Hasil Tes Pasien Suspect Ebola di Madiun dan Kediri Negatif

Pasien suspect ebola di ruang isolasi RSUD Pare. Saat ini kondisinya mulai membaik ditandai dengan suhu tubuh yang mulai menurun dan tak lagi mengalami nyeri sendi dan batuk.

Pasien suspect ebola di ruang isolasi RSUD Pare. Saat ini kondisinya mulai membaik ditandai dengan suhu tubuh yang mulai menurun dan tak lagi mengalami nyeri sendi dan batuk.

Madiun, Bhirawa
Dua pasien suspect ebola dari Madiun dan Kediri berdasar pemeriksaan yang dilakukan Balitbangkes Kemenkes dinyatakan negatif ebola (no band).  Hasil didapat setelah sampel darah dan cairan lainnya milik M (29) dari Madiun dan GN (45) dari Kediri diperiksa dengan PCR (Polymerase Chain Reaction) di Balitbang Kementerian Kesehatan RI.
Meski sudah dinyatakan negatif ebola, namun Direktur RSUP dr Soedono Madiun, dr Sasongko belum berani memberikan kepastian tentang hasil yang sudah diumumkan pihak Kemenkes. Alasannya, karena pihaknya belum menerima surat resmi dari Kemenkes perihal hasil pemeriksaan laboratorium
“Saya belum terima suratnya dari Kemenkes. Mungkin besok (hari ini) atau lusa (Rabu). Kalau saya sekarang menyatakan negatif, dasarnya apa. Ini sensitif sekali. Saya sampai ditelepon oleh Pak Gubernur (Soekarwo) menanyakan hal ini,” kata  dr Sasongko saat menggelar jumpa pers, Senin (3/11).
Menurutnya, pemeriksaan terhadap pasien suspect ebola, tidak cukup hanya satu kali. Tapi harus diperiksa berulang sampai tiga kali. Namun diakuinya, secara klinis kondisi pasien yang dirawat yakni M sudah bagus. “Memang secara klinis kondisi pasien sudah bagus. Tapi tetap diperlakukan khusus. Istrinya saja belum diperbolehkan masuk ruang pasien,” ujar Sasongko.
M hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) dr Soedono Madiun.  Dalam pemeriksaan awal M hanya terdeteksi mengidap penyakit malaria. Meski begitu, karena pernah tinggal di negara endemis, M dikarantina ketika dirawat di RSUP dr Soedono Madiun. Sebelumnya  M sebelumnya bekerja sebagai TKI di perusahaan kayu milik Malaysia, Forest Venture di Buchanan, Montrova, Liberia (Afrika), bersama 33 orang asal Kabupaten Madiun. Selanjutnya M pulang ke Indonesia karena dipulangkan paksa ketika baru bekerja selama 5 bulan, pada 22 Oktober lalu. Pemulangan M dan rekan-rekannya atas kerjasama badan kesehatan dunia WHO, Pemerintah Liberia dan Pemerintah Indonesia, karena di Liberia dinyatakan sebagai negara endemis ebola.
Dari catatan WHO, virus Ebola telah merenggut 4.555 nyawa di dunia. Bahkan pada Agustus 2014, virus ini telah merenggut 1.600 nyawa di Afrika. Di antaranya merenggut nyawa penduduk Guyana, Sierra Leone dan Liberia.
Di Kediri juga dilaporkan, meskipun Balitbangkes selesai memeriksa sampel darah GN dan dinyatakan negatif, RSUD Palem Pare tetap melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa organ dalam pasien.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Palem Pare, dr Hernowo Wilujeng mengatakan kondisi pasien saat ini menunjukkan ke arah penyembuhan, hal ini ditandai dengan tidak adanya pendarahan pada kulit, gusi dan organ lainnya “Pemeriksaan lanjutan ini untuk memastikan bahwa kondisi pasien benar-benar stabil,” katanya pada wartawan, Senin (3/11)
Dijelaskan dr Hernowo, pemeriksaan lanjutan untuk memeriksa dan memastikan fungsi jantung, liver dan peradangan tenggorokan sebagai mana gejala awal pada saat masuk RSUD.  “Pasien masih mengeluhkan batuk, namun dalam intensitas jarang, mungkin akibat radang tenggorokan,” terang dr Hernowo
Diketahui GN telah empat hari menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Palem, Pare karena diduga mengidap virus ebola. Kementerian Kesehatan RI juga ikut turun tangan dengan melakukan uji laboratoriom kepada pasien.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim  dr Harsono mengatakan, dari hasil uji lab Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, kedua pasien dinyatakan bebas ebola. “Jadi kita tidak perlu khawatir akan penularan penyakit ebola karena Kemenkes telah menjamin hasil ujinya,” ucapnya.
Mantan Bupati Ngawi ini mengungkapkan, kendati tidak ditemukan WNI yang terindikasi terjangkit ebola, namun Jatim sudah mempersiapkan rumah sakit khusus untuk merawat pasien ebola.  Delapan rumah sakit rujukan itu adalah RSU Soedono di Madiun, RSUD Jombang, RSUD Pare di Kediri, RSUD Tulung Agung, RS Saiful Anwar di Malang, RSU dr Soetomo di Surabaya, RSUD Soebandi di Jember, dan RSUD Ibnu Sina di Gresik.
Menurutnya, delapan rumah sakit itu telah disiapkan ruangan khusus isolasi untuk merawat pasien ebola. Selain itu, disiapkan pula dokter khusus, para tenaga medis, alat-alat medis dan pakaian yang digunakan agar para pekerja medis itu tak tertular penyakit endemik. “Semua sudah dipersiapkan, standar untuk tangani pasien ebola,” ujar dia. [dar,mb2,dna]

Tags: