Harga Tembakau Anjlog, Petani Probolinggo Rugi

Petani tembakau Paiton sedang menjemur tembakau rajangannya.

Petani tembakau Paiton sedang menjemur tembakau rajangannya.

Probolinggo, Bhirawa
Musim tanam tembakau tahun 2016 ini, membuat petani di Kabupaten Probolinggo mengeluh. Pasalnya, harga tembakau hasil panen awal kali ini terbilang anjlok, dan tak mampu menutupi biaya yang telah dikeluarkan petani selama masa perawatan. Apa lagi dengan adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga rokok.
Dari data yang diperoleh Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jatim, untuk harga tembakau di Kabupaten Probolinggo, daun tengah hingga pucuk hanya seharga Rp 25.000 hingga Rp 29.000 per kilogramnya. Sedangkan daun bawah lebih murah lagi, yakni antara Rp 15.000 hingga Rp 17.000 per kilogram.
Harga yang ditentukan oleh gudang tersebut, bahkan tak bisa menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan petani. Mulai dari biaya tanam, perawatan, panen hingga dijual ke gudang.
Ketua APTI Jatim Amin, mengatakan jika panen awal harganya tak bisa menembus diatas Rp 35.000 per kilogramnya, maka harga tersebut terbilang murah dan merugikan petani. Bahkan, saat masa panen berikutnya, harga daun tembakau bisa lebih anjlok.
“Anjloknya harga tambakau tahun ini, membuat petani merugi. Beberapa daerah di Jatim, yang produktif tanam tambakau harganya serentak anjlok, utamanya di Probolinggo,”kata Amin, Selasa (30/8).
Ia menyebutkan, daerah produktifitas tanam tembakau di wilayah Provinsi Jatim, yang meliputi Probolinggo, Madura, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo an Banyuwangi, saat  ini areal tanamnya berkurang 30 persen di banding tahun 2015 kemaren. Karena petani tembakau sebagian beralih ke tanam jagung dan lainnya.
“Probolinggo areal tanam 13.513,0 Ha. Lumajang 1.726,9 Ha. Jember 20.402,5 Ha. Bondowoso 10.602,0 Ha. Situbondo 7.622,0 Ha. Banyuwangi 1.379,3 Ha. Sampang 5.303,0 Ha. Pamekasan 31.251,0 Ha. Sumenep 23.413,5 Ha. Di tahun 2016 ini, data tersebut berkurang 30 persen,”terang Amin.
Sementara menurut Hasyim (40) petani tembakau di Desa Sokaan Kecamatan Krejengan, mengaku masa tanam kali ini bikin ia rugi. semua biaya tanam hingga panen yang telah dikeluarkannya sejak Mei 2016 lalu, tak bisa ditutupi dengan harga saat ini.
“Tidak cukup dengan biaya pekerja dari masa perawatan hingga masa panen saat ini. Harga rokok mau naik, sedangkan harga tembakau anjlok, terus bagaiman nasib petani, untuk itulah kami berharap kepada pemerintah untuk memikirkan kami sebagai petani tembakau bukan hanya memikirkan bagi mana menaikkan harga rokok melalui cukai.”keluhnya.
Jika tujuannya untuk mengurangi jumlah perokok dengan alasan anak-anak sekolah banyak yang merokok itu tidaklah efektif, sebab jika harga rokok naik mereka tidak akan berhenti merokok, melainkan akan semakin membuka lebar roko yang mereka buat sendiri alias ngelinting dewe, yang sudah mulai dilakukan masyarakat di pedeseaan dengan harga rokok pada saat ini, tambahnya. [wap]

Tags: