Hari Tani, Cek Kilas Balik Eksistensi Pertani HKTI di Jawa Timur

Hari Tani

Surabaya, Bhirawa

Seperti diketahui, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Soekarno Nomor 169 Tahun 1963, tanggal 24 September ditetapkan sebagai peringatan Hari Tani. Tentunya, mengingat berbagai bentuk ikhtiar kepedulian pada pertanian adalah salah satu momentum penghargaan pada makna Hari Tani.

Tak terkecuali dengan mengetahui kilas balik gerak nyata yang disumbangkan oleh para aktivis Perempuan Tani (Pertani) HKTI dalam menguatkan spirit agraris.

Di Jawa Timur misalnya, eksistensi organisasi sayap HKTI tersebut, terbilang mampu memberikan kontribusi penting dalam penguatan sektor pertanian. Belum genap terbentuk dua tahun sejak dilantik oleh Ketua Umum Dian Novita Susanto pada 26 Oktober 2019 di Ponpes Amanatul Ummah, Mojokerto, Pertani HKTI di Jatim terbukti konsisten dengan komitmennya menumbuhkembangkan spirit agraris.

Memiliki tagline bangun peran CANTIK (Cerdas, Inovatif, Kreatif), Pertani HKTI Jatim yang diketuai ning Lia Istifhama pun melakukan berbagai ikhtiar, mulai dari penguatan opini pentingnya pertanian hingga giat turun langsung ke petani.

“Kami melakukan beragam cara sebagai bentuk nyata bahwa ‘Kami ada untuk ada’. Dalam hal ini, adanya kami di Jawa Timur, secara nyata mendukung Gubernur Khofifah dan para penggerak pertanian lainnya yang telah berhasil mengangkat Jatim sebagai Provinsi tertinggi ekspor komoditas pertanian,” terang Ketua Pertania HKTI Jatim, Lia Istifhama.

Dalam menjalankan giat, Pertani HKTI di Jatim menunjukkan sinergitas tinggi. Diantaranya adalah dampingan petani dari masa tanam hingga panen yang dilakukan bersama DPC Kabupaten Malang (Yuliana Riamah), penanaman pohon bersama DPC Lumajang (Ratna Dewi), edukasi pertanian untuk santri bersama DPC Kabupaten Pasuruan (ning Nikmah Jamilah), pembagian bibit tanaman bersama DPC Batu (Mardi Setia Ningsih), bantuan asuransi untuk petani bersama DPC Gresik (Nila Hapsari), dan launching Katalog UMKM bersama DPC Kabupaten Probolinggo (Mirrah Samiyah), dan sosialisasi produk pegadaian bersama DPC Situbondo (Esyi Lussanti).

Program-program lainnya juga dijalankan sinergi dengan DPC lainnya, seperti Sidoarjo (Prestalia Dwi), Kota Malang (Jumiati), Kota Probolinggo (Dwi Laksmi Syntha).

Ning Lia mengakui mendapat banyak masukan tentang keinginan tokoh perempuan di berbagai daerah untuk menjadi ketua DPC bagi wilayah yang belum terbentuk, namun hal tersebut belum terealisasi disebabkan PPKM yang berlangsung selama ini. Meski dijelaskannya, selama PPKM kegiatan Pertani HKTI untuk turun langsung ke petani tetap berjalan.

Pengalaman turun ke berbagai daerah terlihat ditangkap secara baik oleh aktivis asal Surabaya tersebut. Terbukti, dirinya mampu menjelaskan berbagai kendala pertanian sesuai wilayah. Hal ini disebutnya Mapping Farming Problem yang diklasifikan sesuai karakter wilayah.

“Setiap wilayah memiliki kendala berbeda-beda. Sebagai contoh, petani porang Ponorogo dan Trenggalek memiliki kendala dalam pembiayaan sedangkan dalam pemasaran, cukup aman. Petani padi Lamongan memiliki kendala ancaman banjir, petani padi di Gresik memiliki kendala hama tikus, petani padi di Malang memiliki kendala harga panen anjlok dan kalah dengan wilayah lainnya, dan petani di Madura memiliki masalah dalam pemasaran disebabkan akses transportasi,” katanya.

Ditambahkan olehnya, bahwa pemetaan masalah based on karakter wilayah, dapat menjadi skala prioritas penyelesaian masalah pertanian yang efektif dan efisien. Secara singkat, disebutnya ketepatan arah dan fokus.

“Semoga dalam momen Hari Tani, kita semua semakin memiliki wawasan luas tentang pertanian di lapangan sehingga menjadi rekomendasi bagus tentang ketepatan atau koherensi arah dan fokus langkah strategis. Dengan begitu, semangat petani adalah profesi sejahtera, akan semakin kuat dan menjadi stimulus agar para millenial menjadikan sektor agraris sebagai preferensi profesi untuk mereka,” pungkasnya. [iib]

Tags: