Harga Cabai Tinggi, Petani Kabupaten Lamongan ”Harap-harap Cemas”

Petani lombok mengalami kecemasan sebab tanaman cabainya mati akibat musim kemarau.(Alimun Hakim/Bhirawa)

Lamongan, Bhirawa
Meski harga cabai saat ini sedang tinggi, namun para petani cabai di Lamongan dihantui kecemasan. Sebab, banyak tanaman cabai yang berusia 3 bulan mengalami layu dan mati. Tanaman cabai layu dan mati ini seperti dialami oleh para petani cabai yang ada di Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan menuturkan, kenaikan ini karena tidak ada petani lokal yang panen sehingga distribusi mengandalkan tengkulak luar kota. “Harga berbeda tiap pasar dan naiknya harga cabai ini karena di tingkat lokal belum ada panen,” terang Zamroni.
Sementara itu, meski tanaman cabai rawit yang petani tanam sudah dirawat semaksimal mungkin, namun upaya yang dilakukan oleh petani belum juga membuahkan hasil. “Banyak yang mati karena musim kemarau yang sudah terjadi selama tiga bulan terakhir ini. Padahal sudah kita sirami berulang-ulang dan kita berikan kotoran sapi supaya bisa bertahan hidup,” kata salah satu petani warga Desa Gampang Sejati, Atun (55) pada wartawan, Senin (19/8).
Atun mengungkapkan, untuk kemarau tahun ini mereka memang tidak mengalami kelangkaan air karena ketersediaan air untuk penyiraman masih ada. Tanaman cabai yang layu dan mati tersebut, kata Atun, lebih banyak diakibatkan oleh musim kemarau yang membuat suhu panas tak menentu. “Lebih karena cuaca panas mas, karena air juga masih ada kalau untuk keperluan penyiraman tanaman,” ujarnya.
Kemarau panjang yang terjadi saat ini, lanjut Atun membuat sebagian petani di desa setempat juga membiarkan sawah mereka tidak ditanami apa-apa. Mereka, kata Atun, lebih memilih membiarkan sawah mereka gersang karena takut merugi. “Mau bagaimana lagi mas, kita ya hanya bisa pasrah,” akunya.
Sementara, harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Lamongan saat ini masih juga pedas. Dari 4 pasar di Lamongan, terpantau harga cabai rawit mengalami kenaikan antara Rp 10-15 ribu. Harga cabai rawit di pasar Sidoharjo Lamongan terjadi kenaikan Rp 10 ribu dari harga Rp 80 menjadi Rp 90 ribu. Sementara pasar Babat mengalami kenaikan paling parah dari Rp 85 ribu menjadi Rp 100 ribu.
Pasar Blimbing, harga sebelumnya Rp 85 ribu sekarang Rp 95 ribu. Dan pasar Mantup harga sebelumnya Rp 80 ribu sekarang Rp 90 ribu. “Kenaikan harga cabai ini sudah satu bulan. Kenaikannya tidak langsung tinggi, tapi bertahap.
Awal bulan lalu, harga cabai naik Rp 55 ribu dari sebelumnya Rp 45 ribu. Kemudian terjadi kenaikan setiap minggunya sekitar Rp 5-10 ribu. Bahkan sekarang tembus harga Rp 90 ribu perkilo,” kata salah satu pedagang di Pasar Sidoharjo Lamongan, Rusmiyati.
Rusmi mengaku karena harga yang tinggi itu, ia tidak menyimpan stok dalam jumlah banyak dan hanya membeli untuk kebutuhan satu dua hari. Selain cabai rawit, harga cabai jenis lain juga mengalami kenaikan. Cabai keriting kini seharga Rp 60 ribu padahal satu minggu lalu masih Rp 55 ribu, sedangkan cabai merah besar harganya sama Rp 60 ribu sebelumnya hanya Rp 56 ribu. “Pedagang sudah antisipasi, tidak ada yang membeli dalam jumlah banyak kecuali ada pesanan,” ujarnya. [aha]

Tags: