Harapan Baru dari Proyek Lepas Pantai Australia

04-Foto tulisan 2 pelabuhan tenauPelabuhan Tenau menyimpan potensi alami dengan kedalaman pada air surut terendah (LWS) -15 meter. Kapal berkapasitas 5.000 Teus sepanjang 325 meter alias kapal generasi kelima bisa sandar di dermaga ini.

Diananta Putra- Banyuwangi

Kepala Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Tenau Sumadi, mendukung upaya Pelindo mengembangkan infrastruktur pelabuhan Tenau buat mempercepat konektivitas penyaluran logistik. Rencana aksi itu dinilai sesuai koridor RIP jangka panjang. Secara umum, kata dia, Pelabuhan Tenau cukup siap mendukung tol laut. “Tapi secara spesifik masih banyak pembenahan pada fasilitas petikemas, general cargo, dan terminal penumpang,” kata Sumadi.
Pemerintah Provinsi NTT, kata Sumadi, juga mengapresiasi respon cepat Pelindo membenahi infrastruktur pelabuhan sebagai pintu keluar masuk barang-barang kebutuhan. Ia berharap, masyarakat dan Pemda tingkat II di Provinsi NTT menangkap momentum kemudahan transportasi laut tersebut.
Sumadi mendorong pemda membangkitkan sektor-sektor produktif untuk menggenjot ekonomi daerah. “Masyarakat NTT harus menikmati kemudahan konektivitas logistik itu. NTT jangan hanya menjadi daerah konsumtif saja,” ujar Sumadi.
Hal ini dibenarkan oleh Manajer Operasi dan Komersial Pelindo Cabang Tenau Iman Santoso. Dari realisasi petikemas 88.895 teus, kata Iman, hanya 10 persen barang ekspor dari NTT. “Artinya impor mendominasi 90 persen. Pelayaran dari NTT lebih banyak kontainer kosong,” kata Iman.
Adapun Badan Pusat Statistik Provinsi NTT melansir, realisasi ekspor NTT pada 2013 sebanyak 21,24 juta dollar AS dan impor NTT sebesar 27,06 juta dollar AS. “Ekspor NTT biasanya hasil pertanian, daging sapi, sapi potong, dan batu-batuan hias. Impornya didominasi semen, telur, beras dan kebutuhan pokok lain,” ujar Deny.
Miminnya angkutan dari NTT dibenarkan oleh Sri Hartiningsih. Namun, kondisi ini tak menyurutkan PT Meratus Line membuka layanan Surabaya-Kupang PP sejak puluhan tahun lalu karena cukup prospek. Kini, Meratus Line melayani 6 call pelayaran Surabaya-Kupang-Surabaya setiap bulan. Dari Surabaya ke Kupang, Meratus kerap membawa 130an kontainer. Adapun saat balik ke Surabaya, kata Sri, hanya 20-30an kontainer terisi penuh. Sisanya empty container.
Pelayaran Meratus menggunakan kapal berbobot 5.000 DWT. “Biasanya dari Kupang bawa alat-alat bekas proyek dan hasil bumi. Tidak rugi, hanya untung tipis. Yang penting ada ongkos bayar handling pelabuhan,” ujar kepala PT Meratus Line cabang Kupang itu sambil terkekeh.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia NTT Fredy Ongkosaputra, mengakui Provinsi NTT lebih dominan mengimpor barang ketimbang ekspor hasil industri berbasis potensi daerah. Ia berharap perkembangan sektor industri NTT mampu menghasilkan komoditas ekspor setelah Pelabuhan Tenau alias Nusa Lontar Tenau yang telah ditetapkan sebagai poros maritim lewat tol laut.
“Harus ada kerjasama pelaku usaha dengan pemerintah supaya bisa memanfaatkan kemudahan infrastruktur di pelabuhan. Kita jangan hanya mengimpor tapi harus bisa mengekspor juga. Karena selama ini kapal pulang dari Kupang lebih banyak kosong, itu memicu biaya barang masih mahal di masyarakat,” kata Fredy.
NTT, kata Fredy, punya banyak potensi daerah yang bisa dijual. Masalahnya, pemerintah daerah belum serius mengelola sumber daya untuk dijadikan unggulan yang layak jual. Pelindo Tenau sejatinya telah mendekati Pemda tingkat II untuk menggarap potensi pariwisata di sejumlah daerah. Strategi ini buat menggenjot kunjungan kapal pesiar ke Kupang menyusul satu kapal pesiar singgah di Tenau pada 2014. “Saya sudah bicara kepada pemprov dan pemda guna memaksimalkan potensi wisatanya. Tapi sampai sekarang belum ada realisasi tindak lanjut, padahal pariwisata NTT ini layak jual,” kata Deny L. Wuwungan menambahkan.
Sementara itu satu unit crane darat sibuk naik turun memindahkan lonjoran pipa baja dari kapal Danzigergracht ke kapal Long Supply Vessel ketika sore menjelang. Kapal Danzigergracht yang berstatus mother vessel itu sandar di dermaga khusus sejak pertengahan Januari 2015. Kapal bongsor ini mengangkut ratusan pipa baja pendukung kegiatan hulu minyak dan gas bumi di lepas pantai Australia. Pipa-pipa didatangkan langsung dari Kuantan, Malaysia.
Dari kejauhan, satu kapal LSV antre menunggu giliran merapat ke bodi Danzigergracht. Ada 15 kapal LSV sebagai feeder untuk mengirim logistik ke titik lokasi proyek lepas pantai. Proyek ini milik Inpex Corporation bernama Ichthys project. “Pelaksana proyeknya PT Saipem Commercia Maritimo,” kata Manajer Operasi dan Komersial Pelindo Cabang Tenau Iman Santoso.
Dermaga tempat Danzigergracht sandar itu tergolong baru, hasil rekonstruksi dermaga pelra yang menelan investasi Rp 118 miliar pada 2014. Pengembangan dermaga kargo ini sepanjang 110 meter, lebar 20 meter berikut area penumpukan. Dermaga dirancang bisa melayani jenis kapal Bulk Carrier berbobot 30.000 DWT, Long Supply Vessel seberat 20.000 DWT, dan kapal Bunkering Barge. Perluasan terminal merespons kerja sama segitiga ekonomi antara Kupang (NTT), Dilli (Timor Leste), dan Darwin (Australia).
Menurut Iman, Saipem memilih Kupang untuk bongkar muat pipa offshore karena biaya jasa kepalabuhan dinilai lebih murah dan aman ketimbang di Dilli dan Darwin. Sejak aktivitas perdana pada Juli 2014 hingga Januari 2015, cabang Tenau berhasil mencetak pendapatan dari jasa kepelabuhan sekitar Rp 60 miliar. Layanan pemanduan kapal banyak digunakan mother vessel. “Kontrak kerjasama berakhir Juli 2015. Kalau proyek belum selesai, kontrak bisa diperpanjang,” ujarnya.
Lewat kerjasama ini, Pelindo III membidik potensi call kapal PT Saipem Commercia sebanyak 683 call per tahun. Sementara minimum kapasitas bongkar muat pipa offshore sebanyak 1.228.800 ton per tahun. Saipem menyediakan empat unit mother vessel buat mendukung operasi proyek. “Sampai sekarang kira-kira baru mencapai 60 ribuan ton pipa offshore yang telah dibongkar di sini.”
Beres melayani di Ichthys Project, Iman membidik proyek hulu migas di celah Timor yang masih berpolemik antara Pemerintah RI dan Australia. Konon, cadangan migas di blok ini cukup besar. “Kalau proyek ini berjalan, Pelabuhan Tenau semakin ramai. Kami sudah siap-siap sejak sekarang,” kata Iman.
Meski berhasil dari sisi infrastruktur, proyek menyisakan persoalan karena TKBM lokal belum dipekerjakan di offshore logistic base. Tapi Iman tak tinggal diam. Ia telah melayangkan permintaan kepada Dinas Tenaga Kerja NTT dan KSOP untuk menerbitkan sertifikasi TKBM sesuai persyaratan yang diminta. Lantaran proyek ini milik asing, Iman mengikuti aturan main ketat yang diminta oleh PT Saipem.
Ketatnya aturan dirasakan Bhirawa saat masuk area offshore logistic base. Dua satpam menyetop setiap pekerja dan tamu di pos keamanan untuk tes alkohol sebelum dan setelah masuk area terbatas ini. Tes dengan cara meniup sedotan kecil yang terhubung ke perangkat pemantau kadar alkohol. Bila dilayar muncul angka 000, satpam akan mempersilakan tamu masuk area. “Sudah standartnya,” ujar si satpam.
Juru bicara PT Pelindo III (Persero) Edi Priyanto, mengatakan kinerja bongkar muat general cargo di Tenau melonjak signifikan pada 2014. Bongkar muat offshore logistic, kata Edi, berkontribusi paling besar mendongkrak realisasi bongkar muat general cargo tahun lalu sebesar 888 ribu ton. Naik ketimbang tahun 2013 sebanyak 448 ribu ton.
Pelabuhan Tenau sejatinya menyimpan potensi alami dengan kedalaman pada air surut terendah (LWS) -15 meter. Kapal berkapasitas 5.000 Teus sepanjang 325 meter alias kapal generasi kelima bisa sandar di dermaga di Tenau. Pelindo III tak perlu susah payah mengeruk dasar laut untuk menambah kedalaman alur seperti halnya di Tanjung Perak, Surabaya.

                                                                                  ———————– *** ————————-

Tags: