Hari Krida Pertanian Menuju Kesejahteraan Petani Magetan

26-magetanMagetan, Bhirawa
Peringatan Hari Krida Pertanian yang diperingati setiap 21 Juni hendaknya menjadi evaluasi sekaligus memperluas informasi produk produk unggulan guna diterapkan menuju kesejahteraan warga petani. Karena, pertanian merupakan sektor strategis dalam membangun daerah sekaligus mempunyai peranan penting dalam membangun perekonomian nasional.
Seperti yang dilakukan Kabupaten Magetan, Hari  Krida  Pertanian  diperingati untuk memberikan apresiasi kepada  orang,  keluarga  dan  masyarakat yang   dinilai   berjasa   dan   berprestasi   dalam   pembangunan,   khususnya pembangunan  di  sektor  pertanian.  Bentuk apresiasi pemerintah ini dimaksudkan guna mendorong munculnya cipta karsa dan karya yang lebih besar dan berguna untuk mewujudkan masa depan pertanian  yang  lebih maju.
Kabupaten Magetan merupakan Kabupaten terkecil kedua di Jawa Timur, dengan luas seluruh wilayah adalah 688,85 Km2.  Berada di daerah pegunungan di kaki Gunung Lawu berhawa sejuk sangat cocok untuk wisata keluarga dan usaha pertanian.
“Pertanian menjadi program super prioritas di Kabupaten Magetan. Sektor pertanian ini mempunyai arti luas meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan, ” tegas Bupati Magetan Drs Sumantri, MM.
Pemilihan bidang pertanian sebagai titik berat pembangunan, didasari karena, pertama, sebagian besar masyarakat Magetan atau 63 persen warga bergantung hidupnya dari sektor pertanian. Kedua, sektor ini masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Magetan, yaitu sekitar 31 persen. Ketiga, Kabupaten Magetan secara nyata menjadi kontributor program nasional dalam swasembada beras berkelanjutan, swasembada gula, telur dan daging sapi.
“Bahwa masyarakat Kabupaten Magetan 63  persen lebih penduduknya berprofesi sebagai petani, sehingga ini menjadi pemikiran kami bagaimana Masyarakat petani pada khususnya dan masyarakat Magetan pada umumnya dapat lebih sejahtera dan lebih meningkat pendapatannya sebagai seorang petani, ” ujarnya.
Ditambahkan orang nomor satu di Magetan ini, selain itu sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan hortikultura juga berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan lokal maupun nasional dalam memenuhi hak atas pangan (the right to food) dan penyumbang terbesar PDRB. Sektor pertanian menyerap 46,3  persen tenaga kerja dari total angkatan kerja, dan memberikan kontribusi sebesar 41 persen dari PDRB Kabupaten Magetan.
Sebelum era reformasi, sektor pertanian dipandang sebagai pendukung perekonomian nasional. Sektor pertanian pada waktu itu diposisikan sebagai pemasok bahan pangan dan bahan baku industri berharga murah, pengendali stabilitas harga dan pemasok tenaga kerja murah.
Namun kini lain cerita, sektor pertanian dipandang mampu bertahan ditengah hempasan krisis. Pada krisis ekonomi dan moneter tahun 1997, hanya sektor pertanian yang mampu tumbuh positif.
Bahkan pertanian berperan sebagai mesin penggerak perekonomian nasional termasuk di Kabupaten Magetan. “Hal ini dapat terjadi karena sektor pertanian umumnya berbasis pada sumber daya domestik, sehingga lebih tangguh menghadapi gejolak perekonomian domestik dan global,”  paparnya.
Ditambahkan bupati, potensi pertanian di Kabupaten Magetan masih sangat terbuka. “Kami melihat beberapa potensi pertanian masih bisa dikembangkan, baik dari tanaman padi, jeruk, sayur mayur maupun dari peternakan dan perikanan air tawar,” katanya.
Untuk komoditas padi, luas lahan sawah teknis sekitar 20.000 Ha, dengan induk pertanaman 1,82. Artinya, secara rata-rata, lahan seluas 20.000 ha tersebut ditanami padi 1,82 kali. Tentu ini masih bisa ditingkatkan menjadi diatas 2 kali setahun dengan pengelolaan tata pengairan yang lebih baik.
Selanjutnya komoditas jeruk besar atau pamelo memiliki potensi lahan yang cocok secara agroklimate lebih dari 4000 Ha, dimana saat ini masih berkisar pada 750 Ha. Pengambangan ini akan semakin potimal dengan didukung pemasaran dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
Disamping itu ada lahan yang cukup luas diwilayah Magetan selatan, yang secara agroklimate cocok untuk pengembangan jeruk keprok. Lokasi ini jauh dari sentra jeruk pamelo sehingga tidak akan mengganggu varietas jeruk pamelo yang telah menjadi ikon Kabupaten Magetan.
Magetan juga sejak lama telah lama dikenal sehingga sentra sayuran dataran tinggi yaitu di Plaosan sebagian Poncol, Sidorejo dan Panekan. Pengembangan potensi ini juga harus didukung dengan pengendalian OPT.
Dari sub sektor peternakan Magetan juga sudah dikenal sebagai pemasuk sapi potong, ayam potong, dan telur. Begitu juga sub sektor perkebunan, Magetan juga mempunyai areal tebu lebih dari 8.000 Ha yang memasok 4 pabrik gula di Magetan dan sekitarnya.
Pertanian erat hubungannya dengan ketahanan pangan, berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Sumantri menyampaikan salah satu alasan sektor Pertanian menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Magetan, adalah karena Kabupaten Magetan sebagai pendukung program ketahanan pangan nasional.
Produksi padi saat ini mencapai 180.000 ton setara beras, sementara konsumsi di Kabupaten Magetan sebesar 65.000 ton. Itu artinya ada 115.000 ton surplus beras yang bisa digunakan untuk daerah lain yang kekurangan.
“Begitu juga produksi gula sebesar 42.500 ton sementara konsumsi Kabupaten hanya kurang dari 10 persen.  Artinya 90 persen lebih produksi gula di Kabupaten Magetan untuk mendukung daerah lain,” terangnya.
Kemudian sapi potong, Magetan telah dikenal sebagai penghasil sapi potong terutama diwilayah atas seperti Poncol, Panekan dan Plaosan. Setiap tahun, rata-rata 40.000 ekor yang dikirim keluar daerah.
Untuk produksi telur ayam ras, lebih dari 15,8 ribu ton sementara konsumsi hanya 3,2 ribu ton (20 persen), sisanya yang 80 persen digunakan untuk mencukupi daerah lain.
Menyinggung perihal hambatan pengembangan pertanian, bupati menyampaikan masih ada delapan masalah pokok pertanian yang menjadi tantangan dan permasalahan pembangunan bidang pertanian. Permasalahan ini dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Magetan, bahkan bisa jadi juga Propinsi Jawa Timur atau bahkan Nasional “.
Delapan masalah pokok tersebut adalah masih rendahnya penggunaan bibit unggul bersertifikat. Semakin sedikitnya ketersediaan air. Masih banyaknya jaringan irigasi yang rusak. Selanjutnya ketersediaan pupuk yang sering terhambat dan masih sedikitnya kepemilikan alat mesin pertanian. Jatuhnya harga gabah saat panen, lemahnya permodalan petani serta semakin sempitnya kepemilikan lahan juga masih menjadi tantangan untuk dipecahkan.
Berbagai kebijakan pembangunan pertanian diarahkan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Oleh karena itu bentuk kegiatan atau proyek-proyek di Magetan tidak dalam bentuk proyek – proyek besar. Akan tetapi dipecah kecil-kecil dan disebar di seluruh pelosok kabupaten, karena permasalahan tersebut juga tersebar keberadaanya.
“Dan karena proyeknya kecil-kecil dan tersebar, tentu tidak kelihatan, sehingga seolah-olah di Magetan tidak ada pembangunan. Seperti rehab jaringan irigasi, bantuan benih dan bibit dan bantuan alat mesin pertanian. Dengan arah kebijakan pembangunan tersebut dan dengan upaya yang terus-menerus, beberapa masalah yang selama ini menghambat para petani telah mulai teratasi,” jelas Bupati Sumantri.
Demikian juga dengan tingkat penggunaan bibit unggul bersertifikat yang sudah mulai meningkat. Petani sudah menyadari akan manfaat bibit unggul bersertifikat, baik benih padi, jagung, bibit buah-buahan, tebu maupun ternak dan ikan.
Meningkatnya pelayanan irigasi, yang dibuktikan dengan pertambahan luas panen, khususnya padi. Selama lima tahun, luas panen padi dari 37.612 hektar, telah mencapai 43.831 hektar, atau bertambah 6.219 hektar (meningkat 16 persen). Pertambahan luas panen tersebut hanya bisa terjadi karena airnya cukup.
Permasalahan kelangkaan pupuk tidak lagi terdengar, penggunaan pupuk berimbang dan pupuk organik semakin meningkat. Dibuktikan dari realisasi penyaluran NPK dan pupuk organik yang terus meningkat, sementara prosentasi pupuk urea semakin menurun.
Kepemilikan mesin pertanian mulai meningkat, terlebih campur tangan pemerintah yang telah banyak membantu handtractor, perontok padi, perontok jagung, mesin pengering padi dan sebagainya. Bantuan alat mesin pertanian terutama hand traktor telah memberikan dampak percepatan pangan dan keseragaman waktu tanam, sedangkan bantuan power draiser dapat menurunkan kehilangan hasil sebesar 7 persen.
Sedangkan mengenai harga komoditas pertanian, kondisi di lapangan, harga padi dan jagung masih cukup baik pada saat panen raya. Demikian pula harga gabah kering sawah. Dengan tingkat harga yang demikian, apabila produksi tujuh  ton per hektar, hasil panen petani mencapai Rp21 juta  s/d Rp22 juta per hektar.
Untuk mengatasi semakin sempitnya luas lahan pertanian, dengan rehab jaringan irigasi dan pengembangan sumber air, indek pertanaman padi dari 1,82, dapat dicapai indek tanaman sebesar 2,25. Pertambahan index tersebut cukup berarti karena berarti terdapat pertambahan luas tanam 6.000 Ha lebih.
Atas dukungan dan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat, Kabupaten Magetan berhasil meraih berbagai prestasi tingkat nasional. Tentu satu hal yang membanggakan bagi masyarakat Magetan dan juga sekaligus sebagai penambah semangat bagi kita semua dalam melaksanakan pembangunan di Kabupaten Magetan.
“Kebijakan pembangunan yang kami pilih, selain secara bertahap dapat mengurangi permasalahan di tingkat petani, ternyata juga mendapat apresiasi atau penilaian dari pemerintah pusat ” ujar Bupati Sumantri.
Dengan diterimanya berbagai penghargaan untuk Kabupaten Magetan, semakin menambah panjang daftar penghargaan tingkat nasional, di bidang pertanian, kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya.
Penghargaan tingkat nasional di bidang pertanian yang telah diterima Kabupaten Magetan, diantaranya sebagai kabupaten yang mampu meningkatkan produksi beras diatas 5 persen, diterima dua tahun berturut-turut. Juga penghargaan Adhi Karya Pangan Nusantara, yang merupakan penghargaan tertinggi dari presiden untuk pembangunan ketahanan pangan. [vin]

Tags: