Hancur Terkena Angin, Dua Kakek di Sumenep Tidur di Reruntuhan Rumah

Bangunan sementara yang digunakan korban untuk tidur

Sumenep, Bhirawa
Sungguh malang nasib dua kakek bersaudara di Kabupaten Sumenep. Dua kakek itu yakni Sumawi (56) dan Sunab (54). Mereka kehilangan tempat tinggal setelah dihantam angin kencang beberapa waktu lalu, Senin (25/1/2021). Akibatnya, mereka harus tinggal dibawah terpal dengan alas tikar yang sengaja dipasang di tengah puing-puing bangunan rumahnya.

Kedua kakek yang sama-sama ditinggal istrinya meninggal dunia beberapa waktu lalu itu merupakan warga Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Mereka harus menahan dinginnya angin malam saat tidur, bahkan jika saat terjadi hujan, kakek tersebut tidak bisa tidur sepanjang malam. Beruntung banyak tetangga yang baik membantunya untuk sekedar berteduh saat terjadi hujan deras.

Pasca terkena musibah, mereka hanya mendapatkan sekali bantuan sembako dari Pemerintah Kabupaten Sumenep. Itupun hanya mencukupi kebutuhan hidupnya selama beberapa hari. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak, kecuali menanti uluran tangan tetangga yang dermawan. Mereka tidak bisa membangun rumahnya kembali lantaran tidak memiliki harta yang cukup. “Saya bingung bagaimana caranya bisa membangun rumah ini lagi. Karena tidak ada uang yang cukup,” kata Samawi, saat ditemui Harian Bhirawa, Selasa (2/2).

Ia yang kesehariannya sebagai petani itu hanya pasrah dan berharap ada orang yang bisa membangunkan rumahnya meski sekedar dari bambu. Jika tetap dibiarkan tinggal di bawah terpal, dengan kondisi kesehatan yang sudah rentan penyakit, dipastikan akan menambah kondisi tubuh mereka semakin memburuh. “Semoga pemerintah bisa memahami kami agar bisa kembali hidup normal. Setiap waktu saya berdoa kepada Allah, agar diberi kesehatan,” jelasnya.

Ditempat terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Abd Rahman Riadi mengaku telah mendatangi lokasi bencana alam yang menimpa kedua kakek tersebut. Sembako dan terpal untuk berteduh sudah disalurkan pasca kejadian. “Itu untuk penanganan sementara. Selebihnya, kami sudah sampaikan kepada pihak Pemdes (Pemerintah Desa) agar diurus surat permohonan sebagai penerima bantuan,” ungkap Abd. Rahman Riadi.

Sesuai regulasinya, rumah yang ambruk akibat bencana itu masuk kategori rusak berat. Nilai bantuan yang dapat disalurkan oleh Pemerintah Kabupaten sebesar Rp. 2,5 juta. Dengan besaran uang tersebut, dipastikan tidak cukup untuk membangun rumah layak. Namun, hal tersebut sudah menjadi ketentuan dalam aturan yang berlaku. “Besaran bantuan memang terbatas. Kalau tidak cukup, ya harus dimaklumi,” papar. Rahman.

Pemerintahan Desa setempat juga bisa menggunakan Dana Desa (DD) untuk memfasilitasi bila warganya ada yang terdampak musibah bencana alam. “Sudah jelas dalam Permendes nomor 16, tentang DD bisa digunakan untuk penanganan bencana. Itu bisa dimanfaatkan,” tegasnya. [Sul]

Tags: