Harga Elpiji 3 Kg Merangkak Naik

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Kota Batu, bhirawa
Melonjaknya harga elpiji 3 kg di Kota Batu dan Malang Raya pada umumnya, tidak terlepas dari surat keputusan Gubernur Jawa Timur soal harga eceran tertinggi (HET) di tingkat pangkalan yang mencapai Rp 16.500 per-tabung.
Akibatnya harga jual di tingkat pengecer bervariatif tergantung jarak dengan pangkalan. Di wilayah kota harga elpiji masih tidak jauh dari HET. Namun untuk wilayah yang jauh, harga di tingkat pengecer bisa naik menjadi Rp 17.500 hingga Rp 19.000 pertabung.
“Harga yang berada wilayah pesisir pantai misalnya bisa mencapai Rp19.000 per tabung karena menyesuaikan dengan biaya transportasi,” ucap Kepala Hisvana Migas Malang, Yusuf Hermana, kepada bhirawa, akhir minggu kemarin.
Kenaikan harga elpiji melon tersebut menurutnya bisa menekan disparitas harga dengan tabung elpiji ukuran 12 kg. Karena jika disparitas harga antara elpiji 3 kg dengan 12 kg sedemikian tinggi, dikuatirkan akan berdampak pada terjadinya migrasi dari tabung 12 kg ke 3 kg.
Dikatakan kebutuhan elpiji melon di wilayah Malang Raya rata-rata mencapai 120.000 tabung per hari. Semenjak kenaikan harga elpiji 12 kg, kebutuhan elpiji melon masih stabil, tidak mengalami kenaikan berarti.
Dia mengaku tidak menaruh kekwatiran kenaikan harga elpiji melon bakal mendongkrak tingkat migrasi pengguna tabung 12 kg yang lebih besar.
Hal ini kalau menggunakan tabung melon harus mengganti setiap pekan.  Sementara jika tabung 12 kg baru ganti setelah pemakaian selama sebulan. “Selain karena efisiensi waktu juga karena alasan gengsi,” tukasnyam
Heppy Wulansari, Assistant Manager External Relation PertaminaMarketing Operasional Region (MOR)V, mengatakan terkait HET di daerah yang mengatur pemerintah daerah (pemda) setempat melalui peraturan gubernur (pergub).
Hal yang sama juga berlaku untuk kota/kabupaten, jika ada penyesuaian HET maka ditetapkan melalui peraturan wali kota (perwali) atau peraturan bupati (perbup). [sup]

Rate this article!
Tags: