Hari Terakhir UN PBT di Jatim Bermasalah

UN PBT Bahasa Inggris soal listening di Jatim bermasalah, Rabu (15/4). Terdapat 15 soal yang membuat siswa tidak dapat memilih jawaban lantaran antara perintah soal dengan opsi jawaban tidak sesuai.

UN PBT Bahasa Inggris soal listening di Jatim bermasalah, Rabu (15/4). Terdapat 15 soal yang membuat siswa tidak dapat memilih jawaban lantaran antara perintah soal dengan opsi jawaban tidak sesuai.

Surabaya, Bhirawa
Ujian Nasional (UN) metode Paper Based Test (PBT) nyaris berlangsung tanpa masalah pada hari pertama dan kedua. Sayang, persoalan tiba-tiba terjadi di hari terakhir pelaksanaan. Tepat saat siswa mengikuti ujian mata pelajaran Bahasa Inggris di jam pertama, Rabu (15/4).
Masalah bermula saat ujian mapel Bahasa Inggris dimulai dari soal listening. Pada bagian itu, terdapat 15 soal yang harus diselesaikan oleh siswa. Kenyataannya, siswa tidak dapat memilih jawaban lantaran antara perintah soal dengan opsi jawaban tidak sesuai. “Ada sebelas soal yang tidak bisa dijawab,” kata Dewi Milla Taqia, salah satu siswi SMA Khadijah Surabaya ditemui usai mengikuti ujian mapel Bahasa Inggris.
Kondisi ini pun tak urung membuat suasana di sekolah tersebut diliputi kepanikan. Kepala SMA Khadijah Surabaya Muhammad Mas’ud membenarkan hal itu. Menurut keterangannya, saat listening diputar, mulanya tidak ada masalah. Contoh soal yang tertera di naskah soal dengan perintah dalam listening tidak ada masalah. Namun, saat beranjak pada soal nomor satu, kejanggalan mulai terlihat.
“Awalnya siswa diam saja. Sampai pada nomor empat, mereka lalu melapor kalau opsi jawabannya tidak ada yang sesuai perintah,” tutur Mas’ud.
Dari laporan siswa itu, pengawas ujian dengan persetujuan pihak sekolah akhirnya menghentikan sementara jalannya ujian sekitar lima menit. Ujian dihentikan sementara untuk melakukan koordinasi dengan panitia di sub rayon, Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya dan Dindik Jatim. “Dari sub rayon kita diminta mengerjakan soal reading dulu dan memutar kembali listening pada 30 menit akhir,” tutur Mas’ud.
Di sekolah tersebut, terdapat 183 siswa yang mengikuti ujian yang terbagi dalam 10 ruang ujian. Terdiri dari 123 jurusan IPS dan 60 jurusan IPA.
Guru mapel Bahasa Inggris Uswatun Chasanah yang saat itu mendampingi Mas’ud mengakui adanya kekeliruan itu. Dia menganalisa dari 15 soal listening yang dikerjakan siswa itu, ada empat nomor yang dikerjakan. Di antaranya nomor 5 – 7 dan nomor 8. Nomor 5 – 7 opsi jawabannya sudah di rekaman listening. Nomor 8 memilih gambar dan ada opsinya, selain itu tidak ada opsi yang cocok.
“Siswa disuruh memilih gambar tapi furniture, tapi opsinya gambar bencana. Memilih gambar candi, opsinya justru peralatan rumah tangga,” urainya.
Kekacauan ini ternyata tidak hanya di Surabaya saja, melainkan seluruh sekolah di Provinsi Jatim. Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman mengatakan, peristiwa ini terjadi merata di seluruh Jatim. Khususnya UN PBT jenjang SMA. Sementara untuk UN Computer Based Test (CBT) jenjang SMK yang kemarin juga melaksanakan ujian mapel Bahasa Inggris tidak ada masalah. “Kita sudah koordinasikan dengan pusat, semua permasalahan silakan ditulis di berita acara,” kata dia.
Saiful meminta agar kejadian ini jangan sampai merugikan siswa. Karena itu, perlu ada penilaian khusus untuk 15 soal listening UN PBT.
Dalam kesempatan tersebut, Saiful mengaku akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk pusat agar kejadian ini tidak terulang. Sebab, mapel Bahasa Inggris untuk UN CBT jenjang SMA baru akan dilaksanakan pada Selasa (21/4) mendatang.
Kepala Dindik Surabaya Ikhsan menambahkan, meski ada empat butir soal yang bisa dijawab, seluruh soal listening tetap tidak perlu dikerjakan. Karena dapat membingungkan siswa. “Arahannya sudah jelas dari pusat dan provinsi. Kita langsung sampaikan ke sub rayon dan sekolah-sekolah,” tutur dia.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemdikbud Prof Nizam mengatakan, kasus ini hanya terjadi di Jatim. Hal ini lantaran Compact Disc (CD) yang didistribusikan untuk Jatim tidak sesuai dengan materi dalam naskah soal. “Hanya di Jatim. Karena yang mencetak naskah soal dengan pembuatan CD listening dua perusahaan berbeda,” tutur Nizam saat dihubungi.
Nizam mengaku, siswa sudah diminta untuk fokus mengerjakan soal reading. Sedangkan soal listening tidak dinilai, alias bonus.

Minta Ketegasan Mendikbud
Atas insiden ini, Komisi E DPRD Jatim merasa geram dan akan mengawal nilai siswa sebab dikhawatirkan akibat soal dan jawaban yang tidak sesuai siswa yang menjadi korban.
Anggota Komisi E DPRD Jatim Agatha Retnosari mengaku sangat kaget ketika mendengar keluhan dari sejumlah siswa yang mengaku kebingungan saat mengerjakan soal UN PBT Bahasa Inggris kemarin. Sebab antara soal listening dan jawaban pada soal sangat berbeda jauh. Karenanya siswa sempat down ketika mereka tidak dapat menjawab soal tersebut. Adapun jumlah soal yang salah sebanyak 15 pertanyaan. Untuk itu, pihaknya minta penyelenggara dalam hal ini Mendikbud segera membuat kebijakan  terkait permasalahan tersebut.
“Kami mencoba mengklarifikasi masalah tersebut ke Kadindik Jatim Drs Saiful Rahman ternyata beliau mengiyakan. Bahkan janji beliau segera mengomunikasikan masalah ini ke pusat untuk mendapatkan langkah selanjutnya. Apakah soal tersebut diulangi, dibetulkan atau gimana. Keputusan ini penting agar siswa tidak merasa dirugikan,”papar politisi asal PDIP Jatim, Rabu (15/4).
Selain itu, pihaknya mendorong seluruh anggota Komisi E DPRD Jatim untuk segera melakukan klarifikasi ke Mendikbud, dengan harapan persoalan ini tidak terulang kembali pada tahun selanjutnya.  Sebab hal ini bisa menjadi preseden buruk dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Terpisah, anggota Komisi E DPRD Jatim Kartika Hidayati mengatakan jawaban soal nomor 1 sampai 15 itu harusnya menjadi hadiah bagi siswa.  Artinya nilai mereka  dibenarkan semua, karena itu bukan kesalahan guru atau siswa, tapi murni  kesalahan pemerintah.  “Kalau melihat kejadian yang ada sekarang ini, murni kesalahan pemerintah. Untuk itu pemerintah harus bijak dalam mengambil keputusan. Jangan sampai hal ini dibebankan kepada siswa atau guru. Sebaliknya kami memberikan solusi agar soal nomor 1 sampai 15 diberikan nilai betul, dengan begitu siswa merasa dilindungi,”tambah politisi asal PKB Jatim.  [tam,cty]

Tags: