Harapan Besar Masyarakat

NURUL huda1Oleh:
Moh Nurul Huda
Sekretaris Umum di Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LeSAN) dan Peneliti Muda di Aliansi Penulis Idealis (API) IAIN Walisongo Semarang

Hajatan lima tahunan, Pilpres telah terselenggara 9 juli kemarin. Setidaknya, di situlah harapan bangsa dipertaruhkan. Apakah Indonesia akan membaik, atau justru sebaliknya. Sehubungan dengan itu, nuansa pemilihan presiden kali ini tampak berbeda dengan pemilihan-pemilihan sebelumnya. Bahkan, seolah-olah masyarakat telah terbelah menjadi dua kubu. Kubu pertama berada pada pihak Prabowo-Hatta, begitupun kubu kedua berada pada pihak Jokowi-JK.
Dan tampaknya, dengan integritas, loyalitas, elektabilitas dan kredibilitas yang mereka miliki. Kedua capres dan cawapres tersebut telah berhasil menghegemoni masyarakat yang ada. Optimisme dan kepercayaan diri dari kedua capres untuk memajukan dan mensejahterakan rakyat selama lima tahun mendatang. Tampaknya juga telah membuat rakyat yakin untuk berbenah diri pada tahun mendatang. Hal ini dimungkinkan, karena visi dan misi yang mereka rencanakan, setidaknya akan mampu membangun Indonesia dari ketertinggalan.
Sebab, ketika kita menyimak visi misi yang telah dijanjikan, maka sudah barang tentu janji-janji itulah yang diharapkan oleh masyarakat. Hal ini tak lain karena dibalik visi misi tersebut, menyimpan segenap harapan besar masyarakat. Bahkan, tolok ukur untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berdaulat, mandiri, dan bermartabat layaknya sangat mungkin untuk direalisasikan.
Kemungkinan besar tersebut, tak lain karena menilik dari adanya permasalahan yang kian menggurita. Bahkan tidak dapat dipungkiri, permasalahan-permasalahan itu ibarat gunung es yang terejawantahkan dalam realitas sosial yang ada. Ironi inilah, yang setidaknya menyebabkan masyrakat semakin yakin akan visi dan misi yang telah dicanangkan.
Permasalahan
Di antara permasalahan yang telah mendarah daging adalah kesenjanganan ekonomi yang semakin melebar. Hal ini pada akhirnya menyebabkan hutang negara yang semakin hari semakin mengalami pembengkakan. Bahkan, hutang tersebut mencapai 2.273, 76 triliun pada September 2013 lalu. Lebih dari itu, berdasarkan dari hasil data Koalisi Anti Utang (KAU) menyebutkan bahwa hutang pemerintah pada Oktober 2013, sudah naik hingga mencapai USD 262,4 miliar atau setara dengan 3.204 triliun. Nah, Setidaknya itu merupakan masalah yang sangat vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebab, di lain pihak, daya saing ekonomi Indonesia masih cukup lemah. Problematika tersebut tak lain karena produk-produk dalam negeri yang semakin hari semakin dianaktirikan. Penganaktirian tersebut tak lain juga karena tergerusnya produk dalam negeri oleh kebijakan impor pemerintah yang semakin hari semakin meningkat. Padahal, persaingan ekonomi tahun mendatang tampaknya semakin ketat. Sebab, seperti yang kita ketahui bersama, bahwa pemerintah telah menandatangani China Asean Free Trade Agrement (CAFTA). Selain itu, ditingkat regional, Indonesia juga akan memasuki Forum Masyarakat Ekonomi Asean.
Namun, ketika menyimak dari debat yang telah direalisasikan. Maka, solusi yang disebutkan pun jelas. Yakni, dari Prabowo memberikan solusi berupa mengembalikan ekonomi kerakyatan. Begitupun Jokowi yang memberikan solusi ekonomi berdikrari. Yang pada intinya, kedua capres tersebut sama-sama memberikan solusi yang bertujuan untuk menyamaratakan perekonomian masyarakat. Begitupun ingin mengurangi kesenjangan masyarakat. Sebab, sudah kita ketahui bersama, tanpa disadari ekonomi kapoitalis yang idealnya hanya dikuasai oleh segelintir pemodal saja sudah menmenjerembab ke seluruh lini kehidupan.
Kemudian lebih menarik dari hal itu. Berbagai rentetan permasalahan dalam negeri setidaknya juga selaras dengan visi misi yang telah dijanjikan. Diantara permasalahan tersebut adalah penegakan hukum yang masih belum merata. Dengan kata lain, hukum masih ibarat pisau terbalik. Yang mana tumpul ketika berhadapan dengan golongan atas. Dan lancip ketika berhadapan dengan golongan bawah.
Tidak kalah menariknya, permasalahan korupsi yang telah menjalar ke seluruh lini kehidupan juga ikut membaur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, permasalahan tersebut kini telah menjadi rutinitas yang tidak bisa dielakkan lagi. Hingga pada akhirnya polemik tersebut telah mencederai seluruh sendi-sendi birokrasi. Masalah lain yang tak kalah penting yaitu adanya konflik antar suku, agama dan konflik social lainnya yang dapat mengancam disintegrasi bangsa.
Polemik ini, tak lain juga karena adanya diskomunikasi dan kurangnya toleransi antar sesama. Kefanatikan antar suku, bangsa, dan kebudayaan juga setidaknya menjadi alasan untuk menjadikan perpecahan antar umat. Kemudian terkait dengan sistem perpolitikan Indonesia yang menitik beratkan pada demokrasi juga perlu dikoreksi ulang. Sebab, sistem tersebut kini justru menjadi bumerang bagi perpolitikan negeri ini. Dengan kata lain, sitem demokrasi yang menimbulkan budaya politik “Wani Piro” juga perlu dikaji lebih dalam.
Implementasi Visi Misi
Nah, minilik dari realitas dan solousi yang diberikan, maka, setidaknya target untuk berbenah diri pada Pilpres besok sangatlah signifikan. Sebab, kedua visi misi itulah, yang mampu menegakkan panji kemerdekaan sebenarnya. Namun, lagi-lagi ketika kita berkaca pada pengalaman sebelumnya. Maka, visi misi tersebut hanyalah omong kosong yang digunakan untuk menarik simpati masyarakat.
Dan akibatnya, ketika hal itu terjadi rakyat pun kecewa terkait dengan kemunafikan visi misi yang telah dijanjikan. Oleh karena itu, ketika salah satu dari kedua capres dan cawapres itu terpilih. Maka, mereka harus merealisasikan visi misi yang telah mereka janjikan. Sebab tidak dapat dipungkiri, bahwa target yang telah dijanjikan, setidaknya telah terukur dengan sempurna. Hal ini juga merupakan harapan masyarakat terkait dengan pemimpin yang mau mengabdi akan kebutuhan masyarakat.
Di sisi lain, di dalam kedua visi misi tersebut juga mencerminkan akan adanya kontribusi lebih terhadap masyarakat. Semoga dengan adanya pemimpin baru dan adanya visi misi yang telah dicanangkan. Nantinya dapat terealisasi dan mampu mengembalikan Indonesia sebagai negara ramah yang gemah lipah loh jinawe.
Wallahu a’lam bi al-sowab.

Rate this article!
Harapan Besar Masyarakat,5 / 5 ( 1votes )
Tags: