Hama Tikus Mewabah, Petani Gondang Nganjuk Gelar Ritual Baritan

Ritual baritan di Desa Kedungglugu Kecamatan Gondang untuk mencegah wabah hama tikus yang menyerang lahan pertanian agar tidak meluas.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Ancaman wabah hama tikus yang menyerang areal persawahan di Kecamatan Gondang, memunculkan kembali tradisi kuno yang dikenal dengan nama baritan. Tradisi baritan merupakan kegiatan ritual yang telah berlangsung secara turun temurun yang sudah dilakukan masyarakat dengan tujuan menangkal bencana atau wabah di suatu daerah.
Menurut kepercayaan warga, jika tradisi baritan tidak dilaksanakan maka akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan terhadap hasil panen serta hasil ternak maupun pemiliknya.
Tradisi baritan adalah salah satu warisan budaya masyarakat yang berada di daerah agraris atau perkampungan nelayan. “Tradisi baritan lebih merupakan tradisi untuk menolah balak atau menangkal wabah yang mengancam hasil pertanian maupun masyarakat,” tutur Sartono Kepala Desa Kedungglugu Kecamatan Gondang.
Salah satu wilayah yang menyelenggarakan tradisi baritan adalah Desa Kedungglugu, dimana sebelumnya sebagian tanaman cabe dan jabung milik petani setempat diserah wabah tikus.
Ritual tradisi baritan di Desa Kedungglugu disertai dengan pesta kembul bujono atau makan bersama.
Lebih jauh Ida Shobihatin,AP,M.Si Camat Gondang menuturkan tradisi baritan adalah sebuah upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan peristiwa alam.
Kepercayaan masyarakat terkait ritual tradisi baritan dilakukan untuk mencegah bencana alam yang mungkin akan terjadi. Tradisi ini sangat erat dengan peristiwa sejarah yang dialami warga setempat.
“Tradisi baritan merupakan akronim dari mbubarake dhemit lan setan yang berarti membubarkan jin dan setan yang menimbulkan wabah bagi petani. Sehingga, tradisi Baritan menjadi upaya yang ditempuh untuk memohon keselamatan,” terang Ida Shobihatin.
Namun kepercayaan tradisi masyarakat agraris Desa Kedungglugu dan Senjayan, ritual baritan untuk menghindarkan diri dari serangan tikus. Karena sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan tikus menjadi simbol petaka bagi petani.
Bentuk penyelenggaraan tradisi baritan yang dilakukan di Desa Kedungglugu berupa kendurenan atau membaca do’a bersama warga satu kampung. Bentuk upacara tradisional berupa masyarakat mebawa berbagai macam hasil bumi yang telah diolah menjadi berbagai macam masakan.
Kemudian warga berkumpul menjadi satu di tanah persawahan bersama untuk memohon keselamatan. Selesai berdoa yang dipimpin oleh tetua desa atau kepala desa,masyarakat yang hadir langsung menggelar pesta makan bersama atau kembul bujono di tengah areal persawahan. (ris)

Tags: