Harga Pangan Merambat

karikatur ilustrasi

“Biaya dapur” memerlukan tambahan, karena harga bahan pangan merambat naik. Inflasi bulan April dan Mei, dipastikan mengalami kenaikan. Laju inflasi dipimpin oleh kenaikan harga sayur, dan ikan laut (hasil tangkapan nelayan). Begitu pula harga cabai masih bisa naik lagi (setelah turun drastis). Walau kenaikan inflasi dapat dipahami sebagai pengaruh iklim, namun wajib segera dikendalikan. Terutama TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) mesti bekerja lebih keras.
Menjelang bulan Ramadhan (setengah bulan lagi), harga telur dan daging ayam, serta gula, diperkirakan memimpin laju inflasi. Sedangkan harga cabai tetap harus diwaspadai. Cabai, telah menjadi “mesin” pendorong utama inflasi selama Januari dan Pebruari 2017 lalu. TPID seyogianya telah meng-agendakan operasi pasar murah, dengan cakupan lokasi lebih luas.
Juga diharapkan, pemerintah tidak latah menaikkan tarif (listrik) dan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Karena menjelang bulan puasa Ramadhan, penambahan inflasi seolah-olah menjadi rutinitas. Namun tahun (2017) ini terasa lebih berat didera sejak awal tahun. Sejak Januari dan Pebruari, laju inflasi mencatat rekor tertinggi selama tiga tahun. Penyebabnya, administered prices (tarif yang ditetapkan oleh pemerintah). Ditambah dorongan harga cabai.
Harga cabai telah turun (selama Maret hingga April) pada batas nilai ke-ekonomi-an. Tetapi bulan (Mei) ini akan merambat lagi, disebabkan demand (kebutuhan) bertambah. Beberapa daerah mesti siaga dengan kenaikan IHK (Indeks Harga Konsumen), terutama yang terdampak banjir serius. Distribusi bahan pangan terkendala cuaca. Di Jawa Timur, kawasan Madura akan mengalami kenaikan IHK. Antaralain, Sampang, Pamekasan dan Sumenep (termasuk kawasan kepulauan).
Harga bahan pangan yang memicu kenaikan pengeluaran rumahtangga, adalah jenis sayuran. Harga kentang dan wortel, memimpin kenaikan hingga 50% di pasar tradisional. Konon karena sentra sayur (di kawasan pegunungan dengan ketinggian di atas 600 meter) masih terguyur hujan. Banyak petani gagal panen, per-akar-an sayur membusuk di kebun. Sedangkan sayur yang bisa dipanen, mengalami kendala peng-angkutan.
Selain sayur, harga ikan hasil tangkapan nelayan juga merambat naik. Arus distribusi dan transportasi berbagai produk pangan terkendala iklim. Termasuk pembatalan perjalanan kapal laut di berbagai dermaga pelabuhan rakyat. Nelayan juga tidak berani melaut karena cuaca ekstrem. TPI (Tempat Pelelangan Ikan) sepi transaksi, kecuali ikan berukuran kecil yang ddijaring di dekat pantai.
Nasib nelayan makin mengenaskan. Hasil melaut di tepian hanya menjaring  ikan (dan udang lobster) kecil. Ironisnya, hasil tangkapan itu bisa dikategorikan melanggar peraturan. Nelayan akan dipidana. “Serba-salah” nasib nelayan, membuat presiden Jokowi mentolerir penggunaan jala centrang. Sebelumnya (sejak tahun lalu) terdapat larangan penggunaan jala centrang oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Tetapi sebenarnya, yang ditangkap nelayan lokal, bukanlah anak ikan, melainkan jenis ikan kecil. Itu sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat yang menyukai ikan segar berbobot sekitar 300 gram. Sedangkan nelayan profesional yang melaut di perairan luas, biasa menjaring jenis ikan besar. Hasil tangkapan nelayan profesional dijual untuk kebutuhan industri (pengalengan ikan).
Maka toleransi presiden Jokowi terhadap penggunaan jala centrang, menjadi pengharapan nelayan lokal. Mengembalikan mata-nafkah nelayan, khususnya hasil tangkapan udang lobster kecil (sekitar 8 sentimeter). Juga untuk meningkatkan konsumsi ikan dalam negeri, pengganti daging sapi yang berharga sangat mahal. Sekaligus juga mengurangi illegal fishing.
Inflasi bahan pangan, patut dikhawatirkan berdampak lebih serius. Yakni makin bertambahnya keluarga miskin. Pemerintah berkewajiban mem-fasilitasi nafkah rakyat. Diantaranya melalui kampanye konsumsi ikan, untuk memenuhi asupan gizi. Serta memberi bibit tanaman cabai untuk mengurangi pengeluaran rumahtangga.

                                                                                                             ——— 000 ———

Rate this article!
Harga Pangan Merambat,5 / 5 ( 1votes )
Tags: