Harga Cabai dan Tomat Benar-benar Terjun Bebas di Probolinggo

Petani cabai Probolinggo panen raya.

Probolinggo, Bhirawa
Para petani cabai di Kabupaten dan kota Probolinggo, kini dilanda keresahan. Meski kualitas cabai sedang bagus-bagusnya, namun petani tak dapat menikmati hasil panen karena harga jual cabai kini anjilok. Dalam 2 pekan ini harga nya mencapai Rp. 14.000,- perkilo, demikian pula dengan harga tomat yang berada di angka Rp. 2000,- perkilo di tingkat pedagang. Inilah saatnya petani cabai dan tomat menangis.
Muhammad Ridho, petani asal Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, mengatakan saat ini harga cabai jenis cabai rawit, baik cabai rawit merah ataupun cabai rawit hijau berada dibawah Rp. 10.000 ribu per kilogram di tingkat petani. Penurunan harga cabai terus terjadi hampir setiap hari.
“Sepekan lalu masih dikisaran Rp. 25.000,- hingga Rp. 40.000,- per kilogramnya, tapi saat sudah sangat anjlok. Ini tentu tidak menguntungkan kami, padahal cabai bagus kalau kemarau gini,” papar Ridho, Senin 10/9.
Selain cabai rawit, harga cabai keriting juga anjlok. Bahkan harga cabai keriting atau cabai merah besar ini lebih miris lagi karena harga jualnya hanya dikisaran Rp. 2 ribu per kilogramnya. “Mau dapat untung dari mana kalau harganya segitu,” keluh Ridho.
Ridho menduga, faktor pemicu anjloknya harga cabai disebabkan oleh banyaknya pemasokan cabai dari luar daerah ke pasar tradisional di wilayah Kabupaten/kota Probolinggo. “Padahal satu bulan lalu, harga cabai masih diatas Rp. 30 ribu,” kenangnya.
Ismail, pedagang cabai keriting di pasar Baru kota Probolinggo, mengaku merasakan dampak dari rendahnya harga cabai. Dagangannya kini melimpah dan tidak cepat laku, sehingga sering membusuk yang mengakibatkan ia rugi.
“Kalau harganya sudah memprihatinkan kayak gini, masak dari pihak pemerintah tidak mau berbuat sesuatu. Kami harap kedepan, harga cabai kembali ke harga semula,” harapnya..
Demikian pula dengan harga Tomat sebagai bagian dari tanaman holtikultura juga memiliki tingkat keriskanan tersebut. Ini terjadi secara langsung di beberapa wilayah Kabupaten Probolinggo yang merupakan sentra tomat yaitu Sumber, Sukapura, Lumbang, Tiris dan Krucil. “Biasanya petani tomat terkena masalah harga yang turun dan hama penyakit,”kata Meniel, salah satu petani tomat di kecamatan Sumber.
Pernyataan tersebut bukanlah isapan jempol belaka. Ditataran petani, harga tomat setiap tahunnya mengalami penurunan yang cukup drastis. Tahun 2016, harga tomat per kilogramnya masih dalam kisaran Rp. 4.400. Menginjak tahun 2017 harga naik sebentar menjadi Rp. 5000 tetapi tidak berlangsung lama. Memasuki awal tahun 2018 harga turun sampai 100 persen yaitu Rp. 2000.
Kerugian besar petani tomat ini diasumsikan dengan biaya tanam tomat sebesar Rp. 6 juta untuk operasionalnya saja. Belum apabila terkena hama penyakit tanaman seperti lalat buah yang membuat buah tomat tidak bisa berkembang bagus.
“Dengan luas lahan 2.000 meter persegi dan panen tiga bulan sekali, harga tomat sekarang sama sekali tidak bisa menutupi biaya operasional tanam apalagi keuntungan,”ujar Moh. Shodiq yang juga menambahkan mereka semakin terpuruk lagi dengan banyaknya tomat impor yang masuk ke pasaran dalam negeri.
Fauzi juga menambahkan, di tahun lalu dia masih bisa mendapatkan keuntungan walaupun tidak banyak. “Dengan penghasilan kotor Rp 1,4 juta sekali panen dengan harga tahun lalu, masih bisa untung walau sedikit,” tambahnya.(Wap)

Tags: