Hidupkan Kembali Perekonomian, Genjot Pariwisata Nasional

Kiri, Dede Yusuf, Kanan, Heriyanto

Jakarta, Bhirawa.
Rencana Kemendikbud untuk membuka kembali aktivitas belajar mengajar di sekolah pada awal tahun 2021, ditanggapi masyarakat dengan pro dan kontra. 

Yang pro bilang sepanjang protokol kesehatan (prokes) taat dilakukan, sekolah tatap muka sudah saatnya dibuka. Sedang yang kontra berpendapat, siapa yang bisa mengontrol prokes ditaati ? Lalu jika siswa terpapar Covid-19, orang tua mana yang tega ?

“Kebijakan pemerintah untuk membuka kembali sekolah dengan tatap muka, hendakny dikaji uang secara akademis. Harus dicek lewat penelitian atau studi mana yang diminta dibuka atau tidak dibuka,” ungkap Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan, dalam diskusi 4 Pilar MPR RI, dengan tema “Kebangkitan Pariwisata dari Pandemi Covid-19, Sebagai Pondasi Ekonomi Nasional” , Senin (30/11).  

Nara sumber lainnya, Waka Komisi X Hetifah Syaifudin (Golkar), Sekretaris Deputi Kebijakan Strategis Kemenparriwisata Ekonomi Kreatif, Hartanto dan penulis buku Naked Traveler Series Trinity.

Dede Yusuf menyarankan, kegiatan belajar mengajar secara normal, jangan diterapkan dulu di wilayah DKI Jakarta. Sebab tran positif di daerah Ibukota kian meningkat tajam. Penyebaran pandemi Corona di Jakarta masih tinggi, lain halnya dengan daerah-daerah diluar DKI Jakarta. 

“Orang tua siswa punya hak untuk izinkan atau tidak izinkan, anaknya kembali ke bangku sekolah atau sekolah tatap muka kembali. Orang tua tidak bisa dipaksa untuk melepas anaknya, ke sekolah tatap muka, sebelum jelas pandemi Covid-19, musnah,” tandas Dede Yusuf

Tentang pariwisata yang terhempas oleh pandemi Covid-19, Dede Yusuf menyarankan; Agar pemerintah fokus dulu pada wisatawan domestik, sambil meningkatkan skill para pelaku pariwisata. Mengingat, tidak semua pelaku pariwisata memiliki sertifikat.

“Hal tersebut dilandasi kenyataan bahwa ditengah pandemi ini jumlah pengunjung tempat wisata dibatasi, yakni 50 : 50 saja. Wisatawan saat ini juga hanya didominasi kalangan domestik saja,” tutur Dede Yusuf.

Sementara, Hariyanto bilang; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan fokus membangkitkan lagi sektor pariwisata. Meskipun masih dalam situasi pandemi Covid-19. Dengan menerapkan 4 protokol CHSE, yakni Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan) dan Environment (Ramah lingkungan).

Tujuan ke 4 protokol tersebut, untuk meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 bagi masyarakat. Juga untuk mencegah terjadinya epicenter atau klaster baru, selama masa pandemi. Selama pandemiCovid-19 ini, usaha-usaha yang dilakukan oleh seluruh komponen kepariwisataan adalah berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi nasional.

“Pariwisata sangat berkontribusi, Karena ada PDB(Pendapatan Domestik Bruto), tenaga kerja dan nilai tambah di ekonomi itu sendiri. Devisa pariwisata, menjadi penyumbang signifikan pada perekonomian nasional,”kata Heriyanto. [ira]

Tags: