Harga Cabai Rawit dan Daging Meroket, Pedagang Merugi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Belum turunnya harga kebutuhan pokok seperti cabai rawit dan daging yang masih dalam kisaran Rp.100 ribu, membuat pedagang resah. Karena setiap hari, dua kebutuhan tersebut bisa rusak atau membusuk dalam beberapa hari kedepan karena belum laku terjual. Seperti pedagang cabai rawit dan daging di Pasar Pucang tidak berdaya menghadapi turunnya daya beli masyarakat.
Untuk harga cabai rawit di Pasar Pucang Surabaya, Jawa Timur, naik. Penyebabnya adalah pasokan dari pengepul cabai berkurang. Selain itu keadaan cuaca yang kering membuat pertumbuhan tanaman cabai rawit mengalami gagal panen
“Sejak akhir bulan Agustus sampai sekarang, harga cabai udah naik empat kali, yang pertama sejak awal Agustus hingga pertengahan Agustus. Terus kenaikan terjadi lagi sampai hari ini. Maklum, yang beli banyak. Sementara pasokan dari pengepul malah berkurang,” kata Yanti, salah satu pedagang cabai di Pasar Pucang Surabaya, Senin (7/9) kemarin
Dia mengutarakan, kenaikan pertama terjadi pada saat awal Agustus sampai pertengahan yang mencapai Rp60-70ribu. Jika sebelumnya, harga cabai Rp45 ribu per Kg, namun kini harga cabai sudah mencapai Rp.100 ribu per kilogramnya.
“Untuk mengantisipasi kerugian, saya dengan pedagang di Pasar Pucang bersepakat tidak akan melayani pembeli lombok di bawah harga Rp3.000, cara ini diambil sebagai langka untuk hilangnya cabai rawit di pasar Pucang ini. Kalau hilang, maka pedagang disini tidak akan berjualan cabai rawit. Kalau hanya beli seribu enggak akan dilayani. Karena kita bisa rugi, kalau hanya beli seribu, dan dikasih sedikit, mereka malah marah-marah,” tuturnya.
Selain cabai, ternyata harga daging di Pasar Pucang Surabaya juga mengalami kenaikan. Harga yang semula Rp100 ribu menjadi Rp120 ribu per Kg. Rahmawati, salah satu penjual daging, menjelaskan rencananya harga daging akan kembali naik Rp2.000 rupiah setiap harinya, jika keberadaannya masih menipis.
“Harga daging naik lagi. Stok sapi kurang karena mendekati lebaran kurban, peternak lebih memilih untuk menahan menjual kepada momen besar. Dan ini sudah lazim terjadi.” ujar Rahmawati sembari menyataka bahwa dampak dari naiknya harga daging, jumlah pembeli terus berkurang.
Sementara itu, Sri Kasmiati, salah seorang pembeli mengeluhkan dengan harga cabai dan daging yang tidak stabil. Pihaknya berharap ada solusi dari pemerintah yang konkret dalam menyelesaikan permasalahan ini. Entah itu impor, apabila hasil panen petani memang kenyataan tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. “Saya harap pemerintah segera mengatasi, agar masyarakat terbantukan langkahnya cabai dan daging,”tutupnya. [wil]

Tags: