyata sudah menangkap pelaku pengedar bocoran jawaban Unas.

Rate this article!
Tags: