Harga Karet Turun, PTPN XII Kurangi Produksi

6-timbang-karetSurabaya, Bhirawa
Turunnya harga jual karet pada awal Mei 2014 sekitar US$ 2,2 per kilogram (kg) membuat PT Pekebunan Nusantara (PTPN) XII mengurangi kapasitas produksi. Bahkan harga ini lebih rendah dari awal tahun ini yang sekitar US$ 2,5 per kg – US$ 2,7 per kg.
“Harga karet yang belum juga membaik, kami pun merevisi target produksi karet tahun ini. Jika awal tahun, PTPN XII menargetkan produksi karet mencapai 16.330 ton, melewati kuartal 1 ini, kini target produksi menjadi 13.000-15.000 ton,” kata Direktur Pemasaran Perencanaan dan Pengembangan PTPN XII, Sugeng Budi Raharjo, Senin (5/5).
Menurut Sugeng, sulit untuk mempertahankan target produksi di tengah penurunan harga karet. Bila target produksi tak direvisi, ia khawatir akan mengganggu target perolehan laba perusahaan tahun ini yang dipatok sebesar Rp 145 miliar.
Terlebih, lanjut dia, saat ini negara tujuan ekspor seperti Cina dan India menahan sementara permintaan ekspor karet karena cadangannya masih banyak. “Kami tak lagi memasok Cina dan Indoa lagi. Penjualan kami ke luar jadi seret,” ujar Sugeng.
Hingga kuartal pertama ini, produksi karet PTPN XII sekitar 3.750 ton. Sugeng mengatakan, perusahaan sengaja mengerem produksi karet agar tak terjadi penumpukan stok di gudang. Untuk sementara, seluruh produksi ini dijual ke pasar domestik. Selain itu, masih ada sisa kontrak dengan pembeli luar negeri sekitar 500 ton yang belum dikirim.
Namun ia belum bisa memastikan kapan ekspor karet bisa kembali dilakukan. Hingga saat ini, total areal perkebunan karet milik PTPN XII mencapai 16.000 hektare (ha). Dari jumlah itu, lahan yang menghasilkan baru sekitar separuhnya. Sisanya, sekitar 8.000 ha adalah lahan tertanam baru dan tanaman pengganti (replanting) yang belum menghasilkan. Jika seluruh areal tertanam telah menghasilkan, PTPN XII yakin bisa memproduksi 20.000 ton karet dalam 5-6 tahun ke depan.
Selama tahun 2013 pendapatan PTPN XII mengalami peningkatan yakni Rp 1,159 triliun. Jumlah itu naik dibanding tahun 2012 sebesar Rp 1,130 triliun. Dari total pendapatan tersebut, komoditas karet menjadi penyumbang tertinggi hingga mencapai 32 persen.
Merujuk pada data RUPS tahun 2014, perseroan mencatatkan produksi karet pada 2013 sebesar 11.765 ton. Dari total pendapatan tahun lalu, laba yang diperoleh pun meningkat Rp 12 miliar atau naik 8,8% dari sebesar Rp 128 miliar dari 2012 menjadi Rp 140 miliar di 2013.
Tahun ini laba diproyeksikan bakal turun akibat tingginya beban operasional karena unit bisnis baru belum menghasilkan, seperti Pabrik Gula Glenmore Banyuwangi yang baru diabngun dan belum beroperasi. [ma.kominfo]

Tags: