Harga Sembako Mahal, Waspadai Telur Sintetis Marak Lagi

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Saat harga berbagai kebutuhan pokok melambung, kadang masyarakat tak berpikir panjang dalam memilih bahan makanan. Salah satunya dalam membeli telur.  Maraknya telur sintetis di  Tanah Air beberapa waktu silam, dikhawatirkan kembali terjadi saat ini. Telur sintetis dari Tiongkok ini merembes secara diam-diam ke pasar-pasar tradisional dan menjadi pilihan masyarakat karena menawarkan harga lebih murah.
Apalagi hingga kini masih banyak warga yang kesulitan membedakan telur asli dengan telur sintetis. Secara fisik, kedua telur ini hampir sama. Juga dalam rasa, aroma juga hampir sama.   “Saya tidak tahu apa telur yang beredar di pasaran itu asli atau sintetis. Kalau pedagang menawarkan harga lebih murah, saya beli,” kata Ny Ambar, warga Pakis, Senin (12/1).
Padahal seperti diungkap Kepala BPOM Surabaya I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa SSi, Apt, MPPM telur sintetis ini berbahaya untuk kesehatan. Sebab bukan berasal dari ayam, melainkan dari kecanggihan manusia dalam mencampuradukkan berbagai bahan kimia berbahaya.
“Saya pernah membaca sebuah jurnal bagaimana telur palsu tersebut diproduksi di Tiongkok. Jika dilihat bahan yang digunakan memang cukup membahayakan. Telur palsu tersebut sama sekali tidak memiliki nilai gizi,” terangnya di Surabaya, Senin (12/1).
Ia tidak menampik, bahwa kasus telur ayam palsu tersebut akan hadir kembali ke tengah-tengah masyarakat seiring dengan melambungnya beberapa kebutuhan pokok, khususnya di Jatim. Karena selain harga yang lebih murah, bentuknya pun menyerupai telur aslinya.
“Untuk mengantisipasi hal yang tidak dinginkan, BPOM Surabaya selalu melakukan pemantauan dan pencegahan terhadap makanan, minuman, maupun obat-obatan dan kosmetik yang berbahaya dan beredar di tengah-tengah masyarakat. Termasuk keberadaan telur palsu yang mengandung bahan berbahaya. Tapi sampai saat ini memang belum terjadi,” tutur mantan Kepala BPOM Palangkaraya.
Ia menambahkan, kandungan dari telur ayam palsu dibuat dari berbagai macam bahan seperti agar-agar, bubuk yang tidak diketahui, asam benzoat, bahan coagulating hingga tawas. Dan terdapat beberapa bahan tambahan seperti kalsium karbonat, kalsium klorida, pati, damar, gelatin dan produk tambahan kimia lainnya.
“Kita harus meneliti lebih dalam kandungannya, karena bahan-bahan yang ada di dalamnya tidak aman dan apabila dikonsumsi dalam waktu yang lama akan menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker,” ujarnya.
Subianto agen telur di Pasar Rebo, Rungkut mengakui pernah mendengar tentang keberadaan telur ayam palsu tersebut. Ia juga khawatir jika telur sintetis tersebut menyusup ke dagangannya dan selanjutnya dijualnya kepada pelanggannya. ” Kalau cuma 1-2 butir ada di dagangan saya, akan saya buang saja. Tetapi kalau dalam jumlah besar, saya laporkan kepada pihak berwenang. Karena memang sangat berbahaya buat kesehatan, padahal saya berjualan telur sudah lebih dari 25 tahun. Lebih baik memilih telur yang ada sedikit sisa kotoran ayamnya biar menunjukkan bahwa itu telur asli,” jelasnya.

Tak Masuk Jatim
Sementara itu Dinas Peternakan Jatim optimistis  kalau peredaran telur sintetis yang berasal dari Tiongkok tersebut tidak akan masuk di wilayah Jatim. Sebab, Jatim merupakan wilayah produsen telur, sehingga jumlah telur untuk konsumsi di wilayah sendiri sangat mencukupi.
Kepala Dinas Peternakan Jatim Ir Maskur MM mengatakan, Dinas Peternakan Jatim sebetulnya sudah menerapkan maximum security dalam hal mencegah terjadinya kecolongan berupa beredarnya makanan berbahaya berasal dari peternakan. Namun, yang paling berperan sesungguhnya adalah kehati-hatian masyarakat sendiri dalam mengonsumsi makanan.
“Sampai saat ini peredaran telur palsu atau sintesis masih ada di Jawa Timur. Namun kami selalu mengetatkan wilayah-wilayah perbatasan untuk pencegahan,” katanya.
Maskur menambahkan, pihaknya juga bekerjasama dengan instansi dan lembaga lainnya dalam proses pengetatan pengawasan mulai dari perbatasan hingga ke pasaran. “Jika memang diketemukan segera dilaporkan langsung ke Disnak Jatim untuk segera ditindaklanjuti,” ujarnya.
Dari angka sementara Dinas Peternakan 2014 menunjukkan kalau populasi ayam petelur  sebesar 40 juta ekor. Sedangkan produksi telur di Jatim sebesar 369  ribu ton, jumlah ini merupakan 22 persen dari produksi nasional.
Jumlah telur sebesar 369 ribu ton tersebut terdiri dari telur ayam buras sebesar 19 ribu ton, ayam petelur sebesar 318 ribu ton (25 persen dari produksi nasional), itik 30 ribu ton, entok 1.000 ton, dan puyuh 2.000 ton. “Target 2015, jumlah telur menjadi 378 ribu  ton,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dr Harsono mengaku sampai saat ini Dinkes belum mengetahui pasti keberadaan dan kandungan telur sintesis. Dia hanya berasumsi jika diteliti kandungan gizi telur palsu ini sulit ditemukan karena telur  berasal dari zat kimia yang diolah. ”Saya rasa makanan apalagi telur jika terbuat dari zat kimia akan berbahaya dikonsumsi sehingga masyarakat harus waspada terhadap peredarannya,” ucapnya. [wil,rac,dna]

Ciri-ciri Telur Sintetis
Mentah
– Tekstur kulit telur agak kasar, bentuknya kadang-kadang terdapat benjolan pada kulit telur
– Kalau digoyang-goyangkan tidak ada bunyi rongga udara
– Kulit telur mudah dikupas tanpa mengoyakkan lapisan seliput telur
– Dari segi warna, permukaan kulit telur imitasi lebih terang tetapi tidak terlalu mencolok
 
Ketika Dipecahkan
– Cairan kuning dan putih telur tidak berbau anyir, malah tercium seperti bahan kimia
– Di salah satu sisi telur tidak ada rongga udara
– Posisi kuning teluar palsu akan sama semuanya
– Kuning telur agak kenyal dan sukar dipecahkan
– Telur palsu tak lama setelah dipecah, maka telur kuning dan putihnya langsung tercampur. Ini disebabkan karena mereka terbuat dari bahan yang sama
 
Selepas Proses Perebusan
– Jika direbus tidak ada cekungan (ruang tempat udara) pada salah satu sisinya
– Kuning telur tidak berbentuk bulat, bentuknya agak lonjong seperti cetakan
– Kuning telur dekat dinding kulit telur ( telur asli, biasanya agak ke tengah sedikit)
– Rasa putih telur seperti jelly tapi agak kenyal

Tags: