Keuntungan Petani Capai Rp21 Juta Perhektar

Bupati Probolinggo Hj. Tantri ( 3 dari kiri) panen cabe rawit bersama petani di Bantaran beberapa waktu lalu.

Bupati Probolinggo Hj. Tantri ( 3 dari kiri) panen cabe rawit bersama petani di Bantaran beberapa waktu lalu.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Keuntungan menanam cabai menjadi usaha yang cukup menggiurkan, sebab setiap musim panen petani mendapatkan hasil produksi rata-rata Rp 47,9 juta/hektare dipotong biaya produksi Rp 26,7 juta/hektare.Alhasil, petani cabe rawit yang panen cabe rawit akan mendapatkan keuntungan Rp 21,20 juta/hektare.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, M Sairi Hasbullah mengatakan, biaya produksi usaha tanaman cabai rawit yang paling besar dikeluarkan adalah untuk biaya upah pekerja rata-rata sebesar 51,63 persen atau Rp 13,80 juta/hektare terhadap total pengeluaran.
“Selain itu, biaya produksi untuk sewa lahan dan pemupukan juga tergolong besar, yaitu mencapai 20,34 persen dan 11,95 persen/hektare.” Katanya, Kamis (8/1).
Biaya produksi tanaman cabai rawit yang ditanam pada musim kemarau (MK) (Rp 30,4 juta) lebih tinggi dibandingkan Musim Hujan (MH) (Rp 21,4 juta). Perbedaan biaya produksi cabai rawit yang ditanam MK dan MH disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp 3,4 juta, sewa lahan sebesar Rp 2,8 juta, dan pengeluaran lain sebesar Rp 1,3 juta. Biaya produksi terbesar cabai rawit yang ditanam pada MK dan MH adalah biaya untuk upah pekerja masing-masing sebesar Rp 15,19 juta (49,95 persen) dan Rp 11,8 juta (54,98 persen)
Data dari BPS total luas areal tanam cabai rawit di Jawa Timur sekitar 8.000 hektare. Terbesar di Banyuwangi, Kediri, Trenggalek, Tuban, Lamongan, Mojokerto bahkan merata di seluruh daerah di Jawa Timur. Rata-rata produktivitas per hektare untuk cabai merah besar sekitar 8-10 ton, sedangkan cabai rawit 6-7 ton. Sementara tercatat, konsumsi cabai merah besar Jawa Timur mengandalkan produksi dari 1.200-1.300 hektare per bulan sudah cukup. Atau setara dengan 9.600-15.000 ton per bulan. Sedangkan konsumsi cabai rawit dari 4.000 hektare per bulan atau setara dengan 24.000 ton.
Sisanya produksi dikirim ke Jakarta, Tangerang, Bandung, Kalimantan dan berbagai daerah lainnya. Tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga, tapi produksi cabai Jawa Timur juga menyuplai kebutuhan industri seperti untuk bahan baku pembuatan sambal dan Mamin. Baik industri besar maupun skala rumah tangga,
Sekedar informasi, luas areal perkebunan cabe baik untuk jenis keriting atau besar di Jawa Timur yang panen setiap bulan sekitar 2.300 hektare. Dari jumlah tersebut sekitar 300 hektare berasal dari Kediri. Sementara itu, untuk tanaman cabe rawit luas areal perkebunan di Jawa Timur mencapai 8.000 hektare. Dari luasan tersebut, seluas 2.000 hektare dihasilkan dari wilayah Kediri. Dari jumlah tersebut sekitar 70 persen tanaman cabe di sekitar Kediri,
Dilihat dari sisi harga, harga cabe di Jawa Timur saat ini cukup tinggi. Menurut data dari Disperindag Jawa Timur dan pantauan JNR di pasar tradisional Surabaya pada Rabu (7/1); harga cabe besar harganya Rp 48 000 /kg, cabe merah jenis keriting yang saat ini dihargai Rp 43.000 /kg,. Kecuali cabe jenis rawit harganya bercokol dikisaran Rp 50.000/kg.

Bupati Panen Cabe
Petani cabe di Desa Kedungrejo Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo kini bisa tersenyum setelah harga cabe di pasaran melonjak tajam. Naiknya harga cabe rawit terlihat sejak Agustus lalu. Terus merangkak naik hingga Rp 80.000/kg seperti di Pasar Bantaran.
Di tingkat petani, harga cabe pun ikut melambung. Bupati Probolinggo Hj. P Tantriana Sari, mengatakan, harga cabe yang dipanennya mencapai Rp 72.000/kg. Dibandingkan beberapa hari sebelumnya, harga tersebut turun sebesar Rp 5 ribu.
Naik turunnya harga cabe masih akan terus berlangsung hingga akhir Januari 2015 ini. Kenaikan harga disebabkan oleh kian berkurangnya stok cabe di banyak daerah, terutama pasca musim kemarau dan cuaca seperti saat ini. Apalagi ditambah dengan kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi serta naiknya harga gas LPG 12 kg ikut mempengaruhi kenaikan harga,” ungkapnya.
Di Desa Kedungrejo terdapat sekitar 60 hektar sawah yang ditanami cabe, tersebar di semua dusun. Lahan cabe ini bahkan lebih banyak jika dibanding dengan lahan tanaman yang lain, seperti padi atau jagung.
“Banyaknya petani yang menanam cabe dikarenakan harga cabe yang cukup tinggi. Selain itu, perawatan tanaman ini relatif mudah yang membuatnya menjadi primadona masyarakat. Jika dibandingkan dengan tanaman padi, perawatan cabe lebih gampang,” ujarnya.
Harga cabe di tingkat petani dalam beberapa minggu terakhir ini relatif stabil. Yaitu berkisar antara Rp 60.000- Rp 72.000. Harga sebesar itu menurutnya jelas menguntungkan petani cabe. “Harga cabe yang tinggi membuat penghasilan petani lebih baik,” ungkapnya.
Dalam satu hektar sawah, cabe yang dihasilkan berkisar antara 3-4,5 kuintal. Namun, hasil ini tergantung dari bagus dan buruknya cabe yang dihasilkan. Untuk pemasaran petani Desa Kedungrejo tidak khawatir, karena sudah ada pedagang yang siap menampung hasil produksi petani. “Diambil oleh pedagang desa ini, untuk dijual ke Probolinggo atau Surabaya,” paparnya. [rac.wap]

Tags: