Harus Siap Taklukkan Kapal Terbakar hingga Mengapung di Laut

Simulasi sea survival untuk melatih siswa melompat dari kapal dan bertahan mengapung dalam kondisi darurat.

Simulasi sea survival untuk melatih siswa melompat dari kapal dan bertahan mengapung dalam kondisi darurat.

Kota Surabaya, Bhirawa
Berlayar pada situasi normal, kadang masih saja diliputi was-was. Apalagi jika terjadi keadaan darurat, nyali bisa langsung ciut, panik dan hilang konsentrasi. Kondisi itu fatal bagi keselamatan penumpang, termasuk Anak Buah Kapal (ABK). Karena itu, seluruh calon ABK harus memahami prosedur penyelematan diri. Seperti yang kini diajarkan kepada 79 siswa SMK perikanan dan kelautan Puger, Jember di Politeknik Pelayaran Surabaya.
Ahmad Son Haji harus mengapung lebih lama dibanding teman-temannya ketika mengikuti simulasi sea survival. Saat semua sudah menepi, dia masih terapung di tengah danau buatan milik Politeknik Pelayaran Surabaya. Usahanya berenang dengan gaya punggung tak kunjung menepikannya. Sempat dia berganti gaya renang bebas, seorang instruktur langsung berteriak memberi perintah Ahmad segera berbalik dan kembali berenang dengan gaya punggung.
“Saya belum bisa renang. Apalagi harus mengikuti prosedur sea survival yang mengharuskan berenang menggunakan gaya punggung,” kata dia usai mengikuti sesi latihan sea survival kemarin.
Dalam latihan itu, setiap peserta harus berani melompat ke air dan berenang menepi sekaligus menyelamatkan penumpang yang tidak bisa berenang. Ini merupakan simulasi ketika kapal dalam kondisi darurat dan mengharuskan seluruh ABK segera melompat ke laut.
Meski sadar kelemahannya, Ahmad yang kini duduk di kelas XI jurusan Teknika SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember itu tetap harus berani melompat. Keyakinan ingin menjadi ABK berhasil mendorong keberanian anak nelayan ini. “Nanti teknik berenangnya saya latihan lagi. Yang penting mentalnya harus berani,” kata dia.
Sea survival merupakan salah satu materi dalam diklat dasar keselamatan diri yang harus diikuti oleh seluruh peserta. Kepala SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember Kuncoro Dhiyaudi menjelaskan pentingnya diklat ini agar siswa benar-benar siap bekerja di laut. Diklat ini juga menjadi syarat untuk mengantongi sertifikat Basic Safety Training (BST). “Mau bekerja di kapal negara mana pun, setiap calon ABK harus punya sertifikat BST,” kata dia.
Selain sea survival, para siswa juga dilatih menaklukkan kebakaran di atas kapal. Dalam situasi ini, kerjasama yang terstruktur sangat penting. Sebab, kepanikan bisa saja terjadi sehingga upaya penyelamatan justru tidak berjalan maksimal.
Kuncoro mengaku, latihan ini memang khusus untuk menghadapi kondisi darurat di atas kapal saat berlayar. Misalnya kebakaran maupun kapal tenggelam. Dijelaskannya sertifikat BST menjadi satu syarat penting di antara sederet syarat yang harus dimiliki siswa SMK untuk mengikuti magang sebagai ABK. Setelah mengantongi sertifikat BST, siswa juga harus memiliki buku pelaut yang diterbitkan oleh Syahbandar Kementerian Perhubungan. “Seluruh siswa yang ikut pelatihan ini masih kelas XI. Kalau seluruh persyaratan sudah terpenuhi, kelas XII mereka sudah bisa ikut magang sebagai ABK,” kata dia.
Di sekolah yang dia pimpin, sudah banyak tawaran dari perusahaan ikan luar negeri yang memberi kesempatan siswanya mengikuti magang di sana. Di antaranya ialah dari Australia, Selandia Baru, Taiwan dan Jepang. Tahun ini, siswa kelas XII yang tahun lalu sudah memiliki sertifikat BST dan buku pelaut akan mengikuti seleksi magang di empat negara itu. Jadi yang saat ini masih mengikuti BST, tahun depan baru bisa ikut seleksi magang keluar negeri atau dalam negeri.
“Akhir Januari ini seleksinya sudah dimulai untuk empat negara itu. Februari ada seleksi lagi khusus untuk tujuan ke Jepang,” kata dia.
Proses magang ini akan berjalan selama empat bulan dengan gaji yang lumayan. Kuncoro mengaku, tidak semua siswa bisa diterima magang di kapal ikan luar negeri. Sehingga, bagi siswa yang tidak bisa mengikuti magang keluar negeri cukup mengikuti magang di Indonesia. “Magang di sini (Indonesia) juga dibayar. Itulah kelebihannya siswa di pelayaran itu,” kata dia.
Memiliki sertifikat BST, buku pelaut, dan magang selama empat bulan saja tidak cukup. Kuncoro mengatakan, ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi lulusan SMK agar benar-benar bisa menjadi ABK, yakni mengikuti uji sertifikasi ahli nautika kapal ikan (Ankapin) atau ahli teknik kapal ikan (Atkapin).
Sementara itu, Kabid Dikmenjur Dinas Pendidikan Jatim Hudiyono menegaskan, salah satu strategi yang dibangun Jatim dalam mengembangkan SMK adalah link and match dengan dunia usaha dan industri. Sehingga kompetensi yang dimiliki harus langsung distandarkan dengan kebutuhan industri yang dituju. “Kalau mau jadi pelaut ya harus disiapkan sejak di SMK standar-standar menjadi pelaut,” kata dia.
Hudiyono mengapresiasi inisiatif yang diambil SMK Perikanan dan Kelautan Puger, Jember. Hal semacam ini harus ditiru oleh SMK lain sehingga mampu memberikan jaminan lulusannya akan diterima di industri yang sesuai harapan dan kompetensi siswa. “Kalau sudah memiliki semua persyaratan sesuai standar, perusahan justru akan mencari tenaga kerja dari SMK,” kata alumnus Fakultas Psikologi UGM Jogjakarta. [tam]

Tags: