Hidup Sehat dengan Tertawa

Ahmad FatoniOleh :
Ahmad Fatoni
Penggiat Pusat Studi Islam dan Filsafat UMM

Belakangan ini, banyak orang yang hidupnya dilanda stres dan akhirnya dijangkiti berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, insomnia, gangguan syaraf, gangguan pencernaan, gangguan haid, migrain, stroke, kanker, dan bahkan bunuh diri. Tidak jarang pula, terutama di kalangan kaum muda, menghindari stres dengan cara menenggak alkohol, mengintimi free sex, atau mengakrabi narkoba.
Hidup yang serba gegas memang sering memaksa seseorang mengalami stres berat dan demi menghilangkannya membutuhkan ongkos yang relatif mahal. Ada yang melakukan rilaksasi, pijat, olah raga, meditasi, piknik, yoga atau jalan-jalan ke tempat-tempat hiburan. Terkadang orang harus merogoh kocek jutaan rupiah hanya sekedar bisa menangis beberapa menit saja. Lihat misalnya orang-orang yang larut dalam training-training dan olah spiritual di hotel-hotel mewah. Padahal, untuk menghindari stres, seseorang membutuhkan suasana santai dan cukup menerapinya dengan tertawa.
Salah satu penyebab stres biasanya karena terlalu serius menghadapi tekanan hidup. Hidup memang perlu keseriusan, namun keseriusan hidup juga membutuhkan rilaksasi atau joke untuk mencairkan suasana. Dengan kata lain, sikap serius bukan berarti haram untuk tertawa. Mengutip Anastasia Ayu dalam buku Terapi Tertawa (2011), hidup yang terlalu serius alias tidak pernah tertawa itu bukanlah sesuatu yang produktif. Sebaliknya, jika seriusnya berlebihan akan menimbulkan banyak hal yang destruktif.
Selain itu, tertawa bermanfaat untuk merangsang mood, memperbaiki fungsi otak, melindungi jantung, merapatkan hubungan dengan orang lain, melegakan dan menenangkan perasaan. Tertawa juga dapat meningkatkan usaha tubuh untuk melawan tekanan darah tinggi, stroke, dan mengurangi serangan jantung. Bahkan para ahli kesehatan selama ini sudah mengungkap bahwa tertawa dapat melancarkan sistem pencernaan dan penyerapan nutrisi makanan.
Sebuah studi yang dilakukan Oxford University menyimpulkan, tertawa tidak hanya membantu seseorang merasa lebih baik, tapi juga membantu melawan rasa sakit. Tapi hanya tertawa lepas saja yang mampu meningkatkan hormon bahagia, endorfin.
Sementara Profesor Robin Dunbar, salah satu ahli biologi revolusioner Inggris, membandingkan antara responden yang menonton film komedi dengan film serius. Kemudian dia menanyakan toleransi mereka terhadap penyakit. Tes tersebut di antaranya berapa lama mereka mampu memegang botol wine yang baru keluar dari pendingin, dan menekuk lutut dengan punggung bersandar ke dinding. Hasilnya, mereka yang menonton komedi dan tertawa lebih sering memiliki toleransi lebih tinggi terhadap penyakit.
Tertawa juga membantu melepaskan emosi dan ketegangan. Orang sering menyimpan emosi daripada mengeluarkannya saat marah, takut, sedih, stres, atau bosan. Tertawa merupakan cara lain untuk menemukan jalan keluar dari ketegangan. Itulah mengapa orang stres pergi menonton film lucu, acara stand up comedy, atau pertunjukan sejenisnya yang menghibur.
Hanya, terlalu banyak tertawa sehingga memunculkan senda gurau yang tak bermakna juga tidak baik dan justru menjadi penyakit tersendiri. Tertawa akan menjadi hal positif dan menyehatkan sepanjang dilakukan pada kondisi yang tepat dan dalam kadar yang pas.
Di negara-negara maju, kini telah menjamur beberapa komunitas yang menawarkan terapi tertawa sebagai media kesehatan dan kebahagiaan. Dalam terapi tersebut dimulai dengan tahap demi tahap sehingga efek yang dirasakan bagi yang tertawa benar-benar bermanfaat. Ambil contoh, di Amerika Serikat dan Kanada, sedikitnya ada sekitar 300-an klub tertawa.
Salah satu syarat mengelola klub tawa yang sukses adalah mempunyai seorang koordinator yang tugasnya bukan sebatas menceritakan lelucon dan membuat orang tertawa atau menampilkan gerakan-gerakan lucu. Tugas utamanya ialah mengawali tahap tertawa, latihan pernafasan dan perenggangan otot. Selanjutnya ia memotivasi orang lain agar menyinkirkan rasa takut dan malunya serta lebih suka bermain-main, sehingga tawa buatan bisa menjelma menjadi derai tawa ceria yang asli.
Bahan lelucon bisa didapat dari kontak mata, teori kekonyolan, persepsi kebodohan, main-main, sikap kekanan-kanakan, cerita anekdot dan sebagaimnya. Aneka materi lucu itu kemudian didesain sedemikian rupa melalui latihan yang tepat. Apa pun caranya, tertawa merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa tertawa hidup ini akan terasa hambar (asal jangan tertawa sendirian saja, terlebih di malam hari!). Yang pasti, ada alasan rasional dan ilmiah mengapa tertawa itu baik untuk kesehatan. Malah tertawa secara terpaksa atau tidak, efeknya tetap sama. Selamat tertawa.

                                                                                                               —————- *** —————-

Rate this article!
Tags: