Harga Cabai Rawit di Bojonegoro Masih Mahal

7-pedagang-cabeBojonegoro,Bhirawa
Hingga kini, harga cabai rawit merah di sejumlah pasar tradisional di Bojonegoro masih mahal. Bahkan beberapa hari yang lalu sempat menyentuh diangka Rp 70.000 per kilogramnya. Namun kini masih bertahan dengan harga jual pedas Rp 65.000 per kilogram.
Salah seorang, pedagang sayur di pasar Bojonegoro, Umiyati menuturkan, penyebab mahalnya cabai rawit lantaran dampak hujan abu vulkanik Gunung Kelud beberapa waktu lalu.  ” Karena saya kulakan sudah mahal, otomatis harganya ikut naik. Kini saya jual cabai rawit merah Rp 65.000/kg, cabai rawit hijau Rp 20.000, cabai merah keriting Rp 25.000 dan keriting hijau Rp 16.000/kg. Untuk cabai rawit merah lima hari yang lalu harganya Rp 70.000/kg,” tuturnya kepada harian Bhirawa,Minggu (6/4).
Selain harganya yang tinggi, kualitas pedas cabe rawitnya juga menurun. ” Selain mahal, yang tersedia cuma yang masih hijau atau putih. Jarang ada yang menjual cabe rawit merah. Karena masih muda sudah dipanen untuk memenuhi pasar, tentu saja rasa pedasnya berkurang,” terang Umiyati.
Selain itu,  juga dialami pedagang lain, Sumirah. Menurutnya, cabai di pasar Bojonegoro sempat mahal hingga dijual Rp 70.000/kg, namun kini turun menjadi Rp 65.000.  ” Kalau cabai rawit hijau saya jual Rp 20.000, keriting merah Rp 25.000 dan keriting hijau hanya 16.000/kg. Harga sayuran rata-rata turun sedikit, paling sekitar Rp 1.000 perkilonya,” ujarnya.
Dia menambahkan, mahalnya harga cabai ini diduga karena langkanya barang dari pemasok dan sudah habis masa panen di daerah timur. Diperkirakan harga akan kembali normal, saat petani cabai di Bojonegoro mulai panen.
Sementara untuk harga bumbu dapur yang lain masih stabil. Bawang merah kecil seharga Rp18.000 perkilogram, bawang merah besar Rp20.000 perkilogram, bawang putih Rp11.000 perkilogram, cabai keriting Rp15.000 perkilogram, tomat seharga Rp3.000 perkilogram dan cabai lompong seharga Rp15.000 perkilogram. Pedagang berharap pemerintah mampu ikut menstabilkan harga.
Sementara itu, Dasimah, penjual nasi pecel mengaku bahwa masakan di warungnya tak lagi pedas. Meski masih bisa mendapatkan cabai rawit merah, namun karena harganya tinggi, jumlah tidak dikurangi.
“Untuk porsi dan harga tetap, kalau harga dinaikan pelanggan akan pindah. Saya lebih banyak memakai cabai merah keriting. Nah, sebagai campuran agar terasa pedas, saya tambahkan cabe rawit 5-6 biji,” kata Dasimah, saat berbelanja di Pasar kota Bojonegoro. [bas]

Tags: