Harga Cabe Rawit di Kabupaten Jombang Tembus 80 Ribu Rupiah per-Kilogram

Kios cabe rawit dan sayur mayur milik Umar di Pasar Sumobito, Jombang, Senin (04/01). [arif yulianto/bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Harga Cabe Rawit di Pasar Sumobito, Kabupaten Jombang saat ini menembus angka 80 Ribu Rupiah per Kilogram. Sebelumnya, sekitar 5 hari yang lalu, harga Cabe Rawit di pasar tersebut masih di harga 65 Ribu Rupiah per Kilogram.

Pedagang sayur mayur di Pasar Sumobito, Jombang, Umar (51) mengungkapkan, terjadinya kenaikan harga cabe rawit yang signifikan selama 5 hari terakhir ini ditengarai karena pasokan berkurang akibat hujan yang menyebabkan petani tidak bisa memanen cabenya.

“Mudah-mudahan (ndak naik lagi) mas, kalau naik lagi pasarnya sepi,” ungkap Umar, Senin (04/01).

Kenaikan harga cabe rawit yang signifikan ini kata Umar, berdampak terhadap turunnya daya beli warga. Biasanya kata dia, pembeli mampu membeli cabe rawit 1 Kilogram, saat ini hanya mampu membeli sekitar 3/4 Kilogram saja.

“Kadang juga seperempat (Kilogram), mengurangi jumlah pembeli,” ungkap Umar lagi.

Dia berharap agar harga Cabe Rawit ini bisa segera turun. Selain Cabe Rawit, harga sayur mayur seperti Wortel, Buncis, Kubis, di tempatnya juga mengalami kenaikan harga.

“Bungkul 30 Ribu Rupiah per Kilogram, sebelumnya 20 Ribu Rupiah. Wortel sebelumnya cuma 6 Ribu Rupiah, sekarang 10 Ribu Rupiah, kalau Tomat sekarang harganya agak turun mas, cuma 6 Ribu Rupiah, sebelumnya 10 Ribu Rupiah,” rinci Umar.

Sementara harga Kentang juga mengalami kenaikan dari 8 Ribu Rupiah menjadi 10 Ribu Rupiah per Kilogram. Bawang Putih juga naik dari 17 Ribu Rupiah menjadi 20 Ribu Rupiah per Kilogram.

“Bawang Merah sebelumnya 30 Ribu Rupiah, sekarang turun 25 Ribu Rupiah (per Kilogram), Kubis sekarang 10 Ribu Rupiah, sebelumnya 7 Ribu Rupiah. Wortel 10 Ribu Rupiah, sebelumnya cuma 6 Ribu,” rinci dia lagi.

Salah seorang pembeli bernama Sulasi (50)mengaku, dari sekian jenis sayuran, cabe rawitlah yang paling mengalami kenaikan harga yang signifikan. Sulasi terpaksa mengurangi jatah membeli cabe rawit karena keuangan yang terbatas. Terlebih, saat ini, sekolah-sekolah tempatnya berjualan masih belum dibuka untuk proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka.

“Sedih sekali pak, sekolahan juga tutup semua, ini (jualan) keliling, sepi sekali,” ungkap Sulasi yang berprofesi sebagai penjual makanan dan es ini.(rif)

Tags: