Harga Ayam Potong Turun, Peternak Merugi

Peternak ayam potong di Kabupaten Malang keluhkan turunnya harga daging ayam

Kab Malang, Bhirawa
Peternak ayam potong di wilayah Kabupaten Malang mengeluhkan turunnya harga ayam potong  hingga Rp 16 ribu per kilogram. Padahal, jika menurut Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR), harga ayam potong ditingkat pernak minimal Rp 22 ribu per kilogram.
Akibat turunnya harga ayam potong ditingkat peternak, kata salah satu peternak ayam potong asal Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang Sulistyo, Minggu (2/4), para peternak ayam potong mengalami kerugian. Turunnya harga daging ayam tersebut sejak bulan Oktober 2016, hingga kini harga ayam potong ditingkat peternak juga belum naik, masih bertahan di angka Rp 16 ribu per kilogram.
“Jika dalam beberapa Minggu ini, harga ayam potong ditingkat peternak juga belum naik, maka dipastikan peternak terus akan mengalami kerugian,” ungkapnya.  Sebab, kata dia, selama ini peternak mengandalkan pakan konsentrat dari pabrikan. Dan harga pakan tersebut sudah dipatok yakni dengan harga Rp 340 ribu per 50 kilogram.
Jika memiliki 1000 ekor ayam, maka dibutuhkan 1.750 kilogram pakan atau 35 karung. Sementara, masa pelihara ayam potong ini selama 55 hari. Sehingga peternak ayam tidak bisa berharap pada harga pakan, karena sudah ditentukan dari pabrik. Dan satu-satunya harapan peternak untuk meraup untung hanyalah harga jual ketika panen.
“Peternak ayam potong sendiri tidak hanya membeli pakan saja, tapi juga membeli vitamin, obat-obatan dan vaksin. Sehingga ketika saat panen tiba harganya jatuh, ya secara otomatis tidak ada keuntungan yang bisa diambil peternak,” terang Sulistyo. Selain itu, lanjut dia, peternak juga mengeluhkan adanya harga Day Old Chick (DOC) atau anak ayam broiler dimainkan. Padahal, PINSAR menetapkan harga DOC maksimal Rp 5000 per ekor, namun kenyataannya DOC dijual Rp 5.500 hingga Rp 6.000 per ekor. Apalagi jika mendekati puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, harga DOC semakin mahal. Dan bila hal itu idak ditertibkan oleh pemerintah, maka peternak ayam potong akan semakin menderita, karena harga pakan dan obat-obatan mahal.
“Meski harga harga ayam potong turun, dirinya tetap berusaha produksi, itu kami lakukan hanya untuk menutup modal usaha. Karena untuk memproduksi ayam potong ini dirinya menghutang ke bank. Diharapkan kondisi harga ayam potong akan lekas membaik, sehingga dirinya bisa mengembalikan pinjaman ke bank,” keluh dia.
Sulistyo menegaskan, tidak ada pilihan lagi dalam membuka usaha dengan menghutang ke bank. Dan agar dirinya dan peternak ayam yang lainnya bisa mengembalikan hutang ke bank, jalan satu-satunya harga ayam potong ditingkat peternak harus membaik. Dan jika kondisi harga ayam potong tidak naik, dipastikan peternak ayam akan semakin terpuruk karena terlilit hutang di bank.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Malang H Hadi Mustofa mengatakan, dengan anjloknya harga ayam potong ditingkat peternak, dirinya masih akan melakukan pantauan di lapangan. Karena saat ini memang kondisi peternak ayam potong di wilayah Kabupaten Malang saat ini kurang menguntungkan. Agar dirinya tidak salah dalam menanggapi turunnya harga ayam potong ditingkat peternak, maka dirinya akan turun ke lapangan dulu.
“Selama ini para peternak ayam memang penuh dilematis. Karena jika beternak secara mandiri, maka harganya akan dipermainkan. Jika melakukan kemitraan dengan perusahaan besar, harganya ditentukan oleh perusahaan. Sehingga hal itu membuat peternak ayam potong diposisi yang serba tidak menguntungkan,” tegasnya. [cyn]

Tags: