Hazmat Minim, Nakes Bekerja dalam Was-was

Sejawat dr Aditya Janottama Berikan Dukungan
Surabaya, Bhirawa
Keluhan Dokter Aditya C. Janottama melalui media sosial Selasa lalu (26/5) memantik simpati dari sejumlah pihak. Melalui utas di akun Twitter-nya, dokter yang bekerja di Rumah Sakit Royal Surabaya itu mengungkapkan buruknya penanganan Covid-19 di Surabaya.
”Apa yang disebutkan Dokter Aditya benar adanya, pekerja kesehatan di rumah sakit rujukan bekerja dalam waswas,” kata seorang dokter muda yang tidak mau disebutkan namanya (28/5). ”Hazmat dan alat pelindung diri yang seharusnya wajib dikenakan dokter di rumah sakit rujukan dalam masa pandemi seperti sekarang ini, tidak tersedia dengan memadai,” lanjutnya.
Dokter berkacamata itu menjelaskan, banyak dokter maupun perawat di instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit rujukan tidak mengenakan hazmat. ”Pakai hazmat kadang hanya level 1 atau level 2, padahal menurut panduan WHO, dalam masa pandemi seperti sekarang harus hazmat level 3,” bebernya.
Dalam banyak kasus di Surabaya, hazmat level 3 hanya diberikan kepada dokter dan perawat yang menangani pasien positif Covid-19 di ruang isolasi. Padahal, tenaga kesehatan (nakes) yang ada di IGD juga butuh perlindungan maksimal dengan hazmat level 3.
Risiko pasien yang ditangani positif Covid-19 sudah ada sejak di IGD. Kadang, nakes tidak tahu pasien yang ditangani terjangkit atau tidak, kalau sudah seperti itu risiko tertular akan sangat besar. ”Dalam beberapa kasus, ketika ditemukan pasien di IGD positif, maka nakes yang berinteraksi diisolasi. Seharusnya sejak awal sudah pakai alat pelindung diri yang proper, sehingga meminimalisir risiko tertular,” paparnya.
Dokter yang tinggal di Kecamatan Tambaksari itu mengajak dokter-dokter dan nakes lain di Surabaya menyuarakan kondisi sebenarnya seperti yang disebutkan dr. Aditya. Sebagaimana diketahui, dr. Aditya dalam utasnya pada Selasa lalu mengungkapkan sejumlah kelemahan Pemkot Surabaya dalam penanganan COvid-19. Mulai bantuan alat pelindung diri, rendahnya ketegasan dalam pelaksanaan PSBB, maupun penyemprotan yang tidak berguna.
Tweet dr. Aditya itu kemudian dibalas dengan tweet akun Humas Pemkot Surabaya. Salah satunya menyebutkan Pemkot sudah memberikan bantuan hazmat ke RS Royal tempat dr. Aditya bekerja. Humas Pemkot sampai perlu memposting tanda terima, dimana tersebut dalam surat itu kalau RS Royal menerima bantuan APD sejumlah 10 buah. Plus 10 buah face shield, serta satu buah boot dan shoe cover.
”Hazmat level 3 seharusnya sekali pakai, kalau hanya sepuluh buah, sehari saja tidak cukup,” kritik dokter dari Tambaksari. [geh]

Tags: