Harus Hafal Rute Jalan Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Menjadi operator Handy Talky (HT) sangatlah tidak mudah. Hal ini dirasakan oleh Aiptu Cotje Siahaya yang dalam kesehariannya bertugas di Polrestabes Surabaya. Dari sembilan anggota polisi yang bertugas menjadi operator HT, perempuan yang hobi makan masakan pedas itu, merupakan satu-satunya perempuan yang bertugas sebagai operator HT.

Tak heran suara bening yang keluar dari bibir Aiptu Cotje sering terdengar di Handy Talky (HT) milik anggota polisi. Setiap detik, setiap menit, dan setiap jam, suara itu terus akrab menyapa polisi di lapangan.  “Ibaratnya, saya manusia langka. Karena cuma saya yang perempuan,” celoteh pemilik suara merdu di antara petugas operator HT Polrestabes Surabaya itu.

Dia menjelaskan, setiap detik, setiap menit, dan setiap jam, dirinya selalu berkutat dengan HT miliknya yang terus menyapa polisi di lapangan. Selain untuk saling sapa dengan petugas, HT yang berada di depannya berfungsi sebagai penyambung komunikasi dengan anggota. Sedangan yang di sisi kanan untuk memantau dan berkomunikasi dengan lintas jalur seperti pemkot, Satpol PP, ataupun PMK Surabaya.  

Namun, kesan itu berubah ketika tiba-tiba salah satu HT di depannya berbunyi. ”Kondisi Ahmad Yani padat merayap, kepadatan kendaraan terus bertambah…86.”

Cotje langsung merespons informasi tersebut. Seketika itu dia mulai sibuk dan mengontrol jalur lain yang berkaitan dengan Ahmad Yani. Seperti wilayah Wonokromo, Ketintang, Gunungsari, dan Margorejo. ”Masing-masing dari titik yang dilaporkan harus diwaspadai. Semuanya bertujuan agar kita segera mengambil tindakan untuk bisa mengurai kemacetan,” ucapnya.

Perempuan berdarah Ambon ini menceritakan, ketika Presiden RI berkunjung ke Surabaya, kewaspadaan pun ditingkatkan. Dia  dituntut hafal jalur yang dilalui rombongan Presiden RI, seperti jumlah gang yang ada di rute tersebut. Kemudian ada berapa persimpangan, titik putar balik median jalan, dan beberapa hal mengenai jalur tersebut.

Menurutnya, hal itu dibutuhkan ketika sewaktu-waktu terjadi kendala, dia bisa mengarahkan ke jalur  terdekat dan paling aman. Selain itu, operator bisa memberi informasi kepada personel di lapangan mengenai stabilitas keamanan di sepanjang jalur tersebut. ”Kami merupakan sumber informasi. Jadi harus hafal gang-gang maupun rute di setiap jalan,” ucap perempuan yang sudah lebih dari 30 tahun menjadi polisi itu.
Tidak jarang, untuk menyuplai informasi itu, Cotje harus berkomunikasi dengan pihak ketiga atau lembaga di luar kepolisian. Semisal, supermarket, atau tempat-tempat yang kerap menjadi sentra berkumpulnya massa.
Konsentrasinya harus maksimal untuk memberi informasi kondisi dan keamanan di satu titik, juga di titik lainnya. Padahal kondisi di setiap titik berbeda. ”Bisa sama-sama aman, sebaliknya satu aman satu rawan, tapi itulah dinamikanya,” papar anak pertama dari lima bersaudara. [bed]

Rate this article!