Hanya Bermodalkan Stik, Sering Raih Penghargaan Best Drummer

Adlillah Akmal Shadidan

Adlillah Akmal Shadidan
Meraih prestasi dan penghargaan sebagai Best Drummer di berbagai event bergengsi tingkat nasional dan provinsi membawa cerita yang menggelitik dari sosok Adlillah Akmal Shadidan. Siswa kelas 12 SMA Muhammadiyah 10 (SMAMX) Surabaya ini, tidak pernah mempunyai drum sebagai ‘senjata utamanya’ dalam tampil. Bahkan untuk latihan dia hanya memainkan stik drum yang dimiliki. Lalu, bagaimana bisa tanpa drum dan hanya menggunakan stik drum bisa menyabet prestasi yang membanggakan, yakni best drummer?
Shadidan begitu remaja ini disapa mengatakan, alasan ia tidak mempunyai drum adalah karena orangtuanya. Ia mengaku jika kedua orangtuanya, termasuk sang ayah tidak ingin Shadidan berpuas diri atau bosan ketika mempunyai drum.
“Jadikan kalau punya drum ayah takut kalau saya bosan. Kalau bosan ini (drum) kan nggak kerawat. Jadi nggak apa-apa sih, tantangan juga bagi saya nggak diizinkan memiliki drum,”jelas dia.
Sehingga dalam latihan drummer ia biasanya menggunakna headset untuk mendengarkan alunan musik drum, bass, gitar dan vocal. Dari itu, ia mulai memainkan kedua stik di tangannya sesuai dengan alunan musik yang di dengarkan. “Ya menggunakan imajinasi untuk main drum. Dari kecil dulu seudah seperti ini. mangkanya PR saya bagimana mengalahkan pesaing saya meskipun nggak punya drum,” ungkap dia.
Tantangan itu yang kemudian membulatkan tekadnya untuk terus mengasah kemampuanya meskipun terbatas dengan alat drum. Kendati begitu, ia mampu meraih berbagai prestasi gemilang dengan kategori Best Drummer. Seperti lomba band pelajar di tingkat nasional dengan kategori best drummer pada tahun 2016 silam. Selain itu juga meraih juara 1 lomba band dan best drumer se di tingkat provinsi 2018 lalu.
“Terhitung ada lima penghargaan best drummer dari mulai tingkat kota Surabaya hingga nasional. kadang juga, saya juga diundang di event resmi seperti Jazz Traffict, Dinas Pendidikan provinsi dan berbagai acara bergensi lainnya,” katanya.
Terakhir, sambung dia, beberapa waktu yang lalu, saya diundang untuk mengisi acara di 20th Conference of International Network of Affiliated Posrt.
Kendati memiliki pengalaman yang cukup matang dan prestasi yang membanggakan, siapa sangka Shadidan pernah gagal dalam memainkan alat musik drum. Di mana ketika lomba berlangsung, pedal drum yang ia injak rusak. Sehingga alunan musik yang ia bawakan bersama band nya menjadi berantakan. “Itu kesalahan fatal dari panitia yang pernah terjadi,”imbuh dia.
Akan tetapi, pengalaman pahit itu, tak lantas membuat dia patah arang. Bahkan ia mengatakan jika itu menjadi pengalaman paling berharga. Sehingga ketika akan tampil ia selalu mengecek alat musik drum yang telah disediakan oleh pihak panitia.
Bagi remaja berusia 17 tahun ini, musik tidak hanya memberikan sebuah suara tanpa makna dan arti. Lebih dari itu, dengan musik Shadidan merasa bahagia. Di samping itu, banyak ide yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah instrument.
“Musik bagi saya justru memberikan inspirasi untuk mengaransemen sebuah lagu. Membuat improvisasi jadi bisa membantu teman-teman yang tidak bisa mengaransemen lagu,”jelas dia.
Jadi, kata dia, tidak ada kata bosan dalam diri saya untuk bermusik. “Sehari saja tidak pegang stik drum rasanya ‘gatal’ pengen main drum terus,” imbuh dia.
Oleh karena itu, setelah lulusa SMA, remaja berambut cepak ini berencana untuk melanjutkan pendidikan tinggi di sekolah musik.
“Kalau udah passion dan menjadi keinginan ya harus tercapai. Apalagi saya juga ingin mematahkan pandangan orang-orang tentang masa depan seorang musis. Berharapnya ya semoga bisa menjadi musisi inspiratif bagi semua orang lah.,”pungkas dia. [ina]

Tags: