Harga Daging Ayam Merangkak Naik di Probolinggo

Pembeli daging ayam masih sepi di Pasar Baru Probolinggo

(Pasokan Daging Berkurang, Tembus Rp 50 Ribu)

Probolinggo, Bhirawa
Jelang Lebaran, harga daging ayam buras kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada awal Ramadan, harga daging ayam masih mencapai Rp 36 ribu per kilogram, saat ini sudah tembus Rp 45 ribu sampai Rp 50 ribu per kilogram. “Bahkan, selama 2 hari tidak ada stok daging ayam untuk pedagang. Baru pada hari Senin ada daging ayam dari distributor,” ungkap, H. Rahmat kelompok penjual daging ayam di pasar Baru, kota Probolinggo, Selasa 12/6. Stok daging ayam menipis, harganya bisa mencapai Rp 60 ribu per kilogram. Meski stok daging ayam sudah ada, namun stoknya masih terbatas. Distributor membatasi daging ayam yang diminta pedagang. Jika biasanya ambil 1 kuintal, hanya bisa dipenuhi setengahnya saja. Selain itu, berat daging ayam juga berkurang. “Biasanya 1 ekor ayam beratnya bisa sampai 1 kilogram lebih. Sekarang pas, satu ekor beratnya 1 kilogram,” ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Siti Romlah, pedagang daging ayam di Pasar Baru. “Sekarang Rp 45 ribu per kilogram. Kemarin sempat jadi Rp 60 ribu karena ndak ada daging ayam,” katanya. Dalam sehari di bulan Ramadan, biasanya bisa menjual daging ayam sampai 50 kilogram. “Menjelang Idul Fitri biasanya bertambah kebutuhannya,” paparnya.
Sri Lastri, konsumen asal Desa Dringu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, mengeluhkan tingginya harga daging ayam. “Harga segini jelas berat terutama buat karyawan. Semoga saja harganya bisa kembali normal,” harapnya.
Tim Satgas Pangan sejak Senin 11/6 terus melakukan sidak pangan ke pasar yang ada seperti Pasar Baru dan pasar lainnya untuk memantau harga kebutuhan pangan menjelang Lebaran. Dari hasil sidak, ditemukan bahwa ada kenaikan harga tidak wajar. Terutama untuk harga daging ayam. Hal ini diungkapkan oleh Kapolres Probolinggo Kota AKBP Alfian Nurrizal.
“Kami memantau harga pangan dan mendapat laporan jika ada kenaikan harga signifikan untuk daging ayam. Dari sidak ini, memang betul ada kenaikan harga yang tidak wajar,” ungkapnya.
Menurut Alfian, harga daging ayam saat ini bisa mencapai Rp 50 ribu per kilogram. Padahal, harga di distributor hanya mencapai Rp 25 ribu-Rp 26 ribu per kilogram. “Dengan harga distributor seperti itu, seharusnya di pedagang dengan harga Rp 33 ribu per kilogram sudah untung. Ini, kenaikannya sampai Rp 20 ribu per kilogram,” jelasnya.
Saat disinggung mengenai daging ayam yang sempat mengalami kelangkaan, Alfian membantah hal tersebut. “Tidak ada kelangkaan maupun stok kosong. Namun, memang ada pembatasan,”tuturnya.
Gatot Wahyudi, kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan, dan Perindustrian (DKUPP) setempat. “Tidak ada kelangkaan. Namun memang ada pembatasan stok. Jika kebutuhan dalam sehari untuk daging ayam sampai 20 ton, namun yang dipenuhi adalah 7 ton,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, kenaikan harga yang tidak wajar. Menurutnya, yang menaikkan adalah pedagang. Padahal dengan harga Rp 33 ribu per kilogram, pedagang masih tetap untung. Karena itu, pihaknya akan membahas persoalan ini dengan Satgas Pangan. Terutama terkait langkah-langkah untuk menekan kenaikan harga, tegasnya.
Jika dibandingkan harga daging ayam di pasar modern, harga daging ayam di pasar tradisional jauh lebih murah. Perbedaan harga daging ayam di pasar modern dan tradisioanl ini juga dibenarkan Sugeng Ariyadi, kabid Perdagangan di DKUPP. “Harga daging ayam di pasar tradisional naik turun. Berbeda dengan harga di pasar modern yang stabil,” tambahnya.(Wap).

 

Tags: