Harga Turun Drastis, Petani Bawang Merah Nganjuk Resah

Patani bawang merah di Kecamatan Rejoso Nganjuk, harus menanggung hutang karena harga bawang merah anjlok.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk menangis karena memasuki musim panen raya justru mengalami penurunan drastis. Ditengarai anjloknya harga bawang merah lantaran melimpahnya stok di pasaran. Ada sekitar enam kecamatan tersebar di Kabupaten Nganjuk yang mengalami dampak anjloknya harga bawang merah.
Terutama petani bawang merah dengan arealtanam yang cukup luas di Kecamatan Rejoso, Gondang, Sukomoro dan Bagor. Anjloknya harga bawang merah di pasaran karena raya yang bersamaan antara Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Brebes, Kabupaten Demak serta Kabupaten Pati.
Musim panen raya saat ini stok bawang merah di pasaran meningkat secara signifikan. “Panen raya harga bawang merah hancur. Selain itu kemungkinan stok masih banyak di pasaran,” keluh Karyanto (45), petani bawang merah asal Desa Karangsemi Kecamatan Gondang.
Data yang dihimpun Bhirawa menyebutkan harga bawang merah di tingkat petani hanya berkisar antara Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu/Kg. Angka itu terpaut sangat jauh dari yang sebelumnya mencapai Rp 12 ribu perkilogramnya.
Hal senada juga dikeluhkan Hermawan (35) petani di Dusun Ngrandu Desa Mlorah Kecamatan Rejoso. Menurutnya harga bawang merah turun dikisaran Rp 6 ribu per kilogram. “Pengepul hanya berani membeli dengan harga Rp 6 ribu/Kg. Kami belum bisa melepasnya, karena tidak sebanding dengan biaya produksi yang sudah saya keluarkan,” keluh Hermawan.
Menurut pria yang juga perangkat di Desa Mlorah ini, petani bawang merah seakan menangis, meskipun saat ini memasuki musim panen. Terlebih bagi mereka yang hasil panennya buruk akibat pengaruh cuaca maupun serangan hama penyakit ulat daun.
“Alhamdulillah produksi bawang merah saya di musim panen ini terbilang bagus. Dari lahan setengah bahu, bisa menghasilkan bawang merah kurang lebih dua ton. Tetapi pengepul hanya mampu membeli dengan harga Rp 6 ribu per kg. Jauh dibawah harga sebelum-sebelumnya,” ungkap Hermawan.
Dikatakan Hermawan, petani baru bisa menikmati hasil panen apabila harga bawang merah minimal Rp 10 ribu/Kg. Sebab, biaya operasional menanam bawang merah cukup tinggi. Seperti yang dialami Hermawan ini, dalam satu musim tanam hingga panen setidaknya dia butuh dana Rp 7 juta hingga Rp 8 juta.
Biaya meliputi, upah menggarap lahan, pembelian bibit, upah tanam, pembelian pupuk, pestisida untuk hama penakit, masa panen, penjemuran, ombyok hingga pemotongan bawang. “Untuk menanam bawang merah ini setiap tahapan butuh uang. Karena tidak bisa dikerjakan sendiri. Sehingga, petani menangis apabila harganya rendah,” imbuhnya.
Sementara itu di tingkat pedagang, Masinah (65) salah satu pengepul di Desa Campur, Kecamatan Gondang mengatakan, jika harga bawang merah memang terus merosot. Penurunan harga bawang merah ini terjadi sejak masa panen dimulai hingga saat ini.
Harga bawang merah di pasaran berkisar Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu/Kg. “Saat ini dimana-mana sedang terjadi panen raya bawang merah. Stok bawang melimpah dan harganya rendah. Panen di Kabupaten Nganjuk ini bersamaan dengan daerah di Jawa Tengah seperti Brebes dan juga Demak. Disanapun harganya juga sama,” kata Masinah.
Dia menambahkan. harga bawang merah bisa terus turun jika pasokan melimpah. Sedangkan permintaan tidak sebesar pasokan yang tersedia saat panen. Pasokan tinggi inilah yang menurut Masinah membuat harga merosot. [ris]

Tags: