Hari Raya Fakir Miskin

karikatur-kurbanHari raya Idul Adha dilaksanakan hari Senin depan. Ini akan menjadi hari ke-setiakawan-an (nasional dan internasional) paling kolosal di dunia. Tiada seorangpun fakir miskin yang terlantar kekurangan makanan bergizi. Persiapan telah dilakukan, diantaranya pembagian kupon jatah daging. Bersyukur tahun ini hewan kurban yang disembelih lebih banyak. Di-iringi gema takbir, tahmid, tasbih dan tahlil, seluruh fakir miskin wajib di-gembirakan.
H-3 hari raya Idul Ad-ha, menjadi puncak penjualan hewan kurban. Di berbagai sudut kota (dan desa) dijadikan “lapak” perdagangan sapi dan kambing. Harga melonjak. Seekor sapi sehat (serta usia lebih dari 2 tahun), dibanderol dengan harga Rp 19 juta per-ekor. Ada yang sampai Rp 25 juta (jenis limousin). Begitu pula harga kambing, menjadi Rp 2,3 juta per-ekor. Berat hewan kurban sapi rata-rata 360-an kilogram. Dan kambing seberat 40-an kilogram.
Pasar hewan dadakan, mestilah direspon dengan pemeriksaan hewan oleh Dinas terkait, termasuk oleh ulama. Berdasarkan pengalaman tahun lalu, masih banyak ditemukan hewan yang tidak layak kurban, karena sakit atau belum cukup umur. Bahkan untuk tahun 2015 lalu, ditemukan hewan kurban yang masuk kategori tidak layak. Jika tidak berhati-hati, maka pembeli dapat dirugikan karena membeli sapi, kambing atau domba yang tidak layak. Kurbannya kurang berkah.
Hewan kurban harus sehat. Secara kasat mata harus bebas dari penyakit kuku, mata dan mulut. Tahun lalu, banyak ditemukan cacing hati setelah hewan kurban disembelih. Dinas Peternakan Provinsi (dan kabupaten serta Pemkot) perlu menjalin kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Perguruan Tinggi. Perlu pula melibatkan PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), serta MUI. Diharapkan, seluruh hewan wajib dijamin telah layak, terutama secara syariat.
Beberapa hadits shahih telah men-syarat-kan kondisi hewan kurban. Usia sapi sudah harus mencapai dua tahun, serta kambing telah berusia lebih dari 12 bulan. Begitu pula terdapat larangan (tidak sah-nya hewan kurban). Yakni, telinga atau ekornya terpotong, ompong (giginya), puting susu hilang, tidak bertanduk (hilang maupun terpotong), serta pincang. Dan larangan keras menyembelih hewan gila.
Bersyukur pula, bahwa pelaksanaan shalat Idul Adha (tahun ini) bersamaan waktu, tiada perbedaan. Sehingga makna kebersamaan makin membanggakan. Walau sebenarnya perbedaan pelaksanaan shalat Idul Adha, lazim terjadi. Karena cara perhitungan yang berbeda. Bahkan seluruh perawi hadits shahih, meriwayatkan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa “perbedaan diantara umatku adalah rahmat.” Sangat ironis (dan menyimpangi agama), manakala visi ibadah dijadikan “pedang terhunus” untuk mem-provokasi sesama umat.
Berbeda, adalah keniscayaan. Sebagaimana terjadi pada ke-empat madzhab yang dianut di Indonesia (dan mayoritas dunia Islam). Pengalaman (dan kenikmatan) spiritual pelaksanaan Idul Ad-ha, wajib mengedepan, dibanding metode mengitung maupun melihat rembulan ranum. Shalat Idul Ad-ha dan menyembelih hewan menjadi jalan spiritualitas, sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran surat al-Kautsar (108:1-3).
Shalat dan berkurban, merupakan satu jalinan yang telah dilakukan umat terdahulu. Hal itu sebagai tanda keinginan manusia untuk mendekatkan diri kepada Ilahi. Upaya pendekatan diri kepada Ilahi, khususnya diteladankan oleh keluarga nabi Ibrahim a.s., sampai memperoleh gelar kholilullah. Paling “cumlaude” (sempurna) diantara manusia. Hingga kinipun, tiada manusia yang sanggup menyembelih hewan kurban sebanyak yang dilaukan nabi Ibrahim a.s.
Pada puncak kekayaannya, keluarga nabi Ibrahim a.s. menyembelih seribu onta dan lembu plus 3000 domba (saat ini senilai Rp 25 milyar) sekaligus. Kedermawanan ini menjadi pelajaran kesetiakawanan sosial global. Hikmah haji dan kurban, adalah kesetiaan dan saling percaya kepada keluarga, untuk mewujudkan sakinah (ketenteraman).

                                                                                                        ———   000   ———

Rate this article!
Hari Raya Fakir Miskin,5 / 5 ( 1votes )
Tags: