Harga Cabai Pedas, Wakil Wali Kota Surabaya Minta Warga Optimalkan Urban Farming

Wawali Surabaya Armuji saat berdiskusi dengan petani cabai rawit di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep yang juga mengalami gagal panen.

Surabaya, Bhirawa.
Jelang Hari Raya Iduladha 1443 H, berbagai harga barang pokok mulai merangkak naik. Tidak hanya telur ayam, harga cabai rawit dan cabai besar juga mulai naik. Bahkan, di sejumlah pasar di Jawa Timur harga cabai rawit tembus Rp100 ribu per kilogram.

Mengetahui mahalnya harga cabai ini, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji berdialog dengan petani cabai di aula Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kamis (9/6). Tampak hadir Muspika beserta Penyuluh Pertanian dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP). “Pemerintah kota akan mengambil langkah terkait dengan melambungnya harga cabai jelang Iduladha, tidak hanya cabai nanti juga akan kita amati bahan pokok lainnya,” kata Armuji.

Cak Ji juga meminta agar petani cabai berbesar hati dan terus menggunakan daya-upaya untuk menjaga ritme produksi seoptimal mungkin. Untuk mendukung Pemkot Surabaya dalam menjaga stabilitas ekonomi, maka ia juga meminta agar DKPP membantu kelancaran distribusi pupuk subsidi bagi petani, hingga pengembangan teknologi tepat guna untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan pertanian.

“Kita seharusnya bisa belajar dari tahun ke tahun agar bisa memiliki langkah antisipastif apabila ada tren maupun kejadian seperti ini, maka dari itu saya juga minta penyuluh pertanian mampu mendampingi para petani dan mengambil tindakan terbaik,” ungkap Cak Ji.

Selain melakukan berbagai langkah antisipasi, Armuji juga menegaskan Pemerintah Kota Surabaya akan mengawasi distributor maupun pasar untuk komoditi bahan pokok, agar tidak terjadi penimbunan serta menyusun skema kerjasama dengan daerah prdousen bahan pokok untuk mengamankan ketersediaan stok di Kota Surabaya,” tandasnya.

Menurut Cak Ji, Pemerintah Kota Surabaya juga menyiapkan ribuan bibit tanaman pangan. Diantaranya cabai rawit untuk dapat ditanam di tabulapot yang dapat diambil di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. “Kalau bibit sudah disiapkan, masyarakat yang gemar melakukan urban farming maka akan kita siapkan bibitnya. Sehingga ketahanan pangan dalam skala lingkungan kampung dapat terbentuk,” katanya.

Sementara itu, berdasar Sistem Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) yang dikelola Pemerintah Provinsi Jawa Timur, harga rata-rata cabai rawit mencapai Rp82.023 per kilogram. Di pasar-pasar di Surabaya, harga cabai rawit mencapai Rp85.000 per kilogram untuk Pasar Genteng, Keputran, dan Tambahrejo. Untuk Pasar Pucanganom Rp70.000 dan Pasar Wonokromo Rp90.000.

Harga cabai besar di Pasar Genteng dan Keputran Rp70.000 per kilogram. Sedangkan Pasar Pucanganom dan Tambahrejo Rp60.000. Kemudian Pasar Wonokromo Rp65.000. Untuk harga rata-rata cabai besar Jawa Timur Rp60.725 per kilogram. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Gresik Rp70.000. Dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Blitar Rp51.500.

Mahalnya harga cabai ini, diduga penyebabnya adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) terdapat empat serangan, yakni hama lalat buah seluas, trips, dan kutu kebul. Sedangkan penambahan serangan penyakit virus kuning, antraknose, bercak daun, dan layu fusarium. Selain itu cuaca Ekstrem juga menjadi penyebab fluktuasinya angka produksi cabai rawit.

Petani cabai di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Surabaya mengakui adanya penurunan hasil panen cabai tahun ini. Bahkan, penurunannya sangat drastis. “Biasanya, dalam puncak musim panen kami bisa menghasilkan dua kwintal untuk satu hektare lahan. Namun, saat ini kami hanya bisa mendapatkan sekitar 20 kg,” kata Ketua Kelompok Tani Sendang Biru, Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep, Kota Surabaya Karnoto.[iib.ca]

Tags: