Harga Bumbu Stabil, Cabe Rawit Merangkak Naik

3-penjual-cabe-rawitPemprov, Bhirawa
Musim pancaroba yang kini menerjang berbagai daerah sentra hortikultura menyebabkan produktifitas menurun. Salah satu produk yang terimbas adalah harga cabe rawit yang dari hari kehari harganya terus merangkak naik di pasaran.
Saat ini, harga cabe rawit eceran rata-rata di Jatim mencapai Rp56.000/kg, cabe merah keriting Rp17.600/kg dan cabe merah besar biasa Rp13.700/kg. Sedangkan di pasar Wonokromo Surabaya, harga cabe rawit mencapai Rp60.000/kg, cabe merah besar Rp14.500/kg, cabe merah besar keriting Rp18.000/kg, tomat sayur Rp3.000/kg, bawang merah Rp14.000/kg, bawang putih Rp11.000/kg, gobis Rp4.500/kg, kentang Rp9.000/kg dan wortel Rp8.000/kg.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jatim, Dr Ir Budi Setiawan MMT menuturkan, harga kebutuhan bahan pokok segar bumbu bumbuhan sampai April relatif stabil bahkan beberapa komoditi turun. Kecuali khusus harga cabe rawit terus naik.
“Kenaikan tersebut pertama karena iklim atau cuaca yang saat ini di berbagai daerah sentra hortikultura masih mengalami panca roba dan beberapa daerah masih turun hujan,” kata Budi Setiawan, dikonfirmasi, Rabu (2/4).
Akibatnya, lanjut Budi Setiawan, produktifitas beberapa sayur-sayuran menurun sedangkan permintaan pasar naik. Pihaknya juga memastikan, kenaikan harga cabe rawit bukan dikarenakan dampak dari erupsi Gunung Kelud beberapa waktu yang lalu. Tetapi dikarenakan komoditi agrobis ini sifatnya mudah cepat rusak.
Disamping itu, kenaikan harga cabe sebagian produksi cabe Jatim dijual ke berbagai daerah di Indonesia seperti Kalimantan dan Indonesia timur. “Kami juga menduga ada spekulan yang mencoba memainkan harga disaat harga cabe rawit naik,” tuturnya.
Tak hanya itu, penyebab turunnya produksi cabe rawit juga karena jumlah petani yang menanam cabe rawit tidak banyak dan tanaman cabe mati karena diserang hama. “Kami setiap hari selalu memantau perkembangan harga sayur-sayuran ini,” ungkapnya.
Sementara, Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Sapuan mengatakan, selama Maret 2014 jumlah inflasi di Jatim terbesar disumbang dari kenaikan harga cabe rawit, yaitu mencapai 43,44 persen.
Pada bulan Maret, harga cabe rata-rata naik sebesar Rp4.344/kg atau rata-rata harga cabe rawit sebesar Rp65.000/kg, dan tertinggi di Probolinggo mencapai Rp72.000/kg. Meskipun harga cabe rawit cukup tinggi, kata Sapuan, tetapi dari hasil pantauannya tidak ditemukan cabe rawit impor di berbagai pasar tradisional di Jatim.
“Memang Jatim sebenarnya adalah gudangnya cabe tetapi hasil produksinya banyak dikirim ke Jakarta, Kalimantan dan Indonesia timur. Dampaknya harga cabe disentranya terus naik,” jelasnya.
Salah seorang pedagang hortikultura di Pasar Wonokromo, Hermin menjelaskan, masih tingginya harga cabe rawit membuat pembeli mengurangi konsumsinya. Sehingga yang sebelumnya konsumen membeli satu kilo kini hanya membeli setengahnya saja.
“Ya memang begitu. Kalau harganya mahal pasti pembeli hanya membeli sedikit. Kalau biasanya setengah ya jadi seperempat kilogram saja. Hal itu tentunya menyebabkan omzet kami berkurang. Mudah-mudahan ini tak berlangsung lama,” harapnya. [iib]

Tags: