Hilangkan Pemicu Pergerakan Tanah di Kawasan Payung I dan Dusun Brau

Para petugas nampak melakukan pemeriksaan terhadap tenda pengungsian yang ada di Dusun Brau, Desa Gunungsari Kota Batu.

Kota Batu,Bhirawa
Berdasarkan hasil kajian bersama BPBD Kota Batu dan BPBD Pemprov Jatim menyatakan bahwa kawasan Payung di Kelurahan Songgokerto dan di Dusun Brau, Desa Gunungsari memiliki karakter wilayah yang sama. Yaitu, memiliki struktur tanah yang lunak dan kontur berada di kemiringan lereng perbukitan. Untuk menghilangkan potensi longsor maka di kawasan ini dibutuhkan sumur pelega.

“Selain struktur tanah lunak dan banyak kandungan air, konturnya didominasi kemiringan lereng. Riskan mengakibatkan tanah ambles,” ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim, Minggu (21/2).

Karakter kontur wilayah di Payung, lanjut Rochim sama seperti di Dusun Brau, Desa Gunungsari. Pergerakan tanah terjadi di dusun ini. Lambat laun terjadi volume dan beban berat tanah pada bagian lereng bertambah. Sehingga pada titik tertentu akan mengakibatkan longsor.

Namun untuk penanganan pergerakan tanah dan tanah ambles di kawasan Payung I menjadi urgent atau mendesak karena jalan raya di kawasan ini menjadi penghubung antara Malang Raya- Kediri. Untuk itu dalam papat koordinasi lintas instansi memutuskan agar UPT PJJ Dinas PU Binamarga Pemprov Jatim segera membuat sumur pelega.

“Sumur pelega berdiameter satu meter dan akan dibuat di beberapa titik. Adapun fungsinya untuk mengurangi air agar tak terkonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya kejenuhan tanah,” jelas Rochim.

Saat ini tanah di kawasan Payung memiliki banyak kandungan air yang tersimpan di dalam tanah hingga kedalaman 25 meter. Bahkan di kedalaman 2 meter bisa mengeluarkan sumber air. Kondisi ini sangat riskan dan memicu tanah labil. Tanah akan menjadi jenuh karena meningkatnya air yang terkonsentrasi dalam tanah.

Melihat kondisi itu, potensi gerakan massa tanah akan sangat tinggi begitu puncak musim penghujan. Dan dengan dibuatnya sumur pelega diharapkan bisa mengurangi bahkan menghilangkan kandungan air dalam tanah penyebab longsor.

“Penanganan jangka pendek lainnya dengan normalisasi dan memperlebar saluran drainase. Kemudian akan dipasang box culvert. Serta bagian tepi jalan yang masih berupa tanah akan dirabat agar air tak meresap ke dalam tanah,”tambah Rochim.

Dibandingkan Payung I, ada perbedaan fungsi di kawasan Dusun Brau yang menjadi sentra peternakan dan pemukiman. Karena itu aktivitas kemanusiaan lebih diutamakan dalam penanganan longsor di kawasan ini.

Sampai Minggu (21/2), pengoperasian Dapur Umum Mandiri oleh warga terus dijalankan untuk pemenuhan kebutuhan makanan warga terdampak. Para petugas siaga selama 24 jam, dan terus melakuan pengecekan potensi peningkatan pergerakan tanah di terutama di area RT:2 RW:10 Dusun Brau

Diketahui, di Baru terdapat total 16 KK warga terdampak dengan jumlah orang sebanyak 53 Jiwa. Adapun warga terdampak yang menempati Tenda Pengungsian sebanyak 13 KK dengan 47 Jiwa, serta ternak terdampak sebanyak 42 ekor sapi dan 13 ekor kambing.(nas)

Tags: