Harga BBM Bakal Kembali Turun Akhir Januari

Petugas SPBU di Surabaya melayani pembeli motor, Rabu (7/1). Dalam waktu dekat, pemerintah akan mengevaluasi harga BBM seiring dengan anjloknya harga minyak mentah dunia.

Petugas SPBU di Surabaya melayani pembeli motor, Rabu (7/1). Dalam waktu dekat, pemerintah akan mengevaluasi harga BBM seiring dengan anjloknya harga minyak mentah dunia.

Jakarta, Bhirawa
Pemerintah akan kembali menurunkan harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat. Penurunan ini untuk mengikuti harga minyak dunia yang terus terjun bebas.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, pemerintah akan segera melakukan rapat dalam waktu dekat untuk membahas imbas menurunnya harga minyak dunia tersebut pada harga BBM bersubsidi di Tanah Air. “Kita akan turunkan lagi harga BBM, tapi tunggu akhir bulan ini,” ujarnya usai sidang kabinet di Istana Negara, Rabu (7/1).
Sofyan menjelaskan, harga BBM ditentukan berdasarkan harga rata-rata pada 25 Desember 2014 sampai 24 Januari 2015. Selain itu, harga BBM bersubsidi juga dipengaruhi oleh kurs rupiah terhadap dollar AS. “Kelihatannya di Januari akan turun banyak,” ucap dia.
Meski demikian, Sofyan belum berani memprediksi berapa kira-kira penurunan harga BBM yang akan diberlakukan. Sebab, ada banyak faktor yang akan memengaruhi hal tersebut. “Kita tidak bisa prediksi sekarang karena masih jauh, ini menunggu sampai 24 Januari,” ucap dia.
Seperti diketahui, harga minyak dunia kembali turun ke posisi terendahnya dalam lima tahun terakhir. Saat ini, harga minyak dunia mencapai 52 dollar AS per barel. Padahal asumsi APBN-P 2014 sebesar 105 dollar AS per barel.
Indonesia Corruption Watch (ICW) sendiri sebelumnya menilai kebijakan pemerintah dalam menentukan penetapan harga BBM baru per Januari 2015 dinilai menyimpang dari perhitungan harga seharusnya. Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas  menyebutkan, perkiraan harga keekonomian BBM premium pada Januari 2015 adalah Rp 7.013,67 per liter. Ini berarti penetapan harga premium versi pemerintah berpotensi lebih mahal sebesar Rp 586,33 per liter.
Sementara itu, perkiraan harga patokan BBM solar pada Januari 2015 sebesar Rp 6.607,53 per liter. Berdasarkan hitungan ICW, maka beban subsidi BBM solar yang ditanggung oleh negara bukan Rp 1.000 per liter. “Tetapi, hanya Rp 303,18 per liter atau berdasarkan perhitungan (Rp 7.250-PPN-PBBKB) – Rp 6.607,53),” tambah Firdaus Ilyas.
Pemerintah menghitung harga BBM jenis premium dan solar dengan menggunakan indikator Indonesian Crude Price (ICP) atau Harga Minyak Mentah Indonesia yang dipatok di kisaran 60 dollar AS per barel dengan kurs Rp 12.380 per dollar AS. “Penetapan harga untuk Januari 2015 diindikasikan lebih mahal dari harga seharusnya, apakah karena kesengajaan atau ketidak hati-hatian dalam perhitungan. Ada indikasi potensi kemahalan harga sebesar Rp 1,440 triliun untuk premium, sedangkan solar sebesar Rp 909,9 miliar,” papar dia.
Terkait penghitungan ICW itu, Sofyan Djalil membenarkan bahwa, harga BBM  jenis premium saat ini sudah ditambahkan atau di-mark up harganya, sehingga ada perbedaan hitungan dari PT Pertamina (Persero) dan ICW.
Sofyan beralibi penambahan ini dikarenakan Pertamina berkewajiban memasok dan menjamin ketersediaan harga BBM yang sama di seluruh pelosok Indonesia. “Jadi memang ada hal kalau di Jakarta lebih mahal dari seharusnya, tapi kalau dilihat tugas Pertamina ke daerah lain itu semua itu sudah dihitung, jadi tidak ada mark up dalam arti negatif,” jelas Sofyan .
Sofyan menambahkan, proses mark up ini sudah dihitung karena Pertamina sebagai badan penyalur BBM harus menjamin ketahanan hingga 19 hari stok BBM dan itu sangat luar biasa besar angkanya karena selama ini telah disubsidi. “Tugas Pertamina menghitung untuk mencapai harga keekonomiannya,” sambungnya.
Hal ini kata dia juga tidak terlepas dari belum adanya persaingan badan usaha dalam menjual harga premium, oleh sebab itu pemerintah menetapkan harga. “Jadi bukan maksudnya mark up untuk dikorupsi, tapi di-mark up untuk biaya itu sehingga ada unsur pro subsidi,” ujarnya.
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri memprediksi harga minyak dunia yang saat ini terus anjlok diyakini akan berlangsung sepanjang  2015. Hal tersebut membawa pengaruh baik untuk harga BBM yang tidak lagi disubsidi pemerintah. ” Harga rendah ini akan berlangsung cukup lama,” katanya.
Menurutnya, hal tersebut cukup baik karena membuat pemerintah tepat untuk tidak memberikan subsidi pada BBM. Sehingga harga premium tidak akan melonjak tinggi. “Tapi keyakinan saya paling tidak sepanjang tahun ini di bawah 70 dollar AS. Di bawah harga itu logikanya tidak perlu subsidi,” kata dia.
Saat ini harga premium memang mengikuti harga keekonomisan dunia, yaitu Rp 7.600 per liter. Namun, harga tersebut diakui pemerintah lebih tinggi sedikit dari harga keekonomisan karena memasukkan biaya untuk proses distribusi ke luar Pulau Jawa. [cty,geh,wil,ins]

Tags: