Hanya Bersama Tuhan Mendapat Kekuatan untuk Mengemban Tugas

Pendeta Tetty Siringoringo bersama jamaat ketika memberikan sumbangan sembako pada Gatot Nurwanto warga kampung Bumiharjo 66 Surabaya.

Cerita Tetty, Gembala Wanita Peduli Kaum Papa

Kota Surabaya, Bhirawa
Natal 2017 tahun ini, merupakan tahun suci yang sangat bersejarah dalam kehidupan pendeta Tetty Siringoringo, pasalnya pada peringatan Natal tahun ini, untuk kali yang pertama ia tampil sebagai gembala sidang. Bagaimana ceritanya ?
Gembala sidang adalah sebutan bagi pemimpin tertinggi di sebuah gereja yang berada di bawah naungan sinode Gereja Bethel Indonesia. Tetty memimpin gereja yang bernama House of Miracle (Home) di area Klampis, Surabaya Timur, didampingi suami dan anak semata wayangnya.
Awalnya, Tetty tidak pernah bermimpi apalagi bercita-cita menjadi pendeta, sebab ia dulu bekerja di dunia sekuler dengan karir yang lumayan. Sedangkan di gereja maupun di Ministry Bible School (MBS) ia hanya part time bersama mendiang pendeta Ranto Siahaan dan Hisar Siringoringo. Namun kini, ia fokus pada pekerjaan full time di bidang kerohanian. Tetty menggantikan abangnya, pendeta Hisar Siringoringo gembala sidang yang meninggal dunia pada April 2014.
Gereja House of Miracle (Home) yang dibangun alm Pdt Dr Hisar Siringoringo MTh sempat krisis kepemimpinan karena tidak adanya gembala sidang selama 2014-2016. Sejak ditinggal oleh pdt Hisar Siringoringo, abangnya.
Demi melanjutkan cita-cita dan semangat abangnya mendiang Hisar untuk mengangkat derajat kaum papa, dengan membantu mereka dan anak cucunya, maka Tetty pun meneruskan dengan mengadakan Baksos di berbagai kesempatan, khusus Natal tahun ini.
“Setiap bulan GBI Home mengadakan bakti sosial rutin program diakonia, namun khusus Natal jumlahnya lebih besar. Jemaat gerejanya mayoritas dari golongan ekonomi menengah ke bawah, sebab berasal dari awal pelayanan Hisar yang mengadakan ibadah pemulung, pengamen dan pengemis sejak tahun 2005,” ungkap Tetty disela sela Baksos di kampung Bumiharjo Surabaya, Sabtu (23/12) lalu.
Selain di kampung Bumiharjo, juga dilakukan kegiatan perkunjungan dan bakti sosial Natal dengan mengunjungi rumah jemaat di area Gubeng, Joyoboyo dan Jagir dengan menyalurkan sembako dan paket Natal untuk 35 KK.
Dijelaskan pdt Tetty, tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai wujud kasih seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus selama hidup di dunia. “Yesus lahir ke dunia 2000 tahun yang lalu melalui perawan Maria, memberikan teladan kepada kami untuk mengasihi sesama manusia, dan kegiatan bakti sosial peduli dengan mereka yang berkekurangan adalah wujud kasih itu,” tambahnya.
“Kami sudah lebih dari 10 tahun beribadah bersama mereka Untuk mengubah kehidupan mereka, kami juga berikan beasiswa bagi anak cucu mereka, yang bersekolah dan kuliah. Sebab melalui pendidikanlah diharapkan bisa terjadi perbaikan,” jelas ibu satu orang anak lulusan Melbourne, Australia ini.
Tetty awalnya tidak ingin menggantikan kakaknya, namun karena teringat dan demi untuk meneruskan cita-cita kakaknya yang tertunda, Tetty akhimya bersedia ditahbiskan menjadi gembala pada 22 Januari 2017 lalu. Sehingga Natal kali ini adalah Natal yang pertama bagi Terry sebagai seorang gembala sidang.
“Awalnya memang sulit bagi saya, karena “casing” saya ini wanita, apalagi saya masih muda, di dunia kependetaan yang mayoritas gembala sidang adalah pria berumur. Seringkali orang memandang sebelah mata dan tidak percaya, tetapi syukurlah karena saya sudah biasa diremehkan orang sejak dulu,” papar Isteri dari Andreas Nelson Manalu ini.
Ketika ia dulu dipercaya menjadi manajer di usia sekitar seperempat abad, terkadang klien nya tetap memintanya memanggil sang manajer, sebab mereka tidak percaya jika Tetty adalah manajernya. Juga ketika ia harus bekerja di perusahaan teknologi dan telekomunikasi yang didominasi oleh pria, ia sering dianggap sebagai “kelas kedua” yang tidak tahu apa-apa. “Saya baru mengerti mengapa dulu Tuhan menempatkan saya di pekerjaan seperti itu, ternyata untuk mempersiapkan agar saya kuat dan teguh,” ujarnya.
Ketika diremehkan orang, seringkali justru membuatnya bersemangat untuk membuktikan bahwa ia sanggup bertahan, bangkit dan maju. “Hanya bersama Tuhan saya mendapat kekuatan untuk mengemban tugas mulia ini,” kata peraih Indeks Prestasi (1P) 3,6 dari Magister Media dan Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya. [M Ali]

Tags: